Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris Nova Eka Putri
"Air merupakan komoditi penting yang digunakan di industri terutama pada peralatan proses. Untuk itu air perlu mendapat perhatian khusus akan masalah-masalah yang ditimbulkannya seperti korosi dan kerak. Jenis kerak dibagi menjadi dua yaitu hard scale (kalsit) dan soft scale (aragonit dan vaterit). Kalsit inilah yang menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran pada pipa. Hal ini dapat menurunkan efisiensi perpindahan panas pada alat-alat penukar panas yang menghambat proses produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan suatu metode alternatif untuk pengolahan air yaitu dengan magnetisasi. Magnetisasi ini ditujukan untuk mengurangi pembentukan deposit kerak pada dinding peralatan, biasanya berupa CaC03. Penelitian dilakukan dengan melakukan proses magnetisasi terhadap larutan Na2C03 menggunakan pompa sirkulasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas proses magnetisasi terhadap pembentukan kerak. Variabel penting yang diamati meliputi: waktu sirkulasi larutan, jumlah magnet, kecepatan sirkulasi, dan kuat medan magnet. Pengukuran efektivitas magnetisasi terhadap pembentukan deposit kerak akan diamati pada konsentrasi ion Ca2+, berat deposit CaC03, jenis dan ukuran kristal dengan membandingkan data magnetisasi dan non magnetisasi. Untuk uji analisis yang akan dilakukan yaitu menggunakan uji ion selective Ca2+, titrasi kompleksometri EDTA, foto mikroskop, dan X-Ray Diffraction. Dari hasil analisis di larutan, ditemukan bahwa magnetisasi menyebabkan penurunan yang signifikan pada konsentrasi ion Ca"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Ramses L.
"Kesempurnaan pembakaran dan kadar emisi gas buang dewasa ini Semakin menjadi perhatian dan menarik sebagian orang untuk mengadakan penelitian terhadapnya. Pembakaran yang makin eempurna dan rendahnya kadar emisi gas buang dihasilkan oleh suatu mesin akan menandakan kinerja sebenarnya dari mesin tersebut. Magnetisasi bahan bakar, terutama bensin termasuk Salah satu masalah yang hangat untuk dibicarakan. Fenomena ini sendiri sebenarnya bukanlah hal yang baru, namun sampai sekarang tetap mengundang pertentangan disebaglan pihak, terutama dl kalangan akademisi dan para produsen. Inti dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perubahan kinerja mesin yang diakibatkan pemasangan magnet pada saluran bensinnya. Tingkat kesempurnaan pembakaran yang terindikasi dari tiga hal utama, yaitu penurunan laju aliran bensin, efisiensi thermal yang dihasilkan dan rendahnya kadar emisi gas buang merupakan sasaran utama dari analisis perbandingan terhadap kondlsi awal mesin yang benslnnya tidak dimagnetlsasi dahulu. Penelltian dilakukan terhadap dua alat magnetisasi yang dikeluarkan oleh produsen berbeda. Kuat medan magnet yang dihasllkan maslng-masing magnet juga berbeda. Pengujian dilakukan dalam beberapa variasi, terutama pada posisi penempatan magnet dan variasl putaran. Melalui pengujian dan perhitungan yang telah dllakukan terhaclap tiga indikator utama menunjukkan adanya perubahan. Perubahan rata-rata laju aliran bensin dan efisiensi thermal terbesar dihasilkan akibat pemakaian magnet Super Fuel Max. Pada putaran motor antara 1300 - 2500 rpm dan posisi penempatan magnet dekat dengan karburator, laju aliran bensln rata-rata yang dihasilkan pemakaian Super Fuel ll/lax turun sebesar 13,66 % dan efisiensl thermal rata-rata naik sebesar 4,54 %. Pengamatan terhadap indikator terakhir, yaitu kandungan emisl gas buang yang dihasilkan rnenunjukkan rata-rata peningkatan kandungan CO2 (0,91%) dan penurunan HC (12.5%) yang cukup balk. Tetapi untuk kandungan lain seperti CO, O2 dan NOx kurang menunjukkan persentase perubahan yang berarti."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S37303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Wijaya
"Air merupakan komponen yang sangat panting untuk digunakan dalam industri. Air banyak digunakan sebagai pendingin (cooling wafer), boiler feed wafer, kondensasi, chilling, pertukaran panas, dan lain sebagainya Agar memenuhi persyarutan untuk proses industri, maka air tcrsebut harus diolah (di-rrealment) terlebih dahulu. Metode pengoiahan air yang sering digunakan dalam industri adalah metode canon-anion exchange (pertukaran kation-anion) dengan resin penukar ion _ Metode lain yang telah Iama diteliti dan dikembangkan adalah metode pengolahan air dengan magnetisasi. Tuj uan utama dari pengolahan air adalah untuk mengurangi peinbentukan scale (kerak). Scale tcrbagi menjadi dua, yaitu I hard scale (kalsi0 dan sq# scale (aragonir dan varerir). Hard scale umumnya menycbab!-can kehila ngan energi dan kerugian biaya yang cukup besar.
Untuk mencliti pcngaruh xncdan magnet terhadap sifat-sifat air, maka dilakukan pengukuran terhadap sifat-sifat air sebelum dan sesudah magnetisasi, baik sifat fisika maupun sifat kimianya. Parameter yang diuji adalah pl-I, konduktivitas, viskositas dan kandungan ion Ca” dalam air. Pengujian ini menggunakan magnet batang permanen Neobimium (Nb) yang divariasikan kuat medannya dan orientasi kutub magnetnya.
Efek medan magnet menyebabkan terjadinya kenaikan pl-I sehingga pH larutan menjadi bersifat bzqlifr. pl-Inya berubah menjadi 6,79 dan 7,17 dalam waktu 15 menit magnetisasi. Kuat medan yang-digunakan adalah 1520 Gauss. Medan magnet jua menyebabkan terjadinya penurunan konduktivitas. Faklor-faktor yang mempengaruhi penurunan itu adaiah kuat medan magnet dan kutub-kutub magnet (dipole dan monopole) Viskositas air juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh lcumb-kutub magnet baik dipole maupun monopole. Sedangkan hasil uji AAS tidak menunjukkan adanya perubahan konsentrasi Ca".
Perubahan sifat-sifat air ini disebabkan oleh terpengaruhnya ion-ion yang ada di dalam air dan molekul-molekul air oleh efek medan magnet. Reaksi pembentukan aragoni! mempakan reaksi kesetimbangan, sehingga kristal-I-uistal yang terbentuk dapat dengan mudah kembali menj adi ion-ion Ca2+."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Setyawan
"Sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 dengan x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 dan 0.50 dari bahan dasar La2O3, SrCO2, MnCO3, dan Fe2O3 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 15 jam, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 800°C selama 8 jam dan disintering pada suhu 1200°C selama 12 jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 single phase untuk semua komposisi x, yang memiliki struktur kristal Rhombohedral. Pengukuran terhadap nilai konduktivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP), sedangkan nilai magnetisasinya diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa semakin besar doping Fe yang diberikan pada sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 membuat nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel semakin menurun. Nilai negatif magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan. Untuk x = 0.05 nilai negatif magnetoresistansi sampel paling besar yaitu 3,65%, tetapi untuk x = 0.5 bersifat positif magnetoresistansi. Penurunan nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel terjadi karena adanya kompetisi interaksi Double Exchange (DE) dan superexchange yang terjadi pada sistem. Interaksi Double Exchange (DE) terjadi antara ion Mn3+-O-Mn4+, sedangkan interaksi superexchange muncul karena interaksi antara ion Fe3+-O-Fe3+ akibat adanya doping Fe pada site Mn di sistem sampel La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3.

La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 sample with concentration x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; 0.15 ; and 0,5 of La2O3, SrCO2, MnCO3, and Fe2O3 are synthesized using mechanical alloying. The fourth of basic matter are mixed with using Planetary Ball Milling during 15 hours, compacted, calcinations on 8000C during 8 hours and sinter at 1200°C during 12 hours. Phase identification is carried out using X ray diffraction and GSAS refinement, getting La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3 which single phase for all x composition, that have Rhombohedral crystal structure. Conductivity and magnetoresistance (MR) are measured using Four Point Probe (FPP), while magnetization is measured using permagraph. From the measurement we get that the bigger Fe doping the more magnetization and conductivity is decreases. For negative magnetoresistance generally is decreases, the biggest negative magnetoresistance is 3,65% for x = 0.05, but for x = 0.5 has positive magnetoresistance. The decreases of magnetization and conductivity due to there were competition between Double Exchange (DE) and Superexchange in the system. Double Exchange (DE) interaction happened between Mn3+-O-Mn4+ ion, while Superexchange a rises because of interaction between Fe3+-O-Fe3+ ion due to Fe doping on Mn site in the La0,67Sr0,33Mn1-xFexO3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Anka Yehezkiel
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bobi Eka Putra
"Pada zaman sekarang perkembangan teknologi berkembang pesat. Adanya modifikasi material perovskite berbasis manganit telah diteliti untuk diterapkan pada Colossal Magnetoresistance. Penelitian yang telah dilakukan mengenai struktur mikro dan sifat magnetik material perovskite manganites La0.67Sr0.33Mn1-xZnxO3 (x= 0; 0,15; 0,2; 0,4) yang disintesis dengan metode solid state bertujuan untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan Zn pada material La0.67Sr0.33Mn1-xZnxO3 (x= 0; 0,15; 0,2; 0,4) berupa struktur morfologi dan sifat kemagnetannya. Karakterisasi XRD menunjukan bahwa struktur kristal material berbentuk rhombohedral pada space group R-3c dengan rata-rata ukuran kristal 106 nm, 103 nm, 101 nm dan 96 nm. Karakterisasi SEM dan EDS menunjukan perubahan ukuran grain dan memperlihatkan keberadaan unsur Zn sebagai pendoping. Ukuran grain mengecil seiring bertambahnya konsentrasi Zn dengan rata-rata ukuran grain 148 nm, 134 nm, 127 nm dan 117 nm. Karakterisasi VSM menunjukan kurva histeresis yang memperlihatkan material bersifat feromagnetik ketika 0 ≤ x < 0,2 dan berubah menjadi paramagnetik ketika x > 0,2 yang terlihat dengan menurunnya nilai magnetisasi dari 65,1 emu/gram, 14,4 emu/gram, 8,2 emu/gram dan 1,7 emu/gram.

In this day and age, technological development is developing rapidly. The existence of modifications to manganese-based perovskite materials has been studied to be applied to Colossal Magnetoresistance. Research that has been conducted on the microstructure and magnetic properties of manganites perovskite material La0,67Sr0,33Mn1-xZnxO3 (x= 0; 0.15; 0.2; 0.4) synthesized by the solidstate method aims to see the influence that Zn has on the material La0,67Sr0,33Mn1-xZnxO3 (x= 0; 0.15; 0.2; 0.4) in the form of morphological structure and magnetisme properties. XRD characterization shows that the crystal structure of rhombohedral-shaped materials in the R-3c space group with an average crystal size of 106 nm, 103 nm, 101 nm and 96 nm. SEM and EDS characterizations show a change in grain size and show the presence of Zn elements as doping. Grain size decreases as Zn concentration increases with average grain sizes of 148 nm, 134 nm, 127 nm and 117 nm. VSM characterization shows a hysteresis curve that shows the material is ferromagnetic when 0 ≤ x < 0.2 and turns paramagnetic when x > 0.2 which is seen by decreasing the magnetization value of 65.1 emu/gram, 14.4 emu/gram, 8.2 emu/gram and 1.7 emu/gram."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilita Medisa Rizky Dharmayanti
"Penelitian mengenai polikristalin perovskite manganite telah dilakukan, material Nd0,7Sr0,3Mn(1-x)CoxO3 (x = 0; 0,03; 0,05; 0,07 dan 0,1) disintesis dengan menggunakan metode sol–gel kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan Xray Diffractometer dan menunjukkan bahwa doping cobalt pada sampel tidak menyebabkan perubahan struktur kristal yaitu orthorhombic dengan space group Pnma. Karakterisasi Scanning Electron Microscopy menunjukkan bahwa terjadi perubahan ukuran grain yang membesar pada saat didoping cobalt sebesar 3% dan 7% akibat penurunan interaksi double exchange (DE). Hasil pengujian dengan menggunakan Vibrating Sampe Magnetometer menunjukkan penurunan magnetisasi pada saat diberikan kenaikan doping cobalt. Selain itu, saat diuji dengan cryogenic magnetometer, sampel dengan doping cobalt 7% menunjukkan nilai resistivitas yang tinggi yang ditunjukkan dengan pergeran puncak yang dipengaruhi oleh adanya ion Co3+ yang menyebabkan terpisahnya charge transfer sepanjang ikatan Co – O – Co.

Polycrystalline perovskite manganite Nd0,7Sr0,3Mn(1-x)CoxO3 (x = 0; 0,03; 0,05; 0,07 dan 0,1) material has been synthesized using sol – gel methods. It was observed under the X-ray Diffractometer and shows that different amount of cobalt doping on the sample caused the crystal structure to remains the same, which is orthorhombic with Pnma space group. The characterization using Scanning Electron Microscopy indicated the changed of the grain in the sample which grow larger when cobalt was doped for 3% and 7%, it is due to the lower double exchange (DE) interaction. Furthermore, the result from Vibrating Sampe Magnetometer denote that the magnetization is decreasing caused by the increase amount of cobalt doping in the sample. Moreover, from the cryogenic magnetometer measurement, sample with cobalt doping of 7% shows the high resistivity indicate by the shifting peak which influenced by Co3+ ion that affects the charge transfer integral along the Co – O – Co bond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzadi Didik Optalnindi
"Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu milling dan suhu rendah terhadap proses magnetisasi bahan LaMnO3. Lanthanum manganat adalah salah satu jenis senyawa oksida yang berasal dari tanah jarang dengan unsur transisi 3d merupakan senyawa penting yang masih diteliti beberapa dekade belakangan ini karena kegunaanya pada dunia industri bahan elektronik dan magnetik. Proses milling telah dilakukan pada bahan LaMnO3 berbentuk serbuk dengan lama waktu milling 3 jam dan 12 jam dan dipanaskan pada suhu pemanasan 800oC dan 1000oC dengan lama pemanasan 9 jam, identifikasi fasa bahan dengan menggunakan difraktometer sinar-x (XRD) diikuti dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat ukuran butirannya, fasa baru LaMnO3 hasil paduan La2O3 dan MnO2 terbentuk setelah dilakukan proses milling selama 12 jam dengan suhu pemanasan 1000oC lama pemanasan 9 jam. Sifat kemagnetan bahan didapatkan dengan pengukuran VSM (Vibrating Semple Magnetometer) pada suhu pengukuran bervariasi mulai dari 1.8K; 60K; 195K; 220K; 270K dan 300K.
Dari hasil proses magnetisasi terjadi perubahan fasa magnetik dari paramagnetik ke feromagnetik pada suhu pengukuran T∼240K pada suhu pemanasan 800oC dan T∼220K pada suhu pemanasan 1000°C, terjadi lonjakan yang sangat besar kira-kira 9 kalinya pada harga besaran M/H antara bahan dengan suhu pemanasan 800°C dengan bahan suhu pemanasan 1000°C. Sifat kemagnetan bahan terutama nilai koersivitas Hc , magnetisasi remanen Mr dan magnetisasi saturasi Ms muncul pada suhu pengukuran 1.8K dengan Hc=0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram dan Mr = 12.5 emu/gram utnuk bahan pada suhu pemanasan 800°C, sedangkan pada bahan suhu pemanasan 1000°C hanya muncul nilai Ms-nya sebesar 287.5 emu/gram, nilai Hc dan Mr tidak muncul karena lop yang terbentuk non histerisis. Pada bahan dengan suhu pengukuran 300K bahan dengan lama waktu milling 12 jam memiliki nilai magnetisasi M tertinggi 3.1 emu/gram dibandingkan dengan lama waktu milling 3 jam yaitu 2.18 emu/gram pada nilai H yang sama 1 tesla. Semakin besar magnetisasinya menunjukan bahwa bahan mudah dimagnetisasi. Sifat kemagnetan bahan terlihat pada suhu pengukuran rendah 1.8K menunjukan sifat magnet feromagnetik, sedangkan pada suhu pengukuran tinggi menunjukan sifat magnet paramagnetik.

Research about milling time influence and low temperatur towards the LaMnO3 proces magnetization has been made. Lanthanum Manganate is one kind of oksidation compound which comes from rare earth with 3d transition patern which is very important compound which is still being observed in the last decade because of its utilities in the electronic and magnetic industrial word. The milling process had been done to LaMnO3 material in a form powder in 3 hours milling time and 12 hours and is sintered 800°C and 1000°C in the length of 9 hours sintering, material fase identification by using X-Ray Difraktometer (XRD) followed by Scanning Electron Microscopy (SEM) to see its particle size the LaMnO3 of new fase the mixture La3O3 and MnO2 will be form after the milling process for 12 hours with sintering 1000°C in 9 hours. The characteristic of magnetic material is got by measuring the Vibrating Sample Magnetometer (VSM) in the level of measuring varied from 1.8K, 60K, 195K, 220K, 270K and 300K.
From the result of the magnetism process there is a magnetic fase changing from parramagnetic to ferromagnetic in T ∼ 240K measurment temperature in 800°C sintering temperature and T ∼ 220K in 1000°C sintering temperature, big pompup happened 9 time bigger on M/H value between material with 800°C sintering and with the material of 1000°C sintering. The characteristic of the magnetic material mainly koercivitas Hc, remanen magnetization Mr, and Ms saturation magnetization appears in the measurment temperature of 1.8K with Hc = 0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram and Mr = 12.5 emu/gram for material in the 800°C sintering, whereas for the material of 1000°C sintering only comes up Ms value around287.5 emu/gram, value Hc and Mr do not come up because the loop formed is not histerisis. In the material with 800oC measurment temperature with 12 hours milling time will have the highest M magnetism value 3.1 emu/gram compared with 3 hours the magnetic material can be seen on 1.8K low measurment temperature with shows the characteristic ferromagnetic magnetic whereas in haigh measurment temperature sourch characteristic paramagnetic magnet.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Fitriadi
"Pengujian efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3 merupakan salah satu topik yang banyak diteliti untuk dapat menjelaskan efektifitas proses Anti-scale Magnetic Treatment (AMT). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan pengaruh magnetisasi yang berbeda - beda, baik dari segi efektivitas maupun morfologi kristal yang terbentuk sehingga menimbulkan kontroversi. Beberapa peneliti mendapatkan efek magnetisasi menekan presipitasi CaCO3 dan peneliti lainnya mendapatkan efek magnetisasi mempercepat presipitasi CaCO3. Perbedaan hipotesis ini terjadi karena perbedaan kondisi operasi dan efektivitas magnetisasi. Untuk itu, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang efek medan magnet terhadap presipitasi CaCO3. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari medan magnet terhadap pembentukan partikel dan jenis kristal CaCO3 pada air sadah sintetik (campuran Na2CO3 dan CaCl2 serta NaHCO3 dan CaCl2) baik saat maupun sesudah magnetisasi. Efek magnetisasi dilakukan baik dalam sistem fluida statis (campuran Na2CO3 dan CaCl2) maupun pada fluida dinamis (campuran NaHCO3 dan CaCl2). Pengukuran kandungan CaCO3 dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri EDTA. Uji SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi kristal yang terbentuk pada dinding permukaan kaca.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa baik pada kondisi fluida statis maupun fluida dinamis, induksi magnet yang diberikan pada saat maupun sesudah magnetisasi berlangsung akan menyebabkan peningkatan persen presipitasi total CaCO3. Setelah sampel magnet pada fluida dinamis mengalami presipitasi selama 2 jam dan proses filtrasi, efek memori magnet akan menyebabkan penekanan laju presipitasi CaCO3. Diduga terjadi mekanisme ion akibat dominasi ion bebas di dalam larutan setelah dilakukan filtrasi. Uji foto SEM pada sistem fluida statis pada sampel magnet dan non magnet menunjukkan bahwa kristal CaCO3 yang terbentuk didominasi oleh jenis kalsit. Beberapa kristal vaterit dan sedikit aragonit juga terlihat pada SEM. Efek magnetisasi akan meningkatkan jumlah kristal CaCO3 dengan ukuran kristal yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel non magnetisasi.

A lot of researchers have been researching about the effect of magnetization to precipitation of CaCO3. The explanation of the real mechanism is still controversial. Some of the researchers reported that the induction of magnetic field could suppress the precipitation of CaCO3 and the others reported the increasing of precipitation in the presence of magnetic treatment. The objectives of this experimental are to know about the effectiveness of magnetic field on calcium carbonate precipitate using the synthetic hard water (both a mixing of natrium carbonate and calcium chloride or natrium bicarbonate and calcium chloride). Base on the mobility of the fluids, the effect of magnetic field are tested in two conditions. A static fluid system (using Na2CO3 + CaCl2) and dynamic fluid system (using NaHCO3 + CaCl2). To give a quantitative analysis on precipitation in solution, a complexometry titration method using EDTA solution is used. The crystals morphology of deposit that adhere in a surface glass is obtain from SEM photography.
The result that the effect of magnetic fields either in static or dynamic fluid system could increase the number of precipitation. An exception for the dynamic fluid system, after the solution has through in the magnetic field and already passed two hours precipitation, the memory effect of magnet cause depressing on precipitation. Ion mechanisms is suspicious happen in which a free Ca2+ ion is still remain dominant in the solution after the filtration carry out. In static fluid system, a SEM photographic shows that either in magnetic exposure sample or nonmagnetic sample, a calcite form are dominant in all over crystals. Some vaterite and few aragonite are exposure in SEM photograph. The conclusions are the induction of magnetic field will accelerate the number of crystal since magnetic field could cause the increasing of nucleation. Under this condition a small crystal size will be form in associated with fast nucleation and precipitation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aryagoeng CD
"Air secara alamiah mengandung ion-ion logam terlarut di dalamnya, salah satunya adalah ion Ca2+ yang dapat berpresipitasi dengan ion CO32- sehingga membentuk kerak. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) merupakan suatu metode yang dapat mengurangi pembentukan kerak tanpa mengubah sifat kimia dari air. Hingga saat ini, penelitian mengenai AMT dengan fluida dinamik masih terus dikembangkan. Data yang dihasilkan cukup lengkap, oleh karena itu diperlukan suatu pengembangan model matematis dari data-data yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya, sehingga dapat diperkirakan hasil yang diperoleh pada suatu kondisi operasi tertentu. Data yang dihasilkan dari pengembangan model mempunyai harga yang mendekati hasil percobaan. Pengembangan model ini didapat waktu efektif magnetisasi dan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap presipitasi CaCO3, yaitu kecepatan alir dan konsentrasi larutan.

Naturally water contains of ionics metal which dissolved within, one of the ionic metal is calcium ion (Ca2+) which could precipitate with CO32- forming scale. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) is an alternative method that could reduce the forming scale without changing it's chemical properties. Now a days, experiment about AMT with dynamic fluid is still being developed. The datas from the experiment that have been conducted are sufficient, because of that, the needs of mathematics modelling from the data from previous reseach is important to forecast the result that will be obtained from certain operation conditions. The modelling data obtained from modelling development were closed enough with the experiment data. From this modelling development the most influenced precipitation CaCO3 which were the liquid flow and the cocentration of the solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>