Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nani Sumiyati
"Initiation of Breastfeeding (IBF) increase exclusive breastfeeding and gets to prevent infant death. At Sidoarjo's Regency programs IBF stills was performed maximal. Studi's result foreword that writer do at Candi district on 100 mother that has baby, 70 % births at midwife just 17.14 % was done by IBF. This is really intrigued writer to know about IBF's training relationship with it?s performing in delivery helped by midwife at Regency Sidoarjo year 2011. The study was conducted by analyzing the primary data through a cross sectional method. Observational result of 153 respondents 49.7 % performs IBF and 50.3 % not performs IBF and 72 respondent that follow IBF's training 70.8 % performs IBF.
Result shows that there is a significant relation between IBF's training with IBF's performing, besides other factor that regards as knowladge and supervision also shows that there is relationship with IBF's performing. From some of these factors, IBF's training is the dominant factor related to IBF's performing, so IBF's training need to follow by midwife in order to increase midwife?s skill and self confident to performs IBF.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mendukung pemberian ASI eksklusif dan dapat mencegah kematian bayi. Di Kabupaten Sidoarjo program IMD masih belum terlaksana secara maksimal. Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Kecamatan Candi pada 100 ibu yang memiliki bayi, 70 % melahirkan di bidan dan hanya 17,14 % yang dilakukan IMD. Hal ini menarik minat penulis untuk mengetahui hubungan pelatihan IMD dengan Pelaksanaannya dalam pertolongan persalinan oleh bidan di Kabupaten Sidoarjo tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data primer melalui metode cross sectional. Hasil penelitian dari 153 responden 49,7 % melaksanakan IMD dan 50,3 % tidak melaksanakan IMD. Hasil analisis dari 72 responden yang mengikuti pelatihan IMD 70,8 % melaksanakan IMD.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pelatihan IMD dengan pelaksanaan IMD, selain itu faktor lain yang mempengaruhi seperti pengetahuan dan supervisi juga menunjukan ada hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan IMD. Dari beberapa faktor tersebut pelatihan IMD merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD, sehingga pelatihan IMD perlu diikuti oleh semua bidan agar terampil dan percaya diri dalam melaksanakan IMD."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sarah Dita
"Target ambisius Pemerintah Indonesia, seperti tercermin dalam peta jalan Sistem Jaminan Sosial Nasional, untuk mencakup kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi semua penduduk Indonesia di tahun 2019. Salah satu kendala perbaikan indikator kesehatan adalah terbatasnya akses pada pelayanan kesehatan. Kepesertaan Bidan Praktek Swasta (BPS) pada program JKN di Kota Salatiga masih kurang, dimana hanya 7 BPS (22%) yang telah berjejaring dengan BPJS Kesehatan dari 32 BPS yang ada di kota tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor yang berhubungan dengan keputusan BPS menjadi jejaring BPJS Kesehatan pada program JKN di Kota Salatiga. Desain penelitian kualitatif ini menggunakan informan pada BPS yang sudah menjadi jejaring dan belum menjadi jejaring. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan BPS menjadi jejaring dipengaruhi oleh aspek pengalaman dimana sebagian besar adalah pensiunan bidan di Puskesmas. Sementara BPS bukan jejaring mayoritas masih aktif bekerja di Puskesmas dan tidak mempunyai sisa waktu untuk praktek swasta. Besarnya imbalan yang didapat perlu disesuaikan serta penyederhanaan alur klaim paling tidak seperti pada era Jaminan Persalinan. BPS belum menjadi jejaring tidak merasa dirugikan bila kunjungan pasien menurun mengingat telah ada tambahan dana jasa pelayanan dari JKN di instansinya bekerja. Perlu ditinjau kembali mekanisme kerjasama antara BPS dan BPJS Kesehatan serta upaya sosialisasi dengan tujuan persuasif yang mengajak BPS menjadi jejaring dalam program JKN.

Ambitious target of the Indonesian government, as stated in the roadmap of National Social Security System, aims to provide universal coverage to all Indonesians by 2019. One of the main obstacles to improve health development is the limited access to health services. Private midwives participants in the JKN program in Salatiga is still insufficient, only 7 out of the 32 private midwives (22%) have been included in the BPJS Health network. This study aims to understand the issues in private midwives participancy in JKN program in Salatiga. Qualitative approach is used with case study using informan of private midewives networked, as well as private midwives that are not yet networked with BPJS Kesehatan. The study was conducted from February to October 2017. The research indicated that decisions of Private Midwives successfully networked with BPJS Health is heavily influenced by years of experience, where the majority of private midwives networked is are retired. Meanwhile, the non-network private midwives are still actively working in primary health care, and not time left for private practice. Another aspect is that the amount of rewards earned is deemed insufficient and the flow of claims is more complicated when compared with Jampersal. Private midwives not in the network have yet to feel the loss with the decrease in patient visits since their offices already receive additional funding services from JKN. A review of the mechanism of cooperation between private midwives and BPJS Health is necessary, as well as socialization of benefits to the private midwives not yet included.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zazri
"Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia relatif masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu 373 per 100.000 kelahiran. Sebagai negara yang pernah ikut dalam konggres Nairobi 1987, Indonesia mempunyai komitemen untuk dapat menurunkan angka kematian setengah dari yang ada. Banyak usaha yang telah dilakukan, salah satunya adalah peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun salah satu masalah dalam penggunaan tenaga kesehatan adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Banyak kematian ibu dan bayi dapat dihindari dengan penanganan dengan kualitas yang tepat. Salah satu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan adalah melalui pencatatan persalinan dan partograph adalah salah satu bentuk pencatatan persalinan yang telah diakui oleh WHO.
Pelatihan APN adalah salah satu pelatihan yang mengajarkan tentang partograph. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tingkat keterampilan dan kepatuhan bidan dalam mengisi partograph antara bidan yang dilatih APN dan yang tidak dilatih APN.
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Unit penelitian adalah bidan yang bekerja baik di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Bidan praktek swasta, Puskesmas dan Polindes dengan populasi adalah seluruh bidan yang bekerja di tiga kabupaten tersebut baik yang telah mendapatkan pelatihan APN atau tidak. Metode pengambilan sampel adalah sampel random sampling, dengan jumlah sampel 126 responden. Pengumpulan data dengan metode kuantitatif melalui self administered dan review dokumen. Variabel yang diukur adalah keterampilan dan kepatuhan dan dikontrol dengan variabel pengetahuan, pelatihan klinis, tempat menolong persalinan, supervisi, jumlah persalinan dan pembantu persalinan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar bidan (83.3%) yang mendapatkan pelatihan APN mempunyai keterampilan yang tinggi dalam mengisi partograph, sedang pada bidan non APN yang mempunyai keterampilan tinggi hanya 26.7%. Sebagian besar bidan (86.4%) yang mendapatkan pelatihan APN lebih patuh menggunakan partograph dari pada bidan non APN (45%). Pengetahuan bidan tentang partograph sebagai alat pengambilan keputusan klinis lebih tinggi bidan APN (33.3%) dibanding bidan non APN (13.3%). Ada hubungan antara pelatihan APN dengan keterampilan bidan dalam mengisi partograph. Ada hubungan pelatihan APN dengan kepatuhan bidan dalam mengisi partograph. Ada hubungan antara pelatihan APN dengan pengetahuan bidan tentang partograph sebagai alat pengambilan keputusan klinis setelah dikontrol oleh keterampilan dan kepatuhannya dalam mengisi partograph.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bidan yang telah dilatih APN dikabupaten Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon mempunyai keterampilan dan kepatuhan yang lebih baik dalam mengisi partograph dari pada bidan yang tidak dilatih APN. Namun begitu keterampilan dan kepatuhan ini perlu tetap dipertahankan agar bidan selalu mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan.
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah bahwa bentuk pelatihan APN terutama pengajaran tentang partograph perlu dipertahankan, diperlukan kegiatan tindak lanjut untuk mempertahankan tingkat keterampilan, kepatuhan dan pengetahuan bidan tentang partograph. Agar dapat diperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan penelitian lain dengan cara observasi langsung terhadap praktek penggunaan partograph.
Daftar bacaan : 50 (1980 - 2003)

The Influence of Basic Delivery Care (APN) Training for Midwife's Skill, Compliance Level in Completing the Partograph and Knowledge for Clinical Decision Making in Kuningan and Cirebon Districts and Cirebon City, in 2003Maternal Mortality Rate (AKJ) in Indonesia is relatively high compared to other ASEAN countries, which is 373 per 100,000 births. As a participating country in the Nairobi congress in 1987, Indonesia has a commitment to lower maternal mortality to half the existing number. Many efforts have been implemented; one of them is to increase skilled birth attendance. But one of the problems in using healthcare provider is the quality of service provided. Many maternal and neonatal deaths can be avoided with appropriate quality management. One indicator to measure service quality is through delivery record and partograph is one of the form of delivery record acknowledge by WINO. APN training is one of the training that includes partograph study. The purpose of this study is to gain information on midwife's skill and compliance in completing partograph among midwives who attended APN training and those who did not.
The study was carried out in Kuningan and Cirebon district and Cirebon City. The design of this study is cross-sectional. The study unit was midwives who worked in hospitals, maternity clinics, private practice midwives, Puskesmas and Polindes. The population is midwives who work in those three districts either those who attended APN training or those who did not. Sampling method is random sampling, with sample number 126 respondents. Data collection is by quantitative method through self-administered document. Review Measured variables are the skill and compliance and controlled by knowledge variable, clinical training, place for delivery, supervision, number of deliveries and birth assistant.
The study result shows that most midwives (83.3%) who attended APN training has a high skill in completing the partograph, while non APN midwives only 26.7% has high skill. Most midwives (86.4%) who attended APN training adhere more to completing the partograph than non-APN midwives (45%). APN Midwives knowledge of partograph as a clinical decision-making is higher (33.3%) than non-APN midwives. There is a relationship between APN training on midwife's skill in completing the partograph. There is a relationship between APN training and midwife's compliance in completing the partograph. There is a relationship between APN training and knowledge to clinical decision-making after it is controlled by midwife's skill and compliance in completing the partograph.
The study result concludes that midwives who attended APN training in Kuningan and Cirebon districts and Cirebon city has better skill, compliance in completing the partograph and knowledge to clinical decision-making than those who did not. However, the skill and compliance need to be maintained so that midwife always follows the established standard procedure.
The recommendation that be given from the result of study are APN training, especially partograph training need to be maintained, follow up activities was needed to maintained midwife skill, compliance and knowledge regarding partograph. In order to maximal result, it was needed another research by direct observation for the Using of partograph.
References : 50 (1980 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library