Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Syahda Nariswari
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi laten dan infeksi yang aktif progresif. Pengobatan TB aktif minimal dua kombinasi obat biasanya tiga atau empat obat dengan durasi pengobatan minimal 6 bulan Pengobatan yang harus dijalani pasien yaitu dua bulan pertama fase intensif dengan empat kombinasi OAT dan dilanjutkan dua bulan fase lanjutan dengan kombinasi dua OAT. Regimen yang diberikan berupa kombinasi lini pertama etambutol, isoniazid, pirazinamid, dan rifampisin. Pengobatan Tuberculosis yang lama dan efek samping menjadi salah satu rendahnya kepatuhan pasien Tuberculosis dalam mengkonsumsi OAT. Lamanya durasi pengobatan kadang membuat pasien menjadi jenuh dan putus asa. Pengawas Menelan Obat atau yang dikenal dengan PMO yang bertugas mendampingi, memberi edukasi, dan memantau pasien Tuberkulosis. Apotek berperan dalam penunjang pelayanan kesehatan promotive, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan tradisional. Penyampaian edukasi dan pemantauan yang dilakukan oleh suatu apotek merupakan bagian dari penunjang pelayanan promotive, preventif dan rehabilitative. Penggunaan tekonologi Whatsapp memudahkan untu penyampaian informasi kepada pasien dan masyarakat. Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus ini adalah meningkatkan kepatuhan dan mengedukasi pentingnya menelan obat tuberkulosis dengan baik dan benar kepada pasien Tuberkulosis yang menjadi pelanggan Apotek Roxy Pondok Labu melalui broadcast WhatsApp menggunakan sarana infografis untuk memudahkan pasien memahami pentingnya kepatuhan menelan obat. Kegiatan edukasi untuk kepatuhan menelan obat dapat diwujudkan dengan memberikan informasi mengenai kepatuhan menelan obat dan beberapa cara sebagai pengingat menelan obat melalui pesan broadcast Whatsapp dan poster hal ini tidak hanya berguna untuk pasien tetapi juga bagi orang orang terdekat pasien.

Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis, which can cause latent infection and active progressive infection. Treatment of active TB is a minimum of two drug combinations usually three or four drugs with a minimum treatment duration of 6 months. The treatment that patients must undergo is the first two months of the intensive phase with four OAT combinations and continued for two months of the continuation phase with a combination of two OAT. The regimen is a first-line combination of ethambutol, isoniazid, pyrazinamide and rifampicin. The long duration of Tuberculosis treatment and side effects are one of the reasons for the low compliance of Tuberculosis patients in taking OAT. The long duration of treatment sometimes makes patients bored and desperate. Drug Swallowing Supervisor or known as PMO is in charge of accompanying, educating, and monitoring Tuberculosis patients. Pharmacies play a role in supporting promotive, preventive, curative, rehabilitative, and traditional health services. The delivery of education and monitoring carried out by a pharmacy is part of supporting promotive, preventive and rehabilitative services. The use of WhatsApp technology makes it easier to convey information to patients and the public. The purpose of this special assignment is to increase compliance and educate the importance of swallowing tuberculosis drugs properly and correctly to Tuberculosis patients who are customers of Roxy Pondok Labu Pharmacy through WhatsApp broadcasts using infographic facilities to make it easier for patients to understand the importance of drug swallowing compliance. Educational activities for drug swallowing compliance can be realized by providing information about drug swallowing compliance and several ways as a reminder to swallow drugs through WhatsApp broadcast messages and posters, this is not only useful for patients but also for people closest to patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Via Dolorosa Halilintar
"Kanker Payudara KPD merupakan jenis penyakit Kanker dengan risiko insidensi mortalitas tertinggi di Indonesia. Tesis ini membahas tingkat kepatuhan dan faktor ndash; faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien Kanker Payudara KPD yang menjalani terapi hormonal dengan Tamoxifen pada pasien RS Kanker Dharmais tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang cross-sectional. Penelitian diikuti oleh sebanyak 109 orang responden. Tingkat kepatuhan pengobatan dinilai melalui kuesioner MARS-5 yang dimodifikasi. Karaktersitik sosiodemografi dan klinis diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan KPD dengan Tamoxifen adalah 90,9 dengan proporsi pasien yang patuh adalah 75,2 82 dari 109 orang. Umur pasien, pendapatan, tingkat pendidikan, pemberian informasi dan edukasi tentang pengobatan, dan tingkat pengetahuan pasien mempunyai pengaruh yang bermakna dalam mempengaruhi tingkat kepatuhan pengobatan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa Umur responden, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling berpengaruh dan menentukan tingkat kepatuhan pengobatan. Tingkat Pendidikan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kepatuhan pengobatan. Melalui penelitian ini disarankan untuk memberikan perhatian khusus untuk pasien ndash; pasien dengan karakteristik tertentu seperti pasien dengan tingkat pendidikan atau berpendapatan rendah.

Breast Cancer BC is. type of cancer disease with the highest incidence of mortality in Indonesia. The focus of the study was to determine the level of adherence and factors influencing the adherence of the treatment of BC patients undergoing hormonal therapy with Tamoxifen in patients with Dharmais Cancer Hospital in year 2018. The study is an observational study with. cross sectional design. The study was followed by 109 respondents. Medication adherence levels assessed via questionnaire MARS. modified. Sociodemographic and clinical characteristic obtained from interviews using questionnaires.
The results showed that the medication adherence level of KPD with Tamoxifen was 90.9 with the proportion of adherent patients was 75.2 82 of 109 patients. Patient age, income, education level, information and education about treatment, patient 39. level of knowledge have. significant influence on the level of medication adherence. Multivariate analysis showed that the age of respondents, level of education, level of knowledge is the most influential factor and determine the level of treatment adherence. Education level is the variable that has the greatest effect on medication adherence. Through this study, it is advisable to pay particular attention to patients with certain characteristics such as patients with low education or low income levels.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Octaviani Putri
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular disebabkan oleh TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang merupakan penyebab utama kematian kedua akibat penyakit menular di seluruh dunia. Hambatan dalam pengobatan TB adalah kurangnya kepatuhan pasien TB untuk minum obat anti tuberkulosis yang teratur dan kombinasi tidak tuntas, hal ini diduga menyebabkan kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti Tuberkulosis. Oleh karena itu, sangat penting kepatuhan pasien untuk penyembuhan penyakit TBC. Puskesmas kecamatan jatinegara memiliki pasien tuberkulosis yang memiliki kepatuhan yang rendah, maka dari itu perlunya membuat kalender minum obat agar pasien dapat memberikan penandaan apakah sudah minum obat dan juga bagi tenaga Kesehatan dapat melihat tingkat kepatuhan minum obat pasien. Tahapan pembuatan kalender yaitu studi literatur dan observasi kemudian membuat kalender checklist minum obat antituberkulosis sesuai dengan kategori pasien. Hasil dari pembuatan Kalender minum obat ini dapat membantu dalam proses konseling sebagai media tambahan dalam menjelaskan terapi yang akan dijalankan oleh pasien. Mulai dari apa saja OAT yang dikonsumsi, jumlah tablet yang akan diminum, kapan waktunya untuk pengambilan obat, mulai pengobatan dan waktu Kembali ke puskesmas. Kemudian dalam kotak checklist tersebut dapat diarahkan juga pada pasien untuk mengisi waktu dalam meminum obat sehingga diharapkan pasien dapat meminum obat tepat waktu di jam yang sama setiap harinya. Maka dari itu, perlu digunakannya kalender minum obat sebagai solusi dalam kepatuhan yang rendah pada pasien tuberkulosis puskesmas jatinegara.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by TB (Mycobacterium tuberculosis) which is the second leading cause of death due to infectious diseases throughout the world. Obstacles in TB treatment are the lack of compliance of TB patients in taking anti-tuberculosis drugs regularly and incomplete combinations, this is thought to cause double immunity of TB germs to Anti-Tuberculosis Drugs. Therefore, it is very important for patient compliance to cure TB disease. The Jatinegara sub-district health center has tuberculosis patients who have low compliance, therefore it is necessary to create a medication taking calendar so that patients can indicate whether they have taken medication and also for health workers to see the patient's level of medication adherence. The stages of making a calendar are literature study and observation, then making a checklist calendar for taking anti-tuberculosis medication according to the patient category. The results of making this medication taking calendar can help in the counseling process as an additional medium in explaining the therapy that will be carried out by the patient. Starting from what OAT to take, the number of tablets to be taken, when it is time to take the medicine, start treatment and when to return to the health center. Then in the checklist box you can also direct the patient to fill in the time to take the medicine so that it is hoped that the patient can take the medicine on time at the same time every day. Therefore, it is necessary to use a medication taking calendar as a solution to low compliance in Jatinegara Public Health Center tuberculosis patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Akbar
"ABSTRAK
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat hingga saat ini. Salah satu masalah besar yang masih menjadi tantangan dalam penanggulangan TBC adalah kepatuhan pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan klien dewasa Tuberculosis di kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian crossectional study. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 157 responden. Terdapat hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan klien dewasa TBC di kabupaten Jeneponto p value 0,001 < 0,05 . Mengetahui hubungan self stigma dan self efficacy dengan kepatuhan pengobatan menjadi dasar bagi perawat komunitas dalam memberikan intervensi yang sesuai dan pengembangan keilmuan keperawatan.

ABSTRACT
Tuberculosis is still a public health problem. One major problem that remains a challenge in TB control is medication adherence. This study aims to determine the relationship of self stigma and self efficacy with adherence treatment among adult with Tuberculosis in Jeneponto district. This is cross sectional study. The sample was taken by purposive sampling technique as many as 157 respondents. There is a relationship of self stigma and self efficacy among adult with treatment adherence in Jeneponto district p value 0,001 "
2018
T51493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmianto Abadi
"Latar Belakang: Penilaian kepatuhan minum obat adalah hal yang penting dalam tatalaksana pengobatan pasien psikosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk menilai kepatuhan minum obat pasien psikosis, yaitu MARS versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang, diagnosis psikosis ditegakkan dengan SCID (Structured Clinical Interview and Diagnosis DSM IV di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Januari hingga Juli 2017 (N= 100, usia 18 hingga 59 tahun) dengan sampling konsekutif dan sampling sistematik untuk tes ulang (N=35), melakukan penerjemahan yang disesuaikan dengan budaya Indonesia, perjemahan balik, uji validitas isi dan reliabilitas instrumen MARS versi Bahasa Indonesia.
Hasil: Uji validitas isi memperoleh koefisien 0,90 yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam instrumen sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi membuktikan bahwa butir-butir pertanyaan dalam instrumen mewakili konstruksi teoritis dan konseptual. Uji reliabilitas dengan penghitungan koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,80 dan test-retest 0.798 yang menunjukkan konsistensi internal instrumen adalah baik. Penelitian ini menghasilkan instrumen MARS versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai kepatuhan minum obat pasien psikosis.
Diskusi: Belum ada instrumen pembanding kepatuhan minum obat pada pasien psikosis di Indonesia.

Background: -Assessment of medication adherence is an important part of pharmacological treatment of psychotic disorders. This study aims to obtain an instrument to assess medication adherence in psychotic patients, MARS -- -Bahasa Indonesia version, - and to evaluate the validity and reliability of the instrument. -
Methods: This is a cross-sectional study conducted in the Psychiatric Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital from January to July 2017. Subjects were recruited through consecutive sampling (N = 100, aged 18-59 years old). Psychotic disorders were diagnosed using SCID (Structured Clinical Interview and Diagnosis DSM-IV). The instrument was translated, adapted to Indonesian culture, and back-translated. Content validity and test- retest reliability (N = 35 using systematic sampling) of MARS -- -Bahasa Indonesia version- were evaluated.
Results-: All items in the instrument are relevant to theory, as evidenced by content validity coefficient of 0,90. Construct validity test showed that the items represent theoretical as well as conceptual construction of medication adherence. Internal consistency reliability -was good, with Cronbach’s alpha of 0,80 and 0,798 in the test--retest evaluation. This study produced a valid and reliable MARS -- -Bahasa Indonesia Version. -
Discussion-: Currently there is no other instrument assessing medication adherence in psychotic patients in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahri Gunawan
"Pendahuluan Penyaktit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang membutuhkan waktu pengobatan sampai 6 bulan. Dukungan PMO keluarga berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan, tindakan pencegahan dan kepatuhan pasien. Salah satu metode yang telah terbukti memberikan efek positif adalah Intervensi edukasi kesehatan terstruktur. Tujuan Mengidentifikasi pengaruh intervensi edukasi kesehatan terstruktur terhadap dukungan PMO keluarga dan kepatuhan minum Obat anti Tuberkulosis (OAT) di Kabupaten Muaro Jambi. Metode Penelitian quasy eksperimen dengan pretest and posttest with control goup. Sampel 38 responden pada kelompok intervensi dan 38 pada kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji independent t-tes.dan Mann Whitney Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap dukungan PMO keluarga setelah diberikan intervensi dengan nilai p=0.001 .Terdapat pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap kepatuhan minum OAT setelah diberikan intervensi dengan nilai p=0.003. Kesimpulan : edukasi kesehatan terstruktur bertujuan untuk memberikan informasi kepada PMO keluarga akan meningkatkan pendidikan kesehatan, pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan yang sehat dalam dukungan keluarga dan meningkatkan kepatuhan minum OAT pada pasien TBC.

Introduction Tuberculosis (TB) is an infectious disease that requires treatment for up to 6 months. Family PMO support plays an important role in increasing knowledge, preventive measures and patient compliance. One method that has been proven to have a positive effect is a structured health education intervention. Objectives To identify the effect of structured health education interventions on family PMO support and adherence to taking anti-tuberculosis drugs (OAT) in Muaro Jambi District. Quasy experimental research method with pretest and posttest with group control. A sample of 38 respondents in the intervention group and 38 in the control group. Data analysis using independent t-test. The results showed that there was an effect of structured health education on family PMO support after being given an intervention with a value of p=0.001. There was an effect of structured health education on adherence to taking OAT after being given an intervention with a value of p=0.003. Conclusion: structured health education aims to provide information to PMO families will improve health education, will ultimately affect healthy actions in family support and increase adherence to taking OAT in TB patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dya Pratama Andryan
"Latar Belakang : Aplikasi mHealth menjadi modalitas menjanjikan dalam prevensi sekunder sindrom koroner akut. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi mHealth HARKIT iCare terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat.
Tujuan : Mengetahui efek penggunaan aplikasi HARKIT iCare dibandingkan dengan layanan standar terhadap angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat.
Metode : Studi ini adalah uji klinis acak tunggal,106 subyek pasien pasca-sindrom koroner akut dirandomisasi dengan permutasi blok acak ke kelompok aplikasi berbasis aplikasi ponsel pintar HARKIT iCare atau layanan standar. Subyek diikuti selama 6 bulan lalu dilihat angka rehospitalisasi dan kepatuhan minum obat menggunakan MMAS-8 sebagai parameter luaran.
Hasil : Rehospitalisasi berulang lebih rendah pada kelompok iCare dibandingkan kontrol setelah dilakukan analisis multivariat (2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [IK 95% 0.01-0.98], p=.048). Rehospitalisasi tak terencana lebih rendah pada kelompok iCare dibanding kontrol, tidak berbeda bermakna (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [IK 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare berkorelasi pada peningkatan tingkat kepatuhan secara signifikan setelah dilakukan analisis multivariat (16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.37 [IK 95% 1.00-5.61], p=.049). Terdapat peningkatan bermakna secara statistik perbedaan nilai median kepatuhan minum obat berdasarkan MMAS awal dan akhir pada kelompok iCare dibandingkan kontrol (iCare - MMAS awal 6.5 [2-8] akhir 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; kontrol - MMAS awal 7 [3-8], akhir 8 [5-8], Δ median = +1, p=0.053 ).
Kesimpulan Penggunaan aplikasi HARKIT iCare berkorelasi dengan angka rehospitalisasi berulang yang lebih rendah dan peningkatan derajat kepatuhan minum obat diukur dengan peningkatan median MMAS.

Background Smartphone based mHealth applications is a promising platform for increase adherence to secondary prevention programs post acute coronary syndrome. The aim of this study is to know the impact of smartphone based mHealth applications HARKIT iCare on rehospitalization and medication adherence.
Objective To determine the impact of HARKIT iCare apps on secondary prevention compared to standard care on rehospitalization and medication adherence.
Method Study was a single blinded randomized clinical trial involving 106 subjects post-acute coronary syndrome. Subjects were randomized by permuted block randomization into HARKIT iCare (intervention) group or standard care. Subjects were followed for 6 months. The outcome of this study was rates of unplanned and recurrent rehospitalization, and also medication adherence by questionnare MMAS-8.
Result Recurrent hospitalization occurred fewer in the iCare group compared to control (Adjusted, 2 [3.7%] vs 7 [13.5%], HR 0.11 [CI 95% 0.01-0.98], p=.048). Unplanned rehospitalization also occured fewer in iCare group compared to control, significantly different (13 [24.1%] vs 16 [30.8%], HR 0.73 [CI 95% 0.35-1.53], p=.41). HARKIT iCare related to increased levels of adherence (Adjusted, 16 [30.8%] vs 26 [48.1%], RR 2.34 [CI 95% 1.03-5.33], p=.049). Comparison between pre and post median MMAS was significant for iCare group but not with control group. (iCare - MMAS pre 6.5 [2-8] post 8 [4-8] Δ median = +1.5, p=.000 ; control - MMAS pre 7 [3-8], post 8 [5-8], Δ median = +1, p=.053).
Conclusion HARKIT iCare related with fewer recurrent rehospitalization, increase of medication adherence and improvement of median MMAS significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pengelolaan dan terapi jangka panjang. Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol. Kontrol tekanan darah sangat diperlukan untuk mencegah adanya komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien patuh minum obat, termasuk di dalamnya yaitu pengetahuan. Puskesmas berperan sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam penanganan awal dan kontrol pengobatan hipertensi. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Maka dari itu perlu dilakukan promosi kesehatan terkait pentingnya kepatuhan minum obat antihipertensi dalam upaya meningkatkan kepatuhan minum obat bagi penderita hipertensi. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) melalui media leaflet. Leaflet penyampaian mengenai Pentingnya Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Jatinegara terdiri dari beberapa point yang meliputi pengertian penyakit hipertensi, pengertian patuh minum obat, pentingnya minum antihipertensi secara teratur, faktor – faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat, serta dampak yang diakibatkan oleh ketidakpatuhan minum obat antihipertensi. Isi leaflet juga menyertakan solusi yaitu beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan minum obat.

Hypertension is one of the chronic diseases that requires long-term management and therapy. It cannot be cured but must always be controlled. Blood pressure control is crucial to prevent complications that can arise from uncontrolled hypertension. Several factors can affect patient adherence to medication, including knowledge. Community health centers (Puskesmas) play a role as primary healthcare facilities in the initial management and treatment control of hypertension. Puskesmas provides health services aimed at both community and individual health promotion and prevention efforts primarily in its operational area. Therefore, health promotion related to the importance of adherence to antihypertensive medication is essential to improve compliance among hypertensive patients. This effort can be achieved through Drug Information Services (DIS), using leaflets as a medium. The leaflet on the Importance of Adherence to Antihypertensive Medication among Hypertensive Patients at Jatinegara Community Health Center consists of several points, including understanding hypertension, the concept of medication adherence, the importance of regular intake of antihypertensive medication, factors contributing to non-adherence, and the impacts of non-adherence to antihypertensive medication. The leaflet also includes solutions such as strategies to enhance medication adherence.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamilia Rifani Ufairah
"Latar belakang: Glaukoma merupakan penyakit kronik pada mata yang menjadi penyebab kebutaan kedua setelah katarak di Indonesia. Saat ini, terdapat sejumlah 427.091 penduduk Indonesia yang menjalani rawat jalan terkait glaukoma. Pada tingkat global, glaukoma sudut terbuka merupakan penyebab kebutaan pertama. Pengobatan farmakologis jangka panjang merupakan terapi utama untuk mencegah progresivitas glaukoma yang memerlukan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien. Tujuan: Memberikan gambaran mengenai tingkat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana sebagai pusat rujukan nasional, disertai pengaruh dukungan pengasuh atau keluarga terhadap derajat kepatuhan tersebut. Metode: Studi dilaksanakan secara potong lintang dengan teknik pengambilan sampel consecutive. Sampel terpilih sejumlah 96 orang merupakan pasien tergolong kriteria inklusi dari RSCM Kirana. Sampel diwawancarai secara daring dengan pertanyaan bersumber dari kuesioner adaptasi Morisky Medication Adherence Scale dan Duke UNC-Functional Social Support Questionnaire. Hasil: Distribusi derajat dukungan pengasuh atau keluarga dari 96 responden adalah 29.2% beroleh dukungan rendah, 51.04% dukungan sedang, dan 19.8% dukungan tinggi. Sementara distribusi derajat kepatuhan penggunaan obat adalah 50% beroleh kepatuhan rendah, 32.3% kepatuhan sedang, dan 17.7% kepatuhan tinggi. Nilai p (p=0.822) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara derajat dukungan pengasuh atau keluarga terhadap derajat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka di RSCM Kirana. Simpulan: Derajat dukungan pengasuh atau keluarga tidak memiliki pengaruh signifikan dengan derajat kepatuhan penggunaan obat pasien glaukoma sudut terbuka (p>0.05) dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi keterbatasan studi

Background: Glaucoma is a chronic eye disease which causes blindness second to cataracts in Indonesia. Currently, there are 427,091 Indonesians who undergo outpatient care related to glaucoma. Open-angle glaucoma is the leading cause of blindness globally. Long-term pharmacological treatment is suggested as the main therapy to prevent disease progression therefore requires adherence. Objective: To provide an overview of the level of medication adherence in open-angle glaucoma outpatients at RSCM Kirana along with the effect of family or caregiver support upon it. Methods: The study design was cross-sectional with a consecutive sampling technique. The selected sample of 96 people were RSCM Kirana open-angle glaucoma outpatients who fulfilled the inclusion criteria requirements. The sample was interviewed online with questions adapted from the Morisky Medication Adherence Scale and Duke UNC-Functional Social Support Questionnaire. Results: The distribution regarding the degree of caregiver or family support out of 96 respondents were 29.2% experienced low support, 51.04% had moderate support, and 19.8% had high support. On the other hand, the distribution of medication adherence degree were 50% had low adherence, 32.3% had moderate adherence, and 17.7% had high adherence. The p-value (p = 0.822) indicates the degree of family or caregiver support has no significant effect on the degree of adherence to medication outcome in open-angle glaucoma patients at RSCM Kirana. Conclusions: The degree of family or caregiver support does not significantly affect the degree of adherence to medication use in open-angle glaucoma patients (p> 0.05). Further research is needed to overcome the recent study limitations
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>