Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
Lendriadi Agung
"Ekstraksi dan injeksi fluida di sumur-sumur lapangan geothermal Kamojang pada fase eksploitasi, menyebabkan terjadinya perubahan massa di reservoir. Time-lapse microgravity monitoring dilakukan untuk memantau kesetimbangan massa yang terjadi di reservoir akibat dari proses operasi dan produksi geothermal di Kamojang. Dengan periode monitoring yang optimal, time-lapse microgravity monitoring yang rutin dilakukan setiap tahun di Kamojang sejak tahun 2016 hingga tahun 2021 mampu menggambarkan dinamika perubahan massa fluida secara periodik di reservoir Kamojang. Daerah KWK menjadi daerah yang mengalami kehilangan massa paling besar, dengan area natural recharge di sekitar Barat Laut – Selatan - Tenggara dari tepi reservoir Kamojang. Masuknya fluida natural recharge dan sumur injeksi yang menyebar di area produksi Kamojang, menyebabkan defisit massa yang terjadi di Kamojang tidak sebesar dari yang diperkirakan, rata-rata 4 MTon fluida natural recharge masuk ke reservoir tiap tahunnya, yang menyebabkan kehilangan massa tahunan nya hanya sekitar -7 Mton per tahun. Namun strategi penambahan sumur injeksi di area KWK perlu segera dilakukan untuk menghindari kehilangan massa yang lebih besar yang dapat menyebabkan penurunan produksi yang lebih cepat. Penambahan kuantitas fluida injeksi sekitar 450 ton per jam dapat dilakukan untuk meningkatkan rasio injeksi dari 23% menjadi 58%, sehingga keberlangsungan dan kontinuitas operasi produksi geothermal di Kamojang dapat lebih terjaga dalam jangka panjang
Fluid extraction and injection in the wells of Kamojang geothermal field during exploitation causes mass changes in the reservoir. Time-lapse microgravity monitoring is carried out to monitor the mass balance that occurs in the reservoir as a result of geothermal operations and production in Kamojang. With an optimal monitoring period, time-lapse microgravity monitoring routinely conducted every year in Kamojang from 2016 to 2021 are able to describe the dynamics of fluid mass changes in the Kamojang reservoir.The KWK area is the area that has highest deficit mass loss, with natural recharge areas around the Northwest - South - Southeast from the edge of the Kamojang proven reservoir. The natural recharge fluids and injection wells which spread in the Kamojang production area, causes the mass deficit that occurs in Kamojang less than expected, an average of 4 MTons of natural recharge fluid enters the reservoir each year, which causes an annual mass loss of only approximately -7 Mton per year. However, the strategy of adding injection wells in the KWK area needs to be implemented immediately to avoid greater mass loss which can lead to a faster decline production. The addition of an injection fluid quantity around 450 tons per hour can be done to increase the injection ratio from 23% to 58%, so that the sustainability and continuity of geothermal production in Kamojang can be maintained for the long term production."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Eddy Supriyana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39725
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yayan Sofyan
"Lapangan panasbumi Kamojang sudah memulai eksploitasi dan produksi sejak tahun 1983 dengan produksi uap sampai tahun 2000 telah mencapai 116.78 x 106 ton. Dengan rata-rata produksi dalam sepuluh tahun terakhir adalah 8.746.546 ton uap per tahun diperlukan manajemen reservoar untuk mengelola potensi reservoar secara optimal. Manajemen reservoar ini sangat diperlukan untuk mengatasi masalah penurunan produksi uap yang saat ini terjadi di Lapangan panasbumi Kamojang. Dalam mempertahankan stabilitas produksi, pengelolaan produksi dan reinjeksi sangat diperlukan dengan memperhatikan karakteristik reservoar dan perubahan-perubahannya.
Monitoring geofisika dapat dilakukan untuk memantau kondisi reservoar secara berkala serta perubahan-perubahan yang terjadi. Metode microgravity dan microearthquake merupakan dua metode geofisika yang saling melengkapi dalam memonitor kondisi reservoar geothermal melalui pengukuran perubahan nilai medan gravitasi dan gempa mikro yang terjadi dalam waktu tertentu. Metode microgravity dilakukan untuk mengukur perubahan medan gravitasi antara tahun 1999 dengan tahun 2005 pada 51 titik benchmark gravitasi yang sama. Metode microearthquake dilakukan untuk melihat distribusi gempa mikro yang terjadi antara tahun 2004 sampai 2005 dengan pengamatan data setiap hari.
Hasil interpretasi data microgravity dan microearthquake dari penelitian ini mengidentifikasi kemungkinan arah perubahan massa menuju NW dengan sebaran gempa mikro yang cukup aktif. Arah aliran fluida di dalam reservoar panasbumi diperkirakan cenderung mengarah NW mengikuti sesar normal. Hasil ini digunakan untuk saran penempatan lokasi sumur produksi baru lebih fokus ke arah NW dari pusat reservoar dan reinjeksi fluida pada arah SW di daerah perubahan medan gravitasi negatif.
More than 116.78 x 106 ton of vapor has been exploited from the Kamojang Geothermal Field since 1983 to 2000. Reservoir management is intended to optimize the reservoir potential in order to produce an optimum long time energy production. Reservoir management is used to solve the decline production problem at the Kamojang Geothermal Field and to maintain the stability of the production which is influenced by reservoir material balance.Microgravity and Microearthquake (MEQ) methods are geophysical monitoring toolss that help the reservoir management to determine the reservoir condition and its changes periodically. Microgravity method is used to measure the changes of the gravity values between 1999 and 2005 with 51 gravity benchmarks. Microearthquake method is used to map the distribution of its hypocenters at Kamojang Geothermal Field occurred between: 2004 to 2005.The interpretation of the microgravity and microearthquake data at Kamojang Geothermal Field shows the direction of the mass changes to the north-west, the same direction of the distribution of the microearthquake occurrence. Fluid flow direction in the geothermal reservoir is considered trending to the north-west direction following the direction of the main fault. Based on this study it is recommended to locate the new production wells in the north-west direction while the injection wells to the south-west direction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20917
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rizky Adityo Prastama
"ABSTRACT
Penelitian 4D microgravity atau microgravity antarwaktu telah dilakukan untuk mendeteksi zona dan laju amblesan antara tahun 2014 dan 2018 di Jakarta. Jakarta secara garis besar berada di atas kipas aluvial kuarter yang berasal dari bagian Selatan. Amblesan sendiri terjadi akibat beberapa faktor termasuk eksploitasi airtanah berlebihan, beban permukaan, dan sifat alami dari aluvial yang tidak terkonsolidasi dengan baik. Dengan menggabungkan persamaan Simple Bouguer Anomaly SBA dan metode gradien gravitas, diperoleh nilai densitas Bouguer sebesar 2.33 g/cm3. Amblesan terjadi di dekat permukaan sehingga anomali gravitasi regional perlu dipisahkan dari SBA dengan mengkombinasikan analisis spektrum dan metode moving average setelah mengimplementasikan transformasi Fourier. Efek dari pergerakan airtanah sudah dihilangkan dengan korelasi data sumur. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa amblesan terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Jakarta, dengan nilai tertinggi di Jakarta Utara 7-20 cm/tahun . Terdapat pula nilai 4D microgravity negatif pada bagian selatan Jakarta yang mengindikasikan fenomena uplift.
ABSTRACTStudy of time lapse or 4D microgravity had been done to detect subsidence zone and its rate between 2014 and 2018 in Jakarta. Jakarta mostly covered by quaternary alluvium fan supplied from southern part of this city. Subsidence happened by several factors including excessive water exploitation, surface load, and the natural sinking properties of unconsolidated alluvium. By combining Simple Bouguer Anomaly SBA equation and gravity gradiometry methods, we can get the Bouguer density of 2.33 g cm3. Since subsidence occurred on near surface, regional gravity anomaly has been separated from SBA by combining spectrum analysis and moving average methods after implementing Fourier transform. The effect of groundwater movements removed from 4D microgravity anomaly with correlation to groundwater well data. The result shows that subsidence occurred all over the coastal area of Jakarta, with highest rate in North Jakarta 7 20 cm year . There also negative 4D microgravity anomaly in southern part of Jakarta that related to ground level uplifting."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library