Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Carlson, Richard, 1961-
New York: Harper, 1997
158 CAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini untuk merancang buku ajar sains SD yang bermuatan life-skills. Dalam perancangan buku tersebut dilakukan : (1) pengkajian KBK sains SD (2)pengidentifikasian unsur-unsur life-skills dan kaitannya dengan materi (3) pemaduan hasil kajian KBK sains SD, identifikasi unsur-unsur life - skills dan kaitannya dengan materi (4)penyusunan buram panduan penulisan buku ajar sains SD life - skills..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febriani Dyas Utami
"Tesis ini merupakan penelitian evaluasi terhadap program bantuan pendidikan kecakapan hidup (PKH) pada lembaga kursus dan pelatihan di Kota Jakarta Selatan Tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur indikator outcome dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi outcome berdasarkan aspek input dan process. Analisis dilakukan dengan cara melakukan tabel silang, Chi Square, dan Tau Kendall. Hasil penelitian menyatakan bahwa indikator pencapaian outcome sudah tercapai. Faktor-faktor proses yang menunjang tercapainya outcome diantaranya pemberian materi, penguasaan materi pelatihan oleh para pendidik, komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik, kemampuan pendidik dalam memotivasi para peserta didik, sarana dan prasarana, pelayanan administrasi oleh LKP, antusias peserta didik, penempatan kerja, kesesuaian pekerjaan dengan keterampilan yang dipelajari, pengawasan dan pendampingan oleh lembaga. Sedangkan faktor input yang mempengaruhi outcome adalah peserta didik yang meliputi jenis kelamin, usia, pelatihan kursus di luar program bantuan PKH.

This thesis is a study evaluation PKH blockgrant for training institution in South Jakarta during 2012. The goal is to measure outcome indicators and analyze the factors that influence the achievement of outcome based on aspect of the input and process. The analysis was done by means of univariate and bivariate with cross table, Chi Square, and Kendall Tau. The result showed taht the outcome indicators has been achieved. Factors the influence the outcome of process aspect is facilities and infrastructure, adminiustrative service, enthusiastic . Input factors affecting outcome that is gender, age, education background, and other life skills respondent.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Sujianto
"Perilaku remaja yang berisiko terhadap IMS, HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan layanan kesehatan yang tepat bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual, sikap, self-efficacy, life skills pencegahan perilaku berisiko dan menguji efektivitas model layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS, berdasarkan kebutuhan dan permasalahan remaja melalui pelatihan keterampilan hidup (life skills) di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, self-efficacy, life skills dan perilaku pencegahan perilaku berisiko. Sejumlah 340 responden remaja ikut berpartisipasi pada penelitian tahap survey ini, kemudian diambil 40 responden terpilih untuk diberikan pelatihan layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS selama 4 bulan. Pendidikan kesehatan reproduksi dasar diberikan pada 40 responden sebagai kontrol. Model layanan kesehatan reproduksi (life skills) berbasis sekolah terhadap perilaku berisiko IMS, HIV/AIDS ini merupakan bagian dari layanan keperawatan yang dapat diberikan melalui usaha kesehatan sekolah (UKS) dan merupakan aspek penting dari peran perawat dalam mendukung tujuan dari millennium development goals (MDGs) yaitu penanganan berbagai penyakit menular berbahaya diantaranya adalah HIV/AIDS.

Behaviors of adolescents which are risky for STIs and HIV/AIDS are one of health problems that require appropriate health services. This study aims to identify the knowledge of adolescents about reproductive and sexual health, attitudes, self- efficacy, and life skills to prevent risky behaviors and to test the effectiveness of school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS based on the needs and problems of the youth through life skill training. This training is aimed to improve the knowledge, attitudes, self-efficacy, life skills and behavioral prevention of risk behaviors. A number of 340 adolescent respondents participated in the research survey. As many as 40 respondents were selected to be trained in school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS for 4 months. Education about basic reproductive health was given to 40 respondents as the control group. The model of school-based reproductive health services (life skills) for risky behaviors of STI and HIV/AIDS is a part of nursing services that can be provided through the school health unit (UKS). It is also an important aspect of the nurse's role in supporting the objectives of the millennium development goals (MDGs) which is the handling of dangerous infectious diseases such as HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
D1511
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Covey, Stephen R.
Jakarta: Binarupa Akasara, 2002
152.33 COV l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maxey, Cindy
"One of the most difficult challenges facing professionals today is self-assessment. With the busyness of your day-to-day life, it can be difficult to balance your work and your life. Key things such as recognizing your talents and reviewing your priorities get often overlooked."
Alexandria, Virginia: American Society for Training & Development, 2007
e20441239
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"The ability of adolescents to cope with stressful life events has not been well developed. Facing stressful situations might trigger them to engage in many dangerous and self-destructive behaviors. Life skills program in improving mental health of adolescents has been proven in many countries, as it has in Indonesia. In post disaster situation, there is rarely any community program which focuses on adolescent mental health. Life skills program is a psychological intervention to teach adolescents to improve their skill to cope with stress, develop self esteem, deal with peer pressure, think critically, communicate appropriately and act assertively. Teachers and local health professionals who have already been trained about life skills program apply this program in adolescents experiencing a stressful event, a natural disaster from the eruption of Mount Merapi in Yogyakarta-Indonesia. This study attempts to apply and evaluate the effectiveness of the program for adolescents who had survived a natural disaster in Yogyakarta Indonesia. Three weeks life skills training was conducted in 2012 on 40 junior and senior high school students, post Mount Merapi eruption in Yogyakarta and Magelang. Subjects were assessed for their self image using Rosenberg self image questionnaire, and their emotional behavioral problems and mental strength using Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), before and after the train-ing. SPSS was used for the statistical analysis. The average age of the subjects was 14.48 + 1.21 years old. There were significant differences on the self-esteem and mental strength aspects of the subjects before and after intervention. Score on low self-esteem was improved (p=0.005), negative self perception also became better (p<0.001), and prosocial behavior was increased (p=0.001). There were also decreasing difficulties and emotional behavioral problem score after intervention, and other aspects of self esteem such as instability and self consciousness. Life skills training has several positive effects in improving mental strength and self-image and decreasing emotional and behavioral problems of adolescents post disaster."
Depok: Directorate of research and community engagement Universitas Indonesia, 2017
300 AJCE 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Covey, Stephen R.
"Bagaimana cara Anda memandang banyak masa dan babak dalam kehidupan Anda? Akan bagaimana reaksi Anda terhadap perjalanan unik Anda sendiri dalam hidup ini? Penting sekali bagi kita untuk membuat rencana tentang bagaimana kita akan menangani pasang-surut dalam hidup: masa stagnan, masa sukses, tantangan tak terduga, ketidakberuntungan, dan perubahan besar yang terpaksa harus dihadapi. Penting sekali menciptakan masa mendatang yang terbaik sebelum kita sungguh menjalaninya. Buku ini memperkenalkan Mentalitas Kresendo sebagai dasar berpikir dalam babak kehidupan yang mana pun. Hidup dalam Kresendo adalah sebuah pola pikir dan prinsip untuk beraksi. Mentalitas Kresendo merupakan perspektif unik dalam menjalani hidup melalui kontribusi-kontribusi bagi orang lain dan selalu mencari apa yang ada di depan kita yang harus dicapai. Pola pikir ini mendefinisikan ulang sukses dari cara yang lazim dipahami dalam masyarakat. Ketika Mentalitas Kresendo diterapkan, akan ada perubahan luar biasa yang dapat terjadi dalam hidup kita, juga dalam hidup orang-orang di sekitar kita, bahkan di seluruh dunia. Dalam musik, Kresendo berarti terus menaikkan suara, meningkatkan energi, volume, dan semangat. Tanda Kresendo (Crescendo) “<” meminta Anda terus memperpanjang sebuah nada atau rangkaian nada dengan volume yang terus dinaikkan, terus membesar tanpa batas. Ketika sebuah musik berada dalam kresendo, musik itu tidak hanya makin keras. Ada nuansa pertumbuhan, perkuatan, dan perluasan dalam sebuah komposisi atau hasil yang ditampilkan berkat perpaduan ekspresif antara ritme, harmoni, dan melodi. Ini pada gilirannya disajikan dengan unsur-unsur dasar pitch dan ritme bersama dinamika volume, yang menyatu dengan pergeseran waktu dalam sebuah komposisi atau penampilan. Sebaliknya, Diminuendo—sesuai tanda yang digambarkan “>”—berarti mengurangi volume dan kekuatan, menurunkan energi, surut pelan-pelan; menjalani hidup dalam diminuendo berarti Anda tidak berusaha meregang diri, tidak tumbuh, dan tidak belajar lagi; Anda merasa puas dan bergantung pada apa yang sudah diraih, dan akhirnya berhenti berproduksi dan berkontribusi. Dengan cara yang sama, akan ditunjukkan bahwa menjalani Hidup dalam Kresendo mengungkapkan gairah, minat, hubungan, keyakinan, dan nilai-nilai kita—yang pada gilirannya berpijak pada prinsip-prinsip dasar yang memandu kita melalui semua babak hidup kita. Menjalani Hidup dalam Kresendo berarti terus tumbuh dalam berkontribusi, belajar, dan memengaruhi orang lain. Pola pikir bahwa “karya paling penting selalu ada di depan kita” merupakan sebuah mentalitas berpikir ke depan yang optimistis, yang mengajarkan bahwa kita dapat selalu berkontribusi tidak peduli apa pun yang terjadi pada kita dan di babak mana kita tengah berada. Bayangkan bagaimana hidup akan berubah seandainya Anda mengambil perspektif bahwa kontribusi, pencapaian, bahkan kebahagiaan terbesar Anda tidak hanya yang sudah di belakang Anda, tetapi masih selalu di depan Anda! Dengan cara sama ketika musik dibangun di atas nada-nada terdahulu tetapi mengharuskan kita mengantisipasi nada atau chord berikutnya, hidup Anda dibangun di atas masa lalu tetapi terbuka ke arah mendatang. Mentalitas ini bukan peristiwa “satu kali jadi dan selesai”, melainkan berjalan sepanjang waktu sampai menjadi bagian yang kaya dan proaktif dalam diri kita. Mentalitas Kresendo menganjurkan pemanfaatan apa pun yang kita miliki—waktu, bakat, keterampilan, sumber daya, karunia, gairah, dana, pengaruh—untuk memperkaya kehidupan orang-orang di sekitar kita, entah keluarga, tetangga, komunitas, atau seluruh dunia. Buku ini dibagi menjadi empat bagian utama: Bagian 1: Pergulatan Usia Paruh Baya Bagian 2: Puncak Keberhasilan Bagian 3: Ketidakberuntungan yang Mengubah Hidup Bagian 4: Paruhan Kedua dalam Hidup masing-masing didasarkan pada babak-babak penting dalam hidup ketika, bergantung pada tanggapan Anda, Anda dapat memilih Hidup dalam Kresendo dan berbuat yang paling baik, atau Hidup dalam Diminuendo—entah secara harfiah atau kiasan—lalu menghilang pelan-pelan. sama seperti komposer dan pemusik mengekspresikan diri melalui musik yang, serumit apa pun, selalu beranjak dari hal paling dasar, kita semua menjalani hidup dengan cara-cara yang mewadahi prinsip-prinsip dasar dalam perilaku dan interaksi antarmanusia. Mentalitas Kresendo menggunakan prinsip-prinsip pokok untuk membimbing kita melewati masing-masing dalam empat babak kehidupan ini. • Hidup adalah Sebuah Misi, Bukan Sebuah Karier • Hidup itu untuk Melayani • Manusia Lebih Penting daripada Barang • Kepemimpinan adalah Mengomunikasikan Harkat dan Potensi • Bekerja untuk Meluaskan Lingkaran Pengaruh • Memilih Hidup dalam Kresendo, Bukan Diminuendo • Peralihan dari Bekerja ke Berkontribusi • Menciptakan Kenangan-Kenangan yang Bermakna • Mengenali Tujuan Anda Walaupun mungkin ada hal-hal yang membedakan kita satu sama lain—perbedaan budaya, salah paham, disparitas kesempatan, latar belakang, dan pengalaman—namun kita memiliki kesamaan-kesamaan yang jauh lebih penting sebagai bagian dari keluarga manusia. Apabila Anda pernah pergi ke tempat jauh dan bertemu dengan orang dari bagian dunia berbeda, Anda akan menemukan bahwa kita semua pada dasarnya sama—kaya dan miskin, terkenal dan tidak terkenal—semua mengejar kebahagiaan; menghargai dan berbagi harapan, ketakutan, dan mimpi-mimpi yang sama. Kebanyakan orang merasakan sesuatu yang istimewa tentang keluarga mereka dan memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sama untuk dipahami, dicintai, diterima. George Bernard Shaw mengatakan: “Ada dua hal yang mendefinisikan Anda. Kesabaran ketika Anda tidak memiliki apa pun dan sikap Anda ketika memiliki segalanya.” Cara kita menanggapi dua hal yang bertentangan dalam hidup ini merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang, dan akan diterangkan dalam buku ini."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2024
152.33 COV l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Amira Tjandrasari
"LES merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis dan banyak terjadi pada  anak remaja dengan rata-rata onset usia 11-12 tahun. Sekitar 10% dari remaja dengan penyakit kronis seperti LES mengalami masalah psikososial, termasuk masalah emosi seperti depresi dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan kecakapan hidup pada anak dengan LES dapat memperbaiki masalah emosi. Penelitian dilakukan dengan 30 subjek remaja perempuan dengan LES yang sudah mendapatkan pengobatan, dan nilai SLEDAI 0-5. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak tanpa penyamaran, perlakuan dan kontrol.  Pelatihan kecakapan hidup diberikan pada kelompok perlakuan sebanyak 1 kali dalam kelas. Perbaikan masalah emosi dinilai dengan membandingkan nilai SDQ sebelum pelatihan dan 4 minggu setelah pelatihan. Penelitian melibatkan 30 remaja perempuan dengan LES dengan usia rerata 14 tahun. Sebanyak 20/30 subjek memiliki nilai SDQ normal, 4/30 dengan SDQ borderline dan 6/30 dengan SDQ abnormal. Terdapat perbedaan bermakna selisih masalah emosi pada kedua kelompok (p: 0,025; effect size: 0,87). Pada kelompok yang mendapatkan pelatihan terdapat perbaikan nilai SDQ total (p: 0,001), nilai masalah emosi (p: 0,002), nilai masalah perilaku (p: 0,027) dan nilai masalah perilaku hiperaktif (p: 0,040) dibandingkan dengan awal studi. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya terdapat perubahan nilai masalah dengan teman sebaya (p: 0,011). Selain itu ditemukan pula perbaikan masalah emosi pada kelompok pelatihan yakni keluhan sakit fisik (p: 0,021), rasa khawatir (p: 0,020) dan perasaan gugup (p: 0,020). Studi ini menyimpulkan bahwa pelatihan kecakapan hidup-modul pengelolaan emosi efektif dalam memperbaiki masalah emosi pada remaja perempuan dengan LES secara signifikan, terutama gugup atau sulit berpisah dengan orangtua/pengasuhnya pada situasi baru, mudah kehilangan rasa percaya diri dan banyak kekhawatiran atau sering tampak khawatir.

SLE is a chronic autoimmune inflammatory disease and many occur in adolescents with an average age of onset of 11-12 years. About 10% of adolescents with chronic diseases such as SLE experience psycho-mental problems, including emotional problems such as depression and anxiety. The aim of this study is to determine whether life skills training in children with SLE can improve emotional problems. The study was conducted with 30 female adolescent with SLE who had received treatment and SLEDAI score 0-5. Subjects were divided into 2 groups randomly, not-blinding, experiment and control. Life skills training is given to the experiment group one time in group. Emotional problem improvement was assessed by comparing SDQ scores before training and 4 weeks after training. The study involves a total of 30 female adolescent with SLE with an average age of 14 years. A total of 20/30 subjects had normal SDQ values, 4/30 with borderline SDQ and 6/30 with abnormal SDQ. There were significant differences in the difference between emotional problems in the two groups (p: 0.025; effect size: 0.87). In the group that received training there was an improvement in the total SDQ value (p: 0.001), the value of emotional problems (p: 0.002), the value of conductive problems (p: 0.027) and the value of hyperactive behavior problems (p: 0.040) compared to the beginning of the study. Whereas in the control group there were only changes in the value of problems with peers (p: 0.011). In addition it also found improvements in emotional problems in the experiment group, they are complaints of physical pain (p: 0.021), anxiety (p: 0.020) and nervous feelings (p: 0.020). This study concludes that life skills training-emotion management module is significantly effective in improving emotional problems in female adolescent with LES, especially nervous or having difficulty separating from parents/caregivers in new situations, easily losing self-confidence and many worries or often seems worried."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>