Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
De Landa, Manuel
Cambridge: Polity, 2017
149.2 DEL r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Passmore, John
Harmondsworth: Penguin Books, 1972
109 PAS h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cottier, Gerges M.
Paris : Alsatia, 1961
335.4 COT r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vickers, Adrian, 1958-
"
ABSTRACT
While the long history of commerce in Southeast Asia is well studied, less examination has been made of the histories of capitalism, particularly in terms of the encounters that took place around commodities. This article provides a translation and analysis of a description of Dobo on Aru in 1911. At the time it was a Klondike, on what Julia Martínez and I have termed the pearl frontier. The Aru islands were the site for an Australian-led pearl shell consortium that ran from the beginning of the twentieth century until the 1940s, which brought in a large number of Japanese divers and other Asian and Pacific workers. Examining relations around the pearling industry provides a number of general methodological points of entry into the ways that commodity relations created encounters with modernity."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2019
909 UI-WACANA 20:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Along with the concept of behavioral economics,which is the combination of psychology and economics to investigate what happens in markets, this study examine the materialistic attitudes of students across a wide age span and susceptibility to peer group influence. . The design was used to test the variables of age ,susceptibility to influence (friends) and materialism. These findings appear to support the hypothesis that relationship between materialisn and susceptibility to peer influence was positive in nature. It means that students who were more susceptible to influence may also hold more materialistic values"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini membahas mengenai faktor penentu dari perilaku posting pembelian di media sosial serta bagaimana pengaruh perilaku tersebut mempengaruhi kebahagian konsumen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain casual. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survey online terhadap 259 responden yang pernah melakukan posting pembelian di media sosial. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan analisis SEM. Hasil dari penelitian menunjukka bahwa materialisme seseorang sangat berpengaruh dengan kecenderungan posting pembelian di media sosial. Namun ternyata kecenderungan posting pembelian di media sosial tidak berpengaruh secara signifikan pada kebahagiaan konsumen atas pembelian tersebut.

This research describe about the determinants of posting purchase on social media behavior also how this behavior can affect to consumer happiness. The research is quantitative research with casual design. The method of this research is based on online survey to 259 respondents with criteria have posted their purchases on social media in the last 30 days. The result of this research showed that materialism significantly affected to the tendency posting purchases behavior. On the contrary, the types of purchases aren't significantly affected to this behavior. Then based on the research, the posting purchases behavior isn't significantly affected to happiness of purchase."
[Jakarta;Jakarta, Jakarta]: [Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia], 2018
T-pdf;T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averil Khalisha Paramesti
"ABSTRAK
Sejak pertama kali diciptakan oleh James Truslow Adams pada tahun 1931, Mimpi Amerika telah lama dianggap sebagai kehidupan ideal setiap orang yang menjanjikan kesuksesan melalui kerja keras dan menekankan pelestarian cita-cita kolektif untuk semua warga negara Amerika terlepas dari perbedaan masing-masing individu. Mimpi Amerika pun semakin langgeng dengan kehadirannya yang konstan pada budaya populer Amerika. Akan tetapi, kehidupan orang Amerika telah berubah secara drastis sejak awal kehadiran Mimpi Amerika, dan hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadaan Mimpi Amerika saat ini. Mengamati The Devil Wears Prada (2006) dan tokoh utamanya Andrea Sachs, penelitian ini menyelidiki apakah konstruksi Mimpi Amerika di dalam film sesuai dengan konsep asli Adams. Dengan mengulas ide-ide dasar Mimpi Amerika dan melihat beragam manifestasinya di dalam film, penelitian ini menemukan bahwa film ini memperlihatkan versi Mimpi Amerika yang telah berubah secara radikal, di mana Mimpi Amerika sekarang ini hanya menjadi justifikasi usaha menguntungkan diri sendiri semata dan telah menjadi alat penindasan bagi siapapun yang mengejarnya.

ABSTRACT
Ever since its first coinage by James Truslow Adams in 1931, The American Dream has been long held as the everyman s life, which promises success through hard work and stresses the preservation of collective ideals to all Americans regardless of each individual s differences. The Dream s endurance is further strengthened by its frequent presence in American popular culture. However, the life and times of the Americans have greatly changed since the Dream s inception, and this raises the question of today s state of the Dream. Examining The Devil Wears Prada (2006) and its main character Andrea Sachs, this research investigates whether the film s depiction of the American Dream is in accordance to Adams s original concept. By dissecting the Dream s basic concepts and observing its manifestations in the film, this research argues that the film provides a radically metamorphosed version of the American Dream, in which it is now a mere justification for selfish endeavours and has become a tool of oppression to those who seek it."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Merina Indah Lestari
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh consumers’ susceptibility to interpersonal influence terhadap materialisme pada remaja. Pengukuran consumers’ susceptibility to interpersonal influence menggunakan alat ukur SUSCEP Scale (Bearden, Netemeyer, & Teel, 1989) dan pengukuran materialisme menggunakan alat ukur Material Values Scale Short Form (Richins, 2004b). Responden penelitian ini berjumlah 200 remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan consumers’ susceptibility to interpersonal influence secara signifikan mempengaruhi materialisme remaja (β= .530, t(183)= 8.796, p<.01.). Dengan demikian, semakin tinggi consumers’ susceptibility to interpersonal influence yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula materialisme yang ia miliki. Berdasarkan hasil tersebut, remaja perlu diintervensi sejak dini untuk mengantisipasi consumers susceptibility to interpersonal influence yang dapat mempengaruhi materialisme pada mereka.

This research was conducted to find the influence of consumers susceptibility to interpersonal influence on materialism in adolescents. Consumers’ susceptibility to interpersonal influence was measured using SUSCEP Scale (Bearden, Netemeyer, & Teel, 1989) and materialism was measured using Material Values Scale Short Form (Richins, 2004b). The respondent of this research are 200 adolescents.
The main results of this research show that consumers susceptibility to interpersonal influence significantly influence acolescents materialism (β= .530, t(183)= 8.796, p<.01.). That is, the higher consumers susceptibility to interpersonal influence of one's own, the higher showing materialism. Based on this result, adolescents need to intervened early to anticipate consumers susceptibility to interpersonal influence which can influence materialism in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayi Firjatullah Widyadhana
"TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial terbesar di dunia yang mengubah cara kita bersosialisasi di internet. Dorongan untuk tetap mendapat informasi tentang apa yang dilakukan orang lain adalah karakteristik yang menentukan dari rasa takut ketinggalan (FOMO), yang didefinisikan sebagai kekhawatiran berulang bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman berharga dimana individu tersebut tidak terlibat di pengalaman tersebut (Przybylski et al., 2013). Sedangkan menurut Dictionary of Psychology yang diterbitkan oleh American Psychological Association (n.d.), materialisme adalah seperangkat keyakinan yang mengutamakan kesuksesan dan kenyamanan finansial. Penelitian ini membahas hubungan antara mengonsumsi TikTok dengan FOMO, dan materialisme. Peserta (n = 381) direkrut melalui diseminasi online. Data dihitung menggunakan Korelasi Pearson untuk menentukan signifikansi korelasi. Berdasarkan analisis, penelitian menemukan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara FOMO dan mengonsumsi TikTok dan korelasi positif yang signifikan antara materialisme dan mengonsumsi TikTok. Ini menunjukkan bahwa mengonsumsi TikTok yang tinggi mungkin dapat meningkatkan FOMO seseorang dan membuat individu tersebut lebih materialistis. Oleh karena itu, intervensi yang mungkin diperlukan untuk menangani FOMO dan materialisme sebagai efek negatif dari penggunaan TikTok sangat dibutuhkan.

TikTok has become one of the biggest social media platforms in the world, and it has changed how we socialise on the internet. The urge to stay informed about what others are doing is a defining characteristic of the fear of missing out (FOMO), which is defined as the recurrent worry that others may be having valuable experiences. At the same time, one is absent (Przybylski et al., 2013). According to the Dictionary of Psychology published by the American Psychological Association (n.d.), materialism is a set of beliefs that sets a premium on financial success and comfort. This study discusses the relationship between TikTok consumption FOMO, and materialism. Participants (n = 381) were recruited through online dissemination. The data was calculated using Pearson Correlation to determine the significance of the correlation. Based on the analysis, the study found significant data supporting the hypothesis. It was found that there is a significant positive correlation between FOMO and TikTok consumption and a significant positive correlation between materialism and TikTok consumption. This suggests that higher TikTok consumption may increase people’s FOMO and might become more materialistic. Therefore, possible intervention might be needed to handle FOMO and materialism as adverse effects of TikTok usage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Hijrah Hati
"Materialisme sebagai salah satu sisi gelap dari perilaku konsumen (Hirschman, 1991 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2020) telah banyak diteliti oleh para ahli baik di negara-negara barat (misal Richins, 1994) maupun di negara-negara timur (misal Keng, Jung, Jiuan & Wirtz, 2002). Tingginya perhatian para ahli terhadap materialisme adalah karena materialisme dinilai telah banyak menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) individu seperti: menurunnya tingkat kepuasan hidup (Richins & Dawson, 1992 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), menurunnya tingkat kebahagiaan (Belk,1985 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), Berta meningkatnya tingkat depresi (Kasser & Ryan, 1993 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002). Berbagai konsekuensi negatif tersebut tentunya tidak berkesesuaian dengan tujuan awal dari individu dalam mengejar materi yakni sebagai cara untuk menunjukkan keberbasilan mereka dalam hidup, mencari kebahagiaan dan meraih apa yang disebut sebagai "good life".
Meskipun demikian, hubungan negatif antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being) ternyata harus kita cermati secara seksama. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian yang ada telah menunjukkan bukti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangatlah kompleks dan bersifat misterius (enigmatic). Adapun beberapa variabel yang dianggap dapat mempengaruhi hubungan antar kedua variabel tersebut adalah: kualitas pendidikan (misal Campbell 1981; Diener, 1994; dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), orientasi keagamaan (LaBarbera & Gurhan, 1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), latar belakang keluarga (Burroughs & Rindfleisch,1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), sumber daya ekonomi (Cohen & Cohen,1996 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), dan kehadiran konflik nilai (Burroughs & Rindfleisch, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Schlenker (2004), menunjukkan bahwa ada salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being), yakni seljpresentaironal concerns. Adapun self-presentational concerns mengacu pada rasa takut atas penilaian negatif dari pihak lain (fear of negatif evaluation) dan orientasi terhadap identitas sosial (social identity) yang tinggi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh materialisme terhadap komponen afeksi dan kesejahteraan psikologis, yakni: afeksi positif dan afeksi negatif temyata akan menurun jika self-presentational concerns dikontrol secara statistik.
Berbagai hasil penelitian diatas pada akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan studi mengenai pengaruh materialisme terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) dengan memperhitungkan aspek self-presentational concerns di Indonesia. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat hasil penelitian terbaru di Indonesia (Palupi, 2005) menunjukkan bahwa tingkat orientasi konsumen Indonesia tergolong cukup tinggi yakni sekitar 54,1 %.
PeneIitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 400 responden berusia 17 hingga 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yakni secara konvensional dan online.
Sebelum analisis terhadap tujuan utama penelitian dilakukan, peneliti melakukan kajian psikometrik terhadap alat ukur materialisme yang selama ini digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan Richins (2004) yang menyatakan bahwa short form Material Value Scale 9 item yang dikembangkan Richins memiliki kemampuan yang setara dengn long-form Material Value Scale yang terdiri 18 atau 15 item. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dan beberapa alat ukur lainnya, diperoleh bukti bahwa self-presentational concerns merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being). Dengan kata lain, keinginan untuk memberikan impresi yang baik pada orang lain, mendorong banyak individu untuk mengejar materi yang dipandang sebagai lambang kesuksesan, inti kehidupan, dan sumber kebahagiaan mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>