Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gian Sugianto
"ABSTRAK
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupatan Batu Bara merupakan
wilayah endemis malaria dan masuk urutan tiga besar. Letak geografis wilayah
puskesmas berada di wilayah pantai dari segi lingkungan rumah mempunyai
kondisi yang berisiko sebagai jalan masuknya nyamuk anopheles antara lain
kondisi dinding yang tidak rapat, tidak terapasangnya kawat kasa pada ventilasi
dan tidak adanya plafon. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan rumah dengan kejadian malaria di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain kasus
kontrol. Kasus dan kontrol adalah subjek yang berkunjung ke puskesmas yang
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis. Kasus adalah penderita
berusia lima tahun keatas dengan gejala klinis malaria disertai dengan hasil
pemeriksaan sediaan darah menunjukan positif mengandung plasmodium. Kontrol
adalah pengunjung puskesmas berusia lima tahun ke atas dengan gejala demam
tetapi hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukan negatif malaria. Variabel
lingkungan rumah yang diobservasi meliputi kondisi dinding rumah, keberadaan
kawat kasa ventilasi dan keberadaan plafon. Variabel kovariat terdiri dari
kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat
perkembangbiakan nyamuk, keberadaan semak. Analisis stratifikasi menunjukan
ada modifikasi efek antara variabel lingkungan rumah dengan tiga variabel
kovariat; kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk,
keberadaan semak, dari empat variabel kovariat tidak ditemukan adanya
confounder. Nilai OR hubungan lingkungan rumah dengan kejadian malaria 2,22
(95% CI: 1,04 – 4,76), artinya responden dengan lingkungan rumah kurang baik
berisiko 2,22 kali terkena malaria dibandingkan dengan responden dengan
lingkungan rumah baik. Kesimpulan ada hubungan lingkungan rumah dengan
kejadian malaria di wilayah Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

ABSTRACT
Batu Bara district is a region of malaria endemic due to its geographic in a coastal
area. Also the housing condition such as gap in the wall, ventilation without wire
netting, and homes without ceiling make anopheles as malaria vector to break
through into the house. Reseach objectives to determines relationship between
housing condition and malaria incidence in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara
District in 2011. This study uses a case-control design. The case were people over
5 years with clinical symptoms of malaria and the blood examination showed
positif plasmodium results. The controls were people over 5 years who visited
Puskesmas with fever symptom but blood examination showed negative ones.
Housing condition variables that observed include the walls condition, the
presence of wire netting ventilation and ceiling. Covariate variable studied include
the habit of using bed nets, night outs habit, mosquitos breeding sites and the
shrubs. Stratification analysis showed effect modification between housing
condition variables with three covariates variables; night outs habit, the presence
of mosquito breeding sites, the presence of shrubs, of four variables covariates did
not find any confounder. OR value relationship of housing condition with malaria
incidence is 2,22 (95% CI: 1,04 – 4,76), means respondent with poorly housing
condition has 2,22 times more chance to suffer malaria than respondent with the
good ones. Conclusion there is a relationship the housing condition and the
incidence of malaria in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara District in 2011."
2011
S-FDF
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: PS KARS FKM-UI, 1999
362.196 MAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reza Harbowoputra
"ABSTRAK
Penelitian ini mencari hubungan keadaan lingkungan rumah dengan tingkat
kejadian gangguan kesehatan pernapasan. Penelitian ini menggunakan metode
cross-sectional dengan pengambilan data memakai alat ukur fisika (luksmeter,
higrometer, termometer, meteran) dan wawancara langsung. Dari 97 responden
yang didatangi, 41,2% di antaranya memiliki pendidikan lulusan SMA dan 61,9%
di antaranya berpenghasilan bulanan di atas Rp 1.200.000. Keluarga yang
mengalami gangguan pernapasan ada 29,9% dari keseluruhan. Analisis chi-square
menunjukkan tiada hubungan yang bermakna antara tingkat kejadian gangguan
pernapasan dengan jenis lantai (p = 0,091), dinding (p = 0,065), luas ventilasi (p =
0,345), pencahayaan (p = 0,938), luas jendela (p = 0,133), kelembapan (p =
0,244), suhu (p = 0,960), lubang asap di dapur (p = 0,178), maupun dengan
kepadatan rumah (p = 0,945). Keakuratan alat ukur dan cara pemakaiannya sangat
berpengaruh pada hasil. Besar sampel yang ditentukan juga akan memberi
pengaruh pada hasil.

ABSTRACT
This study yearns to seek out any relation between house environment
characteristics and the incidence of respiratory problems. Cross-sectional method
was used, with the aid of physical measurement instruments (luxmeter,
higrometer, thermometer, measurement tape) and direct interviews. Of the 97
respondents met, 41.2 of them were high school graduates and 61.9% of them had
monthly incomes of Rp 1,200,000 or higher. Families with respiratory health
problems are 29.9% of all respondents. Chi-square analysis found that there is no
significant relation between the incidence of respiratory health problems and the
type of floor (p = 0.091), wall (p = 0.065), ventilation (p = 0.345), illumination (p
= 0.938), windows (p = 0.133), humidity (p = 0.244), temperature (p = 0.960),
kitchen smoke vent (p = 0.178), nor there is relation with house population
density (p = 0.945).;"
2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Labado
"ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447).  kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah.

ARI is one of the causes of death in children in the world, especially developing countries such as Indonesia. The factors that cause ARI are the condition of the home environment and poor hygiene and sanitation. The high incidence of ARI in Gorontalo Regency, especially toddlers and the lack of achievement of the RPJMN target for healthy homes in Gorontalo Province is the background for conducting research related to home environmental conditions and behavior with the incidence of ARI in children under five in the working area of ​​the Tilango Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship of factors related to environmental conditions and behavior related to the incidence of ARI in Tilango sub-district. This study used a cross-sectional study design with multivariate analysis of binary logistic regression prediction model. The population in this study were children aged 0-59 months who visited the Tilango Health Center. The sample selection of this study was conducted randomly based on the inclusion and exclusion criteria specified. The number of samples in this study were 92 respondents. The results of this study found that the most dominant significantly to the incidence of ARI in children under five in Tilango District were income (OR=13.9, 95% CI 3,395-57,668), education (OR=11,3, 95%CI 2,498-51,650) , Immunization Status (OR=9,8, 95%CI 1,019-95,346), Ventilation Area (OR=8,9, 95%CI=2,204-35,956), Window Opening Habit (OR=0,05, 95%CI 0,007 -0.447). The conclusion in this study is that there are many factors that can affect the incidence of ARI in toddlers, namely the characteristics of toddlers, parents' characteristics, behavior and home environment"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Jakarta: Rajawali, 2012
362.196 WIK a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agrina
"Pertumbuhan dan perkembangan balita memerlukan stimulasi yang adekuat dari orangtua dan lingkungan sekitarnya. Bila stimulasi tidak adekuat maka pertumbuhan dan perkembangan balita mengalami gangguan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh karakteristik orangtua dan lingkungan rumah terhadap perkembangan balita. Disain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 98 orang dipilih secara proporsional cluster sampling di wilayah kerja sebuah Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap di Pekanbaru. Pengumpulan data dengan kuisioner, analisis dengan chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh pekerjaan bapak dan lingkungan fisik terhadap perkembangan balita dengan lingkungan fisik sebagai variabel dominan (p= 0,029; α= 0,05). Peneliti merekomendasikan agar keluarga mendapat sosialisasi mengenai bagaimana cara menciptakan lingkungan fisik yang penuh stimulasi, guna mencapai perkembangan balita yang optimal.
"
[Place of publication not identified]: PSIK Universitas Riau ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Meithyra Melviana
"Mycobacterium tuberculosis dilepaskan oleh penderita saat batuk, bersin bahkan ketika berbicara. Durasi dan lamanya paparan kuman TB merupakan faktor penting dalam penularan, terutama pada ruangan tertutup. Maka, orang yang paling rentan tertular adalah kontak serumah penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dan kondisi lingkungan rumah terhadap adanya gejala TB pada kontak serumah penderita. Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan mewawancarai 73 penderita TB serta kontak serumahnya dan mengobservasi kondisi lingkungan rumahnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala TB pada kontak serumah dipengaruhi oleh penderita yang tidak menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak sembarangan dan kontak serumah yang tidur di ruangan yang sama dengan penderita. Adapun kondisi rumah yang berpengaruh meliputi pencahayaan dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat serta kepadatan hunian yang tinggi.
Kesimpulannya, perilaku dan kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan adanya gejala tuberkulosis pada kontak serumah. Agar tidak terjadi penularan pada kontak serumah, penderita dianjurkan untuk menggunakan masker, kontak serumah tidak boleh tidur bersama penderita. Pencahayaaan dan ventilasi rumah juga harus sesuai syarat rumah sehat untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme di dalam rumah.

Mycobacterium tuberculosis bacteria exhaled by patients when coughing, sneezing, even speaking. Duration and frequency of exposure is important factor of TB transmission, especially in closed room. Therefore, household contact of TB patient is susceptible. This research aimed to find out the influence of behavior and house environment condition to tuberculosis symptoms existence at household contact of TB patient. This cross sectional research collected data by interviewed 73 TB patients and their household contact. Then, observation the house environment conditions.
Results showed that TB symptoms at household contact was affected by patient behavior to covered mouth when coughing sneezing, disposed sputum carelessly and household contact behavior who slept in the same room with the patient. While, house condition that affect was not eligible lighting and ventilation, then high population density.
In conclusion, behavior and house environment condition was influenced the existence of TB symptoms at household contact. To avoid tuberculosis transmission, patients is suggested to wear mask and their household contacts should not sleep with them in the same room. Lighting and ventilation also have to comply healthy house requirement to prevent the proliferation of microorganisms in the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007
362.11 WIK s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Purwanto
"Penelitian ini menyelidiki kejadian penyakit DBD tahun 2012 di Kecamatan Karawang Barat, Kecamatan Telukjambe Timur dan Kecamatan Karawang Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan biologik rumah, lingkungan fisik rumah dan perilaku terhadap kejadian penyakit DBD. Penelitian dengan disain kasus kontrol, dan perbandingan jumlah kasus kontrol 156:156.
Hasil analisis penelitian, variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian penyakit DBD adalah kebiasaan gantung pakaian di luar lemari, kebiasaan menutup tempat penampungan air (TPA) dan kebiasaan mengubur barang-barang bekas/membuangnya jauh dari area rumah. Analisis risiko menunjukkan kelompok yang berisiko berpeluang terkena penyakit DBD 4,049 kali dibanding pada kelompok yang tidak berisiko.
Kesimpulan analisis multivariat, ada 4 variabel independen yang diduga mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian penyakit DBD, yaitu kebiasaan gantung pakaian di luar lemari, kebiasaan pakai obat nyamuk/repellent, kebiasaan menutup TPA, dan kebiasaan mengubur barang-barang bekas / membuangnya jauh dari area rumah. Dari empat variabel tersebut yang terbesar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit DBD adalah variabel kebiasaan gantung pakaian di luar lemari dengan OR = 2,908.

This study investigates the incidence of dengue fever in 2012 in West Karawang District, East Telukjambe District and East Karawang District. This study aimed to determine the relationship of individual characteristics, the biological environment, the physical environment and behavior on the incidence of DHF. Study with case-control design, and a number of case-control comparison of 156:156.
Results of analysis, variables significantly associated with the incidence of DHF is custom of hanging clothes outside cabinets, custom cover water reservoirs and the custom of burying the secondhand goods / throw away from the home area. Risk analysis showed that the group exposed to potential risk of DHF 4.049 times than in those not at risk.
Conclusion multivariate analysis, there are 4 independent variables thought to have a significant relationship with the incidence of DHF, which is in the custom hanging clothes outside cabinets, custom-made mosquito coil / repellent, custom cover water reservoirs, and customs burying the secondhand goods / throw away from the home area. Of the four variables are the largest influence on the incidence of DHF is variable in habit of hanging clothes outside the closet with OR = 2.908.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>