Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yatinawati
"ABSTRAK
HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang data menginfeksi sel padasystem kekebalan tubuh yang dapat menghancurkan atau merusak fungsinya. Infeksidari virus ini berkaitan pada kerusakan progresif dari sistem kekebalan tubuh yang dapatmengarah pada defisiensi imun. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan daritahun 2007 yaitu 5,35 tahun 2013 menjadi 17,29 . Tujuan dari penelitian ini adalahUntuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan kejadian HIV pada LSL diIndonesia Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengananalisis cox regression yang mana untuk melihat seberapa besar dampak yangditimbulkan pada faktor risiko HIV. Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 690sampel. Hasil dari penelitian ini adalah status Sifilis, Gonore atau Klamidiaberhubungan dengan kejadian HIV p-value < 0,05. Hal ini dapat diharapkan pada LSLterkait risiko perilaku seks rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terutama yangmemiliki gejala penyakit sifilis, gonorre dan klamidia.

ABSTRACT
HIV Human Immunodeficiency Virus is a virus that data infects cells in the immunesystem that can destroy or menggukan its function. Infection of this virus issued adisturbance of the immune system that can lead to immune deficiency. HIV cases inMSM compared to the year 2007 that is 5 , 35 in 2013 to 17.29 . The purpose of thisstudy was to determine what is related to the incidence of HIV in MSM in IndonesiaYear 2015. This study used a cross sectional design with regression analysis which is tosee the determinant factors. The minimum sample in this study was 690 samples. Theresults of this study were history sifilis, gonorrhea or chlamydia disease associated withp value HIV incidence "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvan Abdi Fajriansyah
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) berada pada posisi yang rentan untuk tertular dan menularkan HIV melalui hubungan seksual berisiko.Di Indonesia, LSL menyumbang persentase sekitar 44,93% dari keseluruhan kasus baru di 2019. Meskipun akses terhadap Voluntary Counseling and Testing (VCT) sudah dibuka lebar namun pemaanfaatannya masih tergolong rendah. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi perilaku periksa VCT pada kalangan LSL. Melalui studi potong lintang ini diteliti hubungan antara faktor-faktor berpengaruh diantaranya usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, pengetahuan tentang HIV/AIDS, Stigma terkait HIV, dan dukungan sosial serta hubungannya dengan perilaku periksa VCT. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 responden dengan metode pengumpulan snowball sampling. Penelitian ini menggunakan beberapa kuesioner diantaranya kuesioner perilaku periksa VCT yang dibuat dan dimodifikasi sendiri, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p = 0,032; α = 0,05). Selain itu, ditemukan terdapat hubungan bermakna antara stigma terkait HIV dengan perilaku periksa VCT (p = 0,014; α = 0,05). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan dukungan sosial terhadap perilaku periksa VCT (p > 0,05).

Men who have sex with men (MSM) are in a vulnerable position to contracting and transmitting HIV through risky sexual intercourse. In Indonesia, MSM accounted for around 44.93% of all new cases in 2019. Even though access to Voluntary Counseling and Testing (VCT) has been widely opened, its utilization is still relatively low. There are many factors that can influence VCT checking behavior among MSM. This cross-sectional study examined the relationship between influential factors including age, education level, employment status, relationship status, knowledge of HIV/AIDS, HIV-related stigma, and social support and its relationship with VCT checking behavior. The number of samples used in this study were 100 respondents with the snowball sampling method. This study used several questionnaires including self-modified VCT checking behavior questionnaires, HIV-KQ-18, HIV-Anticipated Stigma, and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant relationship between knowledge of HIV/AIDS and VCT checking behavior (p = 0.032; α = 0.05). In addition, it was found that there was a significant relationship between HIV-related stigma and VCT checking behavior (p = 0.014; α = 0.05). No significant relationship was found between age, education level, employment status, relationship status, and social support on VCT checking behavior (p > 0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Setiawan
"Peningkatan signifikan pada tren insiden penyakit HIV dan AIDS baik dalam tingkat global maupun Indonesia saat ini terjadi pada kelompok Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL). Hal ini dapat menjadi suatu isu kritis ketika Kelompok LSL dapat menjadi jembatan transmisi baru melalui hubungan heteroseksual dan transmisi perinatal dari ibu ke anak. Kondisi ini disebabkan oleh karakteristik sebagian besar LSL yang juga melakukan hubungan seksual dengan lain jenis (wanita) atau bahkan telah mempunyai istri secara legal (biseksual). Berbagai program dan pendekatan telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun LSM, namun demikian hal tersebut masih belum dapat diikuti oleh penurunan yang signifikan terhadap prevalensi HIV dan AIDS khususnya pada kelompok populasi Kunci LSL. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini ditujukan untuk melakukan penilaian tentang keberlangsungan program LSL ke depan dengan ditinjau dari sisi manajemen program melalui metode penelitian kualitatif dengan unit analisis pada program. Hasil wawancara mendalam menjelaskan bahwa secara praktik, manajemen pelaksanaan yang dilakukan sudah cukup baik atau sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan, namun demikian apabila ditinjau dari sisi sustainibilitas program ke depan terdapat beberapa fokus perhatian seperti sustainibilitas pembiayaan, ketepatan estimasi target, dan kebijakan khusus penanggulangan LSL.

The significant increase in the incidence trends of HIV and AIDS in both the global level and Indonesia is currently happening in the group Men who have sex with men (MSM). This would be a critical issue when the MSM group can be a new bridge heterosexual transmission and perinatal transmission from mother to child. This condition is caused by the characteristics of most of the MSM who also have sex with another type (female) or even have had a legal wife (bisexual). Various programs and approaches have been carried out by governments and NGOs, however, it still can not be followed by a significant decrease in the prevalence of HIV and AIDS, especially in the MSM population group keys. In connection with this, this study aimed to assess the sustainability of the MSM program forward with a review of the management of the program via qualitative research methods in program analysis unit. The results of in-depth interviews explained that in practice, the implementation of the management done well enough or in accordance with the guidelines that have been set, but Accordingly to sustainability context there are several focus attention such as sustainability financing, the accuracy of estimates of the target, and specific policy for MSM prevention."
2014
S55086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
"Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.

Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzul Fahmi Afriyanto
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh yang dapat terjadi pada populasi berisiko seperti Lelaki Berhubungan Seks Dengan Lelaki (LSL). Kasus LSL yang terinfeksi HIV/AIDS menempati posisi pertama terbanyak di Kabupaten Gresik dibandingkan dengan populasi berisiko lainnya. Hal ini diperlukan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada LSL. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi LSL dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan disain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dilaksanakan pada bulan April-Mei 2022 pada 8 informan meliputi 6 LSL, seorang staf Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, dan seorang staf Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Gresik. Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan LSL adalah penggunaan kondom saat berhubungan seksual, melakukan pemeriksaan VCT, dan melakukan pengobatan ARV bagi yang HIV (+). Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan dan persepsi bahaya/kesakitan terhadap HIV/AIDS, persepsi manfaat dan hambatan untuk melakukan perilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat melakukan perilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya yang berasal dari teman dekat, keluarga, pasangan, dan petuhgas kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan teori perilaku HBM terhadap petugas puskesmas dan menerapkan pendidikan sebaya kepada komunitas LSL tentang perilaku pencegahan HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells which causes a decrease in immunity that can occur in at-risk populations such as Men Who Have Sex With Men (MSM). MSM cases infected with HIV/AIDS occupy the first position in Gresik Regency compared to other at-risk populations. The purpose of this study was to analyze the perception of MSM in HIV/AIDS prevention in Gresik Regency. This research uses a qualitative approach, with a case study design. Data collection was carried out by in-depth interviews carried out in April-May 2022 with 8 informants including 6 MSM, 1 staff from the Gresik District Health Office, and 1 staff from the Gresik District AIDS Commission. The results showed that HIV/AIDS prevention behaviors carried out by MSM were using condoms during sexual intercourse, conducting VCT examinations, and taking ARV treatment for those who were HIV (+). These behaviors are influenced by perceptions of vulnerability and perceptions of harm/illness to HIV/AIDS, perceptions of the benefits and barriers to performing these behaviors, having the belief that they can perform these behaviors, and the presence of cues to do so from close friends, family, partners, and health workers. Therefore, there is a need for training in the theory of HBM behavior for health workers and applying peer education to the MSM community about HIV/AIDS prevention behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. An Haryono
"ABSTRAK
Perilaku seksual beresiko merupakan perilaku yang dapat menyebabkan penularan penyakit melalui hubungan seksual seperti HIV. Lelaki Seks Lelaki LSL merupakan satu kelompok yang beresiko penularan HIV. Faktor dukungan sebaya atau kelompok yang didapatkan oleh LSL mempengaruhi hidup dari LSL tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko pada LSL di Kota Medan. Pada penelitian ini menggunakan metode crossectional dengan metode pengumpulan data purposive sampling dengan jumlah responden penelitian 180. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner perilaku seksual dan peer group caring interaction scele PGCIS. Uji Analisa untuk mencari hubungan antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko digunakan metode Chi Square. Hasil dari penelitian ini yang dilakukan Analisa dengan perhitungan chi square didapatka nilai P value adalah 0,000007. Nilai P value 0,000007 yang lebih kecil dari nilai alpha 0.05 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sebaya terhadap perilaku beresiko.

ABSTRACT
Risk sexual behavior is a behavior that can lead to the transmission of sexually transmitted diseases such as HIV. Men Sex Male MSM is a group that is at risk of HIV transmission. Peer support factors or groups obtained by MSM affect the life of the MSM. The purpose of this study was to analyze between peer support and risky sexual behavior in MSM in Medan City. In this study using crossectional method with data collection method purposive sampling with the number of respondents research 180. Questionnaire used is the questionnaire sexual behavior and peer group caring interaction scele PGCIS. Test Analysis to find the relationship between peer support and sexual behavior at risk used Chi Square method. The result of this research is Analyze with chi square calculation got P value value is 0,000007. P value value 0,000007 which is smaller than alpha value 0.05 can be interpreted that there is relationship between peer support to behavior at risk."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Martiana
"Pendahuluan: Kelompok LSL merupakan salah satu kelompok beresiko dengan persentase tertinggi dengan peningkatan yang cepat untuk HIV . Terapi satu-satunya yaitu ARV untuk menurunkan mortalitas, mengalami kendala tentang kepatuhan konsumsi obat. Pengetahuan tentang ARV, stigma, dan keterbukaan status HIV pada kelompok LSL dinyatakan sebagai penghalang dari kepatuhan terapi ARV.
Metode : Cross sectional study pada 175 ODHA LSL. Hasil: Mayoritas responden memiliki pengetahuan ARV baik 76,6 , stigma tinggi 51,4 , keterbukaan status HIV rendah 70,9, dan tidak patuh ARV 52. Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan stigma terhadap kepatuhan ARV p=0,010; p=0,043. Pada analisis multivariat, tingkat pengetahuan menjadi faktor paling signifikan OR=2,817 kemudian stigma OR=0,510.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya intervensi untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi ARV dan mencegah internalisasi stigma. Keterbukaan status HIV tetap menjadi hal penting untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyebaran HIV.

Introduction The MSM group is one of the highest risk groups with the fastest increase in HIV . The only therapy for HIV, antiretroviral therapy ART to reduce mortality is having difficulty to maintanance the adherence. Knowledge of ART, stigma, and disclosure of HIV status is known as barriers prior ART adherence.
Method Cross sectional study with 175 PLWH MSM. Results The majority of respondents had good ART knowledge 76,6, high stigma 51,4, low disclosure 70,9, and non adherence to ART 52. In bivariate analysis, there was significant correlation in ARV knowledge and stigma to ART adherence p 0,010 p 0,043. In multivariat analysis, knowledge of ARV became the most significant factor OR 2,817 and stigma OR 0,510.
Suggestions from this study are necessary to increase patient rsquo s knowledge about ART and prevent stigma internalization. The disclosure of HIV status remains important part of providing health care and HIV prevention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suryaman
"Keterbukaan status HIV menjadi faktor penting bagi ODHA LSL, selain dapat meningkatkan support system juga dapat mencegah transmisi HIV diantara kelompok kunci ODHA LSL, namun perceived stigma HIV dan harga diri dapat menjadi faktor penghambat pengungkapan status HIV pada ODHA LSL. Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi hubungan perceived stigma HIV dan harga diri dengan keterbukaan status HIV pada ODHA LSL. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan melalui online dan melibatkan sampel sebanyak 250 ODHA LSL di Kota Bandung. Instrumen yang digunakan yaitu Brief Scale for HIV Self Disclosure, 12 Item Short Version of the HIV Stigma Scale, dan Rosenberg Self Esteem Scale. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived stigma HIV dengan keterbukaan status HIV (p-value 0.013), dan terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dengan keterbukaan status HIV (p-value 0.024). Namun pada saat pemodelan akhir multivariat dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan secara langsung antara perceived stigma HIV (p-value 0.910) dan harga diri (p-value 0.930) dengan keterbukaan status HIV. Hanya pada saat kedua variabel tersebut berinteraksi hasilnya menunjukkan hubungan yang signifikan dengan keterbukaan status HIV (p value 0.017). Hubungan perceived stigma HIV dan keterbukaan status HIV akan lebih besar lagi, jika ODHA LSL memiliki harga diri rendah (OR=4.02). Intervensi untuk perawatan lanjutan yang memfokuskan pada peningkatan harga diri dan menurunkan perceived stigma HIV perlu dilakukan kedepannya dalam upaya meningkatkan tingkat keterbukaan status HIV pada populasi ODHA LSL.

HIV status Disclosure is an important factor for MSM-PLWHA, besides being able to improve the support system it can also prevent HIV transmission among key groups of MSM-PLWHA, but the perceived HIV stigma and self-esteem can be a factor inhibiting HIV status disclosure in MSM-PLWHA. The purpose of this study was to identify relationship between perceived HIV stigma and self-esteem with HIV status disclosure among MSM-PLWHA. This research is a quantitative research with cross sectional design which is conducted online and involves a sample of 250 MSM-PLWHA in Bandung. The instruments used were the Brief Scale for HIV Self Disclosure, 12 Item Short Version of the HIV Stigma Scale, and Rosenberg Self Esteem Scale. The results of bivariate analysis showed that there was a significant relationship between perceived HIV stigma and HIV status disclosure (p-value 0.013), and there was a significant relationship between self-esteem and HIV status disclosure (p-value 0.024). However, when the final multivariate modeling was carried out, the results showed that there was no direct relationship between perceived HIV stigma (p-value 0.910) and self-esteem (p-value 0.930) with HIV status disclosure. Only when the two variables interacted did the results show a significant relationship with HIV status disclosure (p value 0.017). The relationship between perceived HIV stigma and HIV status disclosure would be even greater if MSM-PLWHA had low self-esteem (OR = 4.02). Interventions for follow-up care that focus on increasing self-esteem and reducing the perceived stigma of HIV need to be done in the future in an effort to increase the level of HIV status disclosure in the population of MSM-PLWHA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efa Fathurohmi
"Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 menyebabkan daya tahan tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit. Puskesmas Bogor Timur merupakan puskesmas tertinggi angka kasus HIV oleh kelompok LSL. Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Bogor Timur, terdapat LSL yang tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, ditemukan LSL yang sudah positif HIV namun masih berganti-ganti pasangan, terdapat LSL yang berpendidikan Diploma III tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, terdapat LSL dengan pendidikan terakhir SMA sudah memiliki istri namun menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan LSL.Tujuan:mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko.Sampel penelitian berjumlah 88 responden yang diambil dengan melalui teknik snowball, menggunakan analisis univariate dan bivariate.Hasil:Terdapat hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko pada kelompok LSL dengan nilai p=0,000 (a=0,05).

Human Immunodeficiency Virus is a virus that damages the immune system by infecting and destroying CD4 cells, causing the body's immune system to weaken and become susceptible to various diseases. East Bogor Community Health Center is the community health center with the highest number of HIV cases among MSM groups. Based on the results of interviews at the East Bogor Community Health Center, there were MSM who did not use condoms when having sex, there were MSM who were HIV positive but still changed partners, there were MSM with a Diploma III education who did not use condoms when having sex, there were MSM with a high school education.Already has a wife but uses condoms when having sex with MSM.Objective: to find out the relationship between HIV/AIDS knowledge and risky sexual behavior.The research sample consisted of 88 respondents taken using the snowball technique, using univariate and bivariate analysis.Results: There was a relationship between HIV knowledge /AIDS with risky sexual behavior in the MSM group with p value = 0.000 (a = 0.05)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dwifa Sari
"HIV/AIDS sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami HIV/AIDS. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu dari 506 kasus menjadi 9856 kasus pada tahun 2019 (Kemenkes, 2019). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan perilaku seksual berisiko dengan kejadian HIV pada LSL di Indonesia tahun 2018-2019 berdasarkan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku 2018-2019. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder STBP tahun 2018-2019. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi seseorang secara biologis laki-laki berumur 15 tahun atau lebih di kota survei setidaknya selama satu tahun terakhir dan mengakui dirinya sebagai biseksual/homoseksual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami kejadian HIV positif yaitu 20.4%. Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor yang memiliki hubungan signifikan adalah status perkawinan (OR=2.08 95%CI 1.210-3.566), penggunaan kondom dengan pasangan tetap pria (OR=1.9 95%CI 1.240 – 2.896), dan pesta seks (OR=2.032 95%CI 1.126 – 3.667).

HIV / AIDS is still a health problem in the world including in Indonesia. Men have sex with men is one of the high-risk groups experiencing HIV. HIV cases in MSM have increased from 2010, from 506 cases to 9856 cases in 2019 (Ministry of Health, 2019). The purpose of this study was to determine the relationship of sociodemographic factors and risky sexual behavior with HIV incidence in MSM in Indonesia in 2018-2019 based on Integrated Biological and Behavioral Survey data 2018-2019. The design of this study was cross sectional using secondary data of IBBS 2018-2019. The sample in this study used a total sampling method with inclusion criteria is men biologically aged 15 years or older in the survey city for at least the past one year and recognized themselves as bisexual / homosexual. The results showed that the proportion of MSM who experienced an HIV positive incidence was 20.4%. Based on logistic regression analysis, factors that have a significant relationship are marital status (OR = 2.08 95% CI 1,210-3,566), condom use with male permanent partners (OR = 1.9 95% CI 1,240 - 2,896), and sex parties (OR = 2,032 95% CI 1,126 - 3,667)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>