Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Los Angeles: YEAR Incorporated, 1953
909.8 YEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Drajat Syawaluddin
"Kompetisi pada Industri Telekomunikasi khususnya operator seluler semakin ketat setelah perang tarif sudah dijadikan alat yang dianggap paling efektif oleh operator seluler untuk menarik pelanggan agar beralih ke produk mereka. Strategi TELKOMSEL untuk mempertahankan pangsa pasarnya sebagai market leader agar pelanggan tidak beralih atau berhenti berlangganan churn salah satunya adalah dengan mendirikan komunitas prepaid yaitu simPATIzone untuk pelanggan simPATI. Pendekatan yang dilakukan oleh TELKOMSEL dengan komunitas tersebut adalah salah satu pendekatan CRM untuk mengikat pelanggan dengan melakukan social bonding terhadap pelanggan. Setelah program tersebut sudah berjalan selama 5 tahun perlu adanya evaluasi apakah program tersebut sesuai dengan tujuan perusahaan. Analisa akan dilakukan terhadap program keanggotaan tersebut. Dengan melihat ARPU, dan LoS, serta CLV dari keanggotaan dibandingkan dengan pelanggan non komunitas.

Competition in Telecommunication Industry especially cellular operator is very competitive after price war has been considered a very effective tools by cellular operators to attract customer to get into their products. TELKOMSEL strategy to retain their market share as a market leader and to keep their customers from churning to other operators or unsubscribe their services one way or another is by creating a prepaid community which is simPATIzone a community for simPATI one of the Prepaid Product from Telkomsel. The approach which have been done by Telkomsel is one of the CRM approach to bond the customers by doing a social bonding to the customers. After this program running for about 5 years it need to be evaluate whether this program align with company objectives. The Analysis will be done to this membership program. by comparing the ARPU (Average Revenue per User), LoS (Length of Stay), and CLV (Customer Lifetime Value) from the membership compare to simPATI subscriber non community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"Semakin ketatnya persaingan pada industri e-commerce menyebabkan perusahaan harus memiliki strategi yang inovatif untuk dapat memenangkan kompetisi ini. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan menerapkan customer relationship management (CRM). Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi pelanggan yang sudah ada pada salah satu perusahaan e-commerce di Indonesia. Identifikasi pelanggan dengan konsep CRM, yaitu customer lifetime value (CLV) merupakan salah satu pelaksanaan dari analytical CRM. Relational database management system digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pelanggan berdasarkan atribut yang dimiliki. Model Recency, Frequency, dan Monetary (RFM) dijadikan atribut untuk mensegmentasikan pelanggan dengan metode clustering k-means. Pemetaan customer value matrix juga digunakan untuk membantu dalam pembuatan program maintaining pelanggan sehingga dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian ini berupa 9 segmen pelanggan dimana 3 diantara memiliki nilai CLV yang rendah dari semua model analisis. Selain itu, pelanggan yang paling menguntungkan bagi perusahaan adalah pelanggan pada segmen 6 dan 9 karena memiliki nilai CLV tinggi dan penilaian karakteristik lain yang paling baik. Untuk itu, kedua segmen tersebut merupakan pelanggan yang harus dijaga hubunganannya dengan perusahaan agar terciptanya profit.

The increasing of competition in e-commerce industry forces the company to have an innovative strategy in order to lead this competition. One of these strategy which can be implemented is customer relationship management concept. In the implementation, the company needs to understand the target of customer based on behavior and characteristics in the transaction process. The study aims to identify the existing customer of e-commerce's company in Indonesia. Identifying customer is one of the activity in analytical CRM. Customer lifetime value is a concept of CRM to identify the customer loyalty. The used of the existing database can help in analyzing customer. Relational database management system approach is used to retrieve the information about RFM (recency, frequency, and monetary) atribut of each customer. RFM model is used as atribut to differentiate customer with clustering k-means method. Finally, mapping the customer's segment into customer value matrix is used to help in creating maintaining customer program in order to increase customer loyalty. Result from this study is 9 segments of customer where 3 clusters have the lowest CLV and another analysis model. Beside that, segment 6 and 9 have high CLV and high in another model of assessment. Both segments are the customer which have high loyalty. Company should maintain the relationship very well with those kind of customer"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rieska Juliana Ariaty
"ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan kajian risiko radionuklida 210Po terhadap konsumsi biota kerang hijau (Perna viridis), udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis), cumi-cumi (Loligo sp.), dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) yang berasal dari Perairan Teluk Jakarta. Aktivitas radionuklida 210Po pada sampel diukur menggunakan spektrometer α. Analisis radionuklida 210Po dilakukan pada bagian daging, kepala, dan pencernaan untuk memperoleh pola distribusi 210Po dalam tubuh biota. Distribusi radionuklida 210Po tertinggi pada bagian pencernaan diikuti oleh bagian kepala dan daging. Aktivitas radionuklida 210Po dalam tubuh biota dilakukan sebelum dan setelah food processing (proses penggorengan). Aktivitas radionuklida 210Po setelah food processing (proses penggorengan) mengalami penurunan sebesar 41-57%. Asupan harian radioaktivitas (daily intake) tertinggi yaitu pada cumi-cumi goreng sebesar 0,22 Bq dan diikuti oleh ikan tenggiri goreng, kerang hijau goreng, udang jerbung goreng dengan nilai dosis berturut-turut sebesar 0,01 Bq; 0,27 x 10-2 Bq ; dan 0,08 x 10-2 Bq. Dosis asupan tahunan (Deff) tertingi yaitu dosis cumi-cumi goreng sebesar 952,62 x 10-7 sv dan diikuti oleh dosis ikan tenggiri goreng, kerang hijau goreng, udang jerbung goreng dengan nilai dosis berturut-turut sebesar 69,24 x 10-7 sv; 11,80 x 10-7 sv; dan 3,43 x 10-7 sv. Nilai LCR (Lifetime Cancer Risk) tertinggi pada cumi-cumi goreng sebesar 521,25 x 10-7 dan diikuti oleh ikan tenggiri goreng, kerang hijau goreng, udang jerbung goreng dengan nilai dosis berturut-turut sebesar 37,75 x 10-7; 6,46 x 10-7; dan 1,88 x 10-7. Berdasarkan nilai dosis asupan harian (daily intake), dosis asupan tahunan (Deff) , dan LCR (Lifetime Cancer Risk) biota uji masih tergolong aman untuk dikonsumsi dan tidak berisiko karsinogenik.

ABSTRACT
In this study, the risk of radionuclide 210Po was assessed on consumption of green mussel (Perna viridis), jerbung shrimp (Fenneropenaeus merguiensis), squid (Loligo sp.), and mackerel fish (Scomberomorus commersonii) which originated from Jakarta Bay. Radionuclide 210Po activity in the samples were analyzed using α spectrometer. The activities of 210Po were observed in muscle, head, and digestive system to obtained distributional pattern of radionuclide 210Po in the biotas organs. The highest distribution of radionuclide 210Po was detected in digestive system and followed by head and muscle. The 210Po activities were analyzed before and after food processing. The radionuclide 210Po activities after food processing decreased by 41-57%. The highest daily intakeof 210Po found in fried squid which contains 0,22 Bq, followed by fried mackerel fish, green mussel, and jerbung shrimp with 0,01 Bq; 0,27 x 10-2 Bq ; dan 0,08 x 10-2 Bq, respectively. The highest annual intake (Deff) of 210Po is 952,62 x 10-7 sv, which found in fried squid and followed by fried mackerel fish, green mussel, and jerbung shrimp with 69,24 x 10-7 sv; 11,80 x 10-7 sv; dan 3,43 x 10-7 sv, respectively. The highest LCR (Lifetime Cancer Risk) of 210Po being 521,25 x 10-7, found in cooked squid and followed by fried mackerel fish, green mussel, and jerbung shrimp which respectively has 37,75 x 10-7; 6,46 x 10-7; dan 1,88 x 10-7. According to the results of daily intake, annual intake (Deff) , and LCR (Lifetime Cancer Risk), the biota tested are still classified as safe for consumption and not carsinogenic."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rininta Rahmadianti
"Persaingan yang ketat mendorong perusahaan untuk membangun manajemen hubungan pelanggan yang kuat untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Penggalian informasi terkait dengan customer lifetime value (CLV) mendukung perusahaan untuk memperlakukan setiap pelanggan secara berbeda berdasarkan kontribusi pelanggan terhadap keuntungan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan nilai dari masing-masing kelompok pelanggan berdasarkan customer lifetime value menggunakan model length, recency, frequency, dan monetary (LRFM), sehingga memberikan wawasan bagi perusahaan untuk menghasilkan strategi retensi pelanggan yang sesuai. Dalam studi ini, CLV dievaluasi di perusahaan distribusi farmasi dan alat Kesehatan di Indonesia. Pertama, algoritma k-means diterapkan untuk melakukan klasterisasi pelanggan. Terdapat delapan klaster yang terbentuk dalam penelitian ini. Selanjutnya, metode analytic hierarchy process (AHP) digunakan untuk mendapatkan informasi terkait dengan bobot kepentingan model LRFM. Hasil perhitungan AHP menunjukkan bahwa frekuensi adalah variabel yang paling penting di sektor ini. Selanjutnya, CLV dihitung dan diberi peringkat untuk delapan klaster optimal yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klaster 3, klaster 6, dan klaster 8 adalah pelanggan yang paling bernilai bagi perusahaan. Pada tahap akhir, dilakukan penentuan jenis strategi retensi yang sesuai terhadap klaster yang terbentuk.

Dealing with intense competition encourages companies to build strong customer relationship management to maintain customer loyalty. Extracting information related to customer lifetime value (CLV) supports the company to treat each customer differently based on their contribution to the company profits. This study aims to identify the characteristics and values of each customer group based on customer lifetime value using the length, recency, frequency, and monetary (LRFM) model, hence providing insights for the company to generate suitable customer retention strategies. In this study, CLV is evaluated at the pharmaceutical and medical device distribution company in Indonesia. First, k-means algorithm was applied to cluster customers. There are eight clusters formed in this study. Subsequently, the analytic hierarchy process (AHP) method was used to gain information related to the weight of importance of LRFM model. AHP results demonstrated that frequency is the most important variable in this sector. CLV was finally calculated and ranked for the resulting eight optimum clusters. The results showed that cluster 3, cluster 6, and cluster 8 were the most valuable customers for the company. Appropriate retention strategies were also determined for the clusters formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Handayani
"Persaingan memperebutkan klien dalam industri periklanan dewasa ini membuat banyak agensi berusaha mendapatkan dan mempertahankan klien tanpa memperhitungkan apakah klien memberikan cukup keuntungan (profit) bagi perusahaan. Mengelola hubungan dengan klien untuk memperoleh loyalitas tidak selalu berarti mendapatkan profitabilitas secara bersamaan.
Metoda pengukuran Customer Lifetime Value (CLV) dapat digunakan untuk membantu mengelola loyalitas dan profitabilitas secara simultan. Maksimalisasi Customer Lifetime Value (CLV) diharapkan dapat mempertahankan dan memelihara hubungan jangka panjang dengan klien yang memberikan profitabilitas kepada perusahaan.
Penelitian yang dilakukan atas 9 klien utama perusahaan periklanan PT. X melalui pendekatan modeling CLV menghasilkan perkiraan nilai CLV setiap klien yang kemudian untuk selanjutnya segmentasi klien berdasarkan nilai CLV digabungkan dengan informasi seperti kemampuan ‘wallet' tiap klien, PT. X dapat menyusun tindakan dan strategi untuk memaksimalkan profit pelanggan dalam kurun waktu hubungan kerjasamanya dengan perusahaan.

Competition in obtaining client's business nowadays makes advertising agencies try to acquire and retain clients without considering whether clients give sufficient advantage (profit) to the company. Managing client's relationship to get their loyalty is not automatically translated into profitability.
The measurement of customer lifetime value (CLV) will be useful to manage both client's loyalty and profitability simultaneously. Maximizing Customer Lifetime Value (CLV) is expected to maintain long-term profitable client's relationship with the company.
The research that is done over 9 major clients of PT. X - an advertising agency calculates an estimation of CLV value from each client. Henceforward clients segmentation based on their CLV value and additional information as ‘size' and ‘share' of wallet will enable PT. X to develop strategies to maximize client's profit across the entire client's lifetime.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34669
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Meiliana
"Semakin ketatnya persaingan bisnis dalam industri peternakan ayam ras petelur (layer) memberikan dampak terhadap profitabilitas perusahaan. Perusahaan seringkali berupaya meningkatkan loyalitas pelanggan untuk memaksimalkan profitabilitas. Penelitian ini bertujuan membantu PT X mengelola hubungan loyalitas dan profitabilitas pelanggan dengan pendekatan Customer Lifetime Value (CLV). Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode deskriptif dengan data primer dan sekunder.
Hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat keterkaitan antara loyalitas dan profitabilitas. Implementasi CLV memberikan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya pemasaran untuk mengelola loyalitas dan meningkatkan profitabilitas pelanggan. Selanjutnya, penelitian ini menyarankan PT X meningkatkan komunikasi dan pelayanan, menetapkan jumlah pesanan minimum sesuai jarak pengiriman, membuat program loyalitas pelanggan, dan melakukan penyusunan laporan profitabilitas pelanggan serta pengukuran CLV.

Increasing business competition in the layer poultry industry has an impact on the company's profitability. Company often tries to increase customer loyalty in order to maximize profitability. The research aims to help PT X manage the relationship between loyalty and profitability by using the Customer Lifetime Value approach (CLV). This qualitative research uses descriptive method, with primary and secondary data.
The result shows there is no relationship between loyalty and profitability. CLV implementation provides consideration for company in allocating marketing resources to manage loyalty and increase profitability. Furthermore, this research provide suggestions to PT X to improve its communication and services, set minimum order quantities according to the delivery distance, and create customer loyalty programs, customer's profitability report annually as well as the CLV measurement.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renata Tursina
"CRM yang sukses seperti meningkatkan loyalitas pelanggan, dan profit perusahaan berawal dari identifikasi pelanggan berdasarkan nilai dan loyalitas pelanggan. Dalam penelitian ini, Customer Lifetime Value (CLV) digunakan untuk mensegmentasi pelanggan seluler berdasarkan nilai pelanggan. Atribut yang dipilih dari database pelanggan yaitu variabel recency, frequency dan monetary (RFM). Dalam segmentasi pelanggan digunakan metode k-means, salah satu metode dalam data mining dengan menggunakan Euclidean Distance dalam menentukan nilai k optimal (jumlah segmentasi optimal). Pembobotan variabel RFM menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengevaluasi customer lifetime value (CLV). Pada akhirnya, penelitian ini akan dilakukan analisis CLV pada masing-masing kelompok pelanggan yang dibagi dalam beberapa kuartal. Tujuan utama penelitian ini yaitu sebagai acuan pemberi keputusan strategi pemasaran perusahaan berdasarkan segmentasi pelanggan mereka.

A firm starts from identifying customers’ value and loyalty in identifying different segments of customer for to building successful customer relationship management (CRM) such as improve customer loyalty and revenue of the firm. In this paper, CLV is used to telecom market segmentation. The RFM (recency, frequency and monetary ) model variables were used to segment database, the K-means cluster analysis was also employed in data mining with K-optimum according to Euclidean Distance. The Analytic Hierarchy Process (AHP) was applied to determine the relative weights of RFM variables in evaluating customer customer lifetime value (CLV). Finally, this paper analysing customer lifetime value of each segments by tren of customer value in different quartal. The general aim of this study is to provide a quide to marketing decisions of the firm based on their customer segmentation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunan Nasikhin
"Konsumsi listrik sektor rumah tangga (residential) tahun 2014 sebesar 84,1 TWh (42% terhadap total konsumsi semua sektor), dengan pola konsumsi tiap tahun yang kurang lebih sama maka diproyeksikan pada tahun 2024 akan mencapai 464,2 TWh. Hasil studi Ditjen EBTKE ESDM, BPPT, JICA menyebutkan konsumsi energi listrik residential (R1: 450VA-900VA) khususnya untuk lampu pencahayaan sekitar 26% dan studi JICA sebelumnya pada sektor residential (R1-R2: 450VA-4.400VA) sekitar 5-14%. Sedangkan jenis lampu yang banyak digunakan sektor residential di Indonesia adalah Compact Flourecent Lamp (CFL) swabalast (50,3%), pijar (25%), Tube Lamp atau TL (24,4%) dan lainnya 0,35% dengan durasi pemakaian lampu rata-rata 9-16 jam perhari (sesuai hasil survei dan kajian BRESL). Berdasarkan referensi dari US Department of Energy, teknologi pencahayaan yang memiliki efisiensi tinggi dengan tingkat efikasi sekitar 131 lm/W dan umur pemakaian 30.000 - 75.000 jam atau lebih adalah lampu light emitting diode.
Penggunaan lampu LED memerlukan biaya awal (first cost) yang sedikit lebih besar dibandingkan jenis lampu lain, namun efisiensi yang lebih tinggi dan umur pakai yang lebih lama (akan mengurangi biaya penggantian lampu) sehingga bisa diyakinkan bahwa pencahayaan dengan lampu LED memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi. Penggunaan lampu LED untuk menggantikan CFL akan memberikan keuntungan ekonomis yang didapat dari penghematan setiap tahun sehingga akan menutupi biaya pembelian awal. Penerapan penggunaan lampu LED khususnya pada konsumen residential yang masih memperoleh subsidi akan didapat penghematan yang cukup besar sampai tahun 2024 dengan potensi penghematan energi antara 396-3.314 GWh dan penghematan subsidi listrik sekitar 0,34-2,83 triliun pertahun.

Electricity consumption of the household sector (residential) in 2014 amounted to 84,1 TWh (42% of the total consumption of all sectors), the consumption patterns of each year approximately the same then in 2014 is projected to reach 464,2 TWh. The study by DGEBTKE, BPPT, JICA mention the electrical energy consumption in residential (R1: 450VA-900VA) especially for lighting about 26% and the previous JICA study on the residential sector (R1-R2: 450-4.400VA) of about 5-14%. Types of lamps are widely used in the residential sector of Indonesia is the Compact Flourecent Lamp (CFL) (50.3%), Incandescent (25%), Tube lamp (TL) (24.4%) and another 0.35% with average light usage duration of 9-16 hours per day (according to survey and study of BRESL). By reference to the US Department of Energy, lighting technology which has high efficiency with efficacy levels about 131 lm/W and a service life between 30.000 - 75.000 hours or more is a light emitting diode lamp.
The use of LED lights require an initial cost (first cost) that is slightly larger than the other lamp types, but higher efficiency and longer service life (reducing the cost of replacement bulbs) so that it can be assured that the lighting with LED lights have a higher gain value. The use of LED lights to replace the CFL will provide economic benefits derived from savings each year so that it will cover the cost of the initial purchase. Application of the use of LED lights especially on residential consumers are still obtain the subsidy will get considerable savings until 2024 with the annual potential energy savings between 396 - 3314 GWh and annual electricity subsidy savings of about 0.34 - 2.83 trillion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Novia Berliana
"Pada penelitian ini, metode es terozonasi dimanfaatkan untuk memperpanjang masa guna ikan tuna. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas es terozonasi dalam memperpanjang masa guna ikan tuna. Efektivitas pengawetan dengan es terozonasi dilihat dari jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik, kadar air, pH, kadar protein, dan perubahan massa. Ikan tuna dikontakkan dengan es pada wadah berpenyaring dan wadah biasa. Dosis ozon terlarut dalam es yang digunakan adalah 0,15; 0,20; dan 0,25 mg/L. Pada wadah berpenyaring dengan dosis 0,25 mg/L, jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik pada penyimpanan 5oC hari ke-7 dan 25oC hari ke-1 dapat ditekan hingga 107 banyaknya dibanding blanko perilaku lain dengan tingkat eliminasi mula-mula sebesar 72,92%. Dalam keadaan tersebut, ikan masih dapat dikategorikan segar dengan kadar air sebesar 76,59%, pH 6,76, dan kadar protein 21,62%. Durasi pengontakkan es dengan ikan dilakukan selama 2 jam dan 4 jam. Pada durasi kontak 2 jam, hasil eliminasi jumlah Total Bakteri Mesofil Aerobik pasca pengawetan didapatkan hingga 95,8%. Pada penyimpanan 5oC hari ke-7 dan 25oC hari ke-1, ikan masih dikategorikan segar dengan kadar air sebesar 75,43%, pH 6,76, dan kadar protein 24,57%. Akibat adanya kontak dengan es terozonasi, terdapat penurunan massa hingga 0,6 gram atau 12%.

In this study, the ozonated ice was used to extend the lifetime of tuna. This study aims to evaluate the effectiveness of ozonated ice in extending the lifetime of tuna. The effectiveness of ozonated ice is seen from the Total amount of Aerobic Mesophyll Bacteria (TAMB), water content, pH, protein content, and mass change. Tuna is contacted with ice on filtered containers and ordinary containers. The dissolved dose of ozone used in the ice is 0.15; 0.20; and 0.25 mg/L. In filtered containers with 0.25 mg/L of ozone, TAMB at storage of 5oC on day 7 and 25oC on day 1 can be reduced by 107 compared to other behavioral forms with an initial elimination rate of 72.92%. In these circumstances, fish can still be categorized as fresh fish with moisture content 76.59%, pH 6.76, and protein content 21.62%. The duration of contacting ice with fish is 2 hours and 4 hours. At 2 hours of contact duration, the results of elimination of the TAMB were up to 95.8%. At storage of 5oC on day 7 and 25oC on day 1, fish are still categorized as fresh fish with moisture content 75.43%, pH 6.76, and protein content 24.57%. Due to contact with ozonated ice, there is a decrease in mass up to 0.6 grams or 12%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>