Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hugo, Victor
London: David Campbell, 1998
843.8 HUG m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
de Laclos, Choderlos
London: David Campbell Publishers, 1992
843.6 LAC l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Okki Ramadian
"Latar Belakang: Masalah yang dihadapi oleh pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) yang stabil adalah bagaimana untuk mempertahankan kondisi ini dan mencegah flare. Salah satu faktor baru yang diduga memicu flare saat ini adalah penurunan dosis kortikosteroid pada pasien LES stabil. Penurunan dosis kortikosteroid dapat memicu flare jika dosis dan durasinya tidak dipantau secara ketat. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi para klinisi dalam mengelola pasien LES stabil yang diturunkan dosis kortikosteroid. Tujuan: Mempelajari pengaruh penurunan dosis kortikosteroid terhadap kejadian flare pada pasien LES yang stabil. Metode: Penelitian ini adalah sebuah penelitian kohor retrospektif. Pemilihan pasien dilakukan melalui consecutive sampling. Sebanyak 110 pasien diambil dari data rekam medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dan dibagi menjadi dua kelompok, pasien LES stabil dengan penurunan dosis kortikosteroid, dan yang mempertahankan dosis kortikosteroid. Hubungan antara penurunan dosis kortikosteroid dan kejadian flare-up pada pasien LES stabil dihitung melalui analisis univariat, bivariat, dan multivariat cox regression. Hasil: Pada kelompok penurunan dosis kortikosteroid,dari 110 pasien LES yang stabil, sebanyak 20 pasien (18,2 %) mengalami flare. Kejadian flare terjadi 3 pasien (5,8%) pada kelompok LES stabil dengan dosis kortikosteroid yang dipertahankan dan 17 pasien (29,3 %) pada kelompok yang diturunkan dosis kortikosteroid. Berdasarkan dari hasil analisis multivariat crude kortikosteroid sebesar 5,979(1,751 – 20,422) dengan p 0,004. Setelah dikontrol semua variabel perancu didapatkan fully adjusted RR variabel kortikosteroid kejadian flare pada LES yang stabil adalah 4,581 (1,296 – 16,195) dengan p 0,018. Simpulan: Kejadian flare pada pasien LES yang stabil sebesar 18,18% dengan IK 95% (10,97- 25,39). Kelompok pasien LES stabil yang diturunkan dosis kortikosteroid berisiko 4,58 kali mengalami flare dibandingkan kelompok pasien LES stabil yang dipertahankan dosis kortikosteroid setelah dikontrol berbagai faktor perancu dengan berbagai keterbatasannya.

Background: The problem faced by stable Systemic Lupus Erythematosus (SLE) patients is how to maintain a stable condition and prevent flare-ups. One new factor suspected to trigger flare-ups is the reduction of corticosteroid doses in stable SLE patients. A decrease in corticosteroid dosage can trigger flare-ups if the dosage and duration are not closely monitored. This poses a separate challenge for clinicians in managing stable SLE patients with reduced corticosteroid dosages. Objective: To determine the influence of corticosteroid dose reduction on the occurrence of flares in stable SLE patients. Method: This is a retrospective cohort study. The patient selection is done through consecutive sampling. One hundred ten patients were taken from medical record data at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, and divided into two groups: stable SLE patients with reduced corticosteroid dosage and SLE patients maintained on corticosteroid dosage. The relationship between the reduction of corticosteroid dosage and the occurrence of flare-ups in stable SLE patients was calculated with univariate, bivariate, and multivariate analyses carried out to assess the confounding factors that influenced the relationship of flare-ups in stable SLE. Result: In the reduced corticosteroid dosage group, out of 110 stable SLE patients, 20 patients (18.2%) experienced a flare. The occurrence of flare was seen in 3 patients (5.8%) in the stable SLE group with maintained corticosteroid dosage and in 17 patients (29.3%) in the group with reduced corticosteroid dosage, with an HR of 5.979(1.751 – 20.422) and a P value of 0.004. After controlling for all confounding variables, the fully adjusted RR for corticosteroid dosage in the occurrence of flare-up in stable SLE is 4.581 (1.296 – 16.195) with a pvalue of 0.018. Conclusion: The incidence of flares in stable SLE patients was 18.18%, with a CI of 95% (10.97- 25.39). The group of stable SLE patients who had their corticosteroid dose reduced had a 4.58 times risk of experiencing a flare compared to the group of stable SLE patients whose corticosteroid dose was maintained after controlling for various confounding factors with various limitations."
Jakarta: Fakulitas Kedokteran, Universitas Indonesia , 2008
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Julianti
"Latar Belakang
Tuberkulosis pada kelompok remaja belum mendapatkan perhatian khusus oleh pemangku kepentingan di dunia. Salah satu faktor risiko terjadinya TB adalah penurunan sistem imun yang dapat ditemukan di penyakit Lupus Eritematosa Sistemik (LES). Peningkatan risiko infeksi TB pada penderita LES mencapai 2—6 kali lipat. Saat ini, penelitian LES-TB di Indonesia belum fokus terhadap usia remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens TB-LES dan faktor risiko terjadinya TB pada pasien LES.
Metode
Studi ini menggunakan uji analitik retrospektif sehingga variabel yang memengaruhi terjadinya TB pada pasien LES dapat diukur. Data didapatkan berdasarkan rekam medis dan hasil diujikan dengan SPSS.
Hasil
Dari 100 pasien LES usia remaja, 5 orang menderita TB dan 14 orang terinfeksi TB laten. TB-SLE hanya diderita oleh wanita. Faktor risiko yang meliputi status nutrisi, jenis imunosupresan, dan dosis glukokortikoid tidak ditemukan signifikan terhadap kejadian TB-SLE. Akan tetapi, kelompok usia di atas 15 tahun berisiko mengalami TB hingga 2 kali lipat yang tidak bermakna secara statistik (2.11;95% CI;(0.76-5.80)).
Kesimpulan
Prevalens TB aktif 5% dan prevalens TB keseluruhan adalah 19% pada subjek LES remaja di RSCM. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara status nutrisi, jenis imunosupresan, usia, dosis glukokortikoid dengan terjadinya TB-SLE. Namun, usia yang lebih mendekati usia dewasa meningkatkan risiko terjadinya TB.

Introduction
Tuberculosis in adolescence have not yet been recognized by the stakeholders around the world. One of the risk factors for TB infection is the declining of the immune system which can be caused by Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Patients with SLE are at risk for TB infection 2—6 times fold than normal population. There are no studies that focuses on TB on adolescence with SLE. This study purpose is to determine the prevalence of SLE-TB and the risk factors of TB in SLE.
Method
This study uses analytic prospective model to analyze the variables in TB-SLE. Electronic health records are used to be the source of the data. Then, the data will be analyzed using SPSS.
Results
TB-SLE was found only in women. The risk factors that are being analyzed in this study were nutritional status, types of immunosuppressants, glucocorticoid dose, and age. However, there was no significant relation between those risk factors and the prevalence of TB. In this study, we found that the older age group, more than 15 years old, has a higher risk of TB infection but not statistically significant. 2.11;95% CI;(0.76-5.80)).
Conclusion
Active TB prevalence is 5% and the total TB prevalence is 19% in adolescence with SLE at RSCM. Significant relations between nutritional status, types of immunosuppressants,age,glucocorticoid dose and the TB-SLE are not found. However, there was a higher risk in TB infection in patients with age older than 15 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasuhuk, Tonny
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T5972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Federal Department of Foreign Affairs FDFA, 2007
R 323 REG
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Natalia Paramitha
"Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur feminisme yang terdapat dalam roman Les Merveilleux Nuages, karya Françoise Sagan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Teori-teori yang digunakan untuk menunjang pendekatan struktural dalam penelitian ini adalah teori mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik dari Roland Barthes serta teori mengenai sekuen dari M.P. Schmitt dan A. Viala. Analisis sintagmatik yang terdiri atas dua bagian, yaitu pengaluran dan alur cerita, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan-tindakan tokoh Josée. Analisis paradigmatik yang terdiri atas analisis tokoh, hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya, dan analisis latar yang terdiri atas dua bagian, yaitu latar ruang dan latar waktu, menunjukkan bahwa unsur feminisme terlihat dalam tindakan¬tindakan para tokoh, khususnya tokoh Josée. Sebagai kesimpulan, seluruh aspek yang dibahas dalam skripsi ini menunjukkan adanya unsur feminisme dalam roman Les Merveilleux Nuages, karya Françoise Sagan. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14525
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zafrullah Khan
"Eugene Ionesco adalah salah seorang penulis drama Prancis kontemporer yang karya-karyanya dianggap absurd. Pada mulanya karya-karya Ionesco banyak mendapat kritik dari peminat seni drama karena dianggap menyimpang dari konvensi-konvensi penulisan drama. Ionesco sendiri tidak membantah hal tersebut. Bahkan dalam bukunya yang berju_dul Notes et Contre-Notes,Ionesco menjelaskan konsepnya tentang drama atau teater. Ia memberikan sebutan untuk konsepnya itu dengan istilah-istilah seperti anti-theatre (anti-teater), anti-piece (anti-lakon), theatre abstrait (teater abstrak), drame pur (drame murni) dan beberapa istilah lainnya yang pada dasarnya menunjuk pada konsep pembebasan drama atau teater dari tradisi-tradisi penulis_an yang telah berkembang sebelumnya. Bagi Ionesco, karya drama atau teater merupakan suatu kreasi atau ciptaan yang bersifat orisinil dan otonorn yang memiliki logika, bentuk dan koherensinya sendiri (Ionesco;1962:211-255). Walaupun banyak yang mengritik penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Ionesco dalam menciptakan karya-karyanya, tetapi justru penyimpangan itulah yang menyebabkan karya-karya Ionesco sering dibicarakan dan akhirnya mendapat tempat tersendiri dalam bidang seni drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelosutan, Syafruddin AR
"Background: Esophagitis implies an organic damage of the esophagus due to several pathophysiologic factors, predominantly: (1) degree of gastric acid secretion (gastric pH), whereabouts are rapidly or slowly to be mucosal breaks onto esophagus were under the influe nced by: (a) gastric pH 54 and (b) the contact of gastric acid into esophageal mucosal. (2) Lower esophageal sphincter (LES) as a important lactor lor antifetlux mechanisms, which antireflux mechanism cannot senre as a barrier system whenever tone of LES comes down until 510 mml-lg that causes feeble resting LES pressure. Esophageal injuries are recognized endoscopicaliy by the presence of the Savary-Millers classification (1985), but there are not definitely which ones principally to pathophysiologic factor.
Methods: This was a consecutive non-random sampling cross sectional study Thirty subject from 127 patients with dyspepsia undergoing elective upper-endoscopic examination with collecting of the gastric juice and biopsies of tower esophageal mucosal, also esophageal manometric examination. Before that, clinical inclusive and exclusive criterias until laboratory examination were performed. Significant interval was 95%. Analyzing data with Fisher?s Exact Test One-Tail to correlate between gastric pH and hypotonic LES into esophagitis.
Results: Esophagilis prevalence was 22. 8%. Fisher's Exact Test One-Tail to correlate esophagitis with gastric pH E 4 was significant (p=0.013798), but with hypotonic LES (tones of LES S 10 mmHg) was not (p=0.60269). The combined roles or' gastric pH and tones of LES into esophagitis are included: (1) Frequency of roles of pH E 4 and hypotonic LES are 48.2% (2) Frequency of role of pH < 4 without hypotonic of LES are 33.3%. (3) Frequency of role of hypotonic LES without pH S4 are 11. 1% and (4) Frequency of esophagitis without roles of pH $4 and hypotonic ol LES are 7.4%.
Conclusions: The sum of gastric pH 5 4 and hypotonic of LES together are more than each separate factor. Onto statistically was significant between esophagitis and gastric pH, but there is no correlation with tones ol LES. So, gastric pH plays a more important role than LES."
Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2001
IJGH-2-3-Des2001-6
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Michaela D. Dwianto
"La Cave Aux Crapauds (Ceruk Katak) karya Thomas Owen merupakan sebuah karya sastra fantastik Belgia berbahasa Perancis. Karya itu terdiri dari dua puluh cerita pendek, di antaranya Le Destin des Mains (Suratan Tangan). Tidak seperti apa yang didefinisikan oleh Para ahli sastra sehubungan dengan kesusastraan fantastik, Le Destin des Mains tidak menceritakan kisah tentang peristiwa atau mahluk supranatural. Dan lepas dari tiadanya unsur-unsur tersebut, cerita pendek itu dimasukkan ke dalam kategori cerita fantastik. Skripsi ini bertujuan untuk menemukan dimana letak unsur-unsur fantastik dalam Le Destin des Mains yang dapat menempatkan cerita pendek tersebut dalam kategori cerita fantastik. Teori struktural yang digunakan akan mencakup teori Roland Barthes tentang unsur-unsur sintagmatik dan paradigmatik, teori Tzvetan Todorov tentang aspek verbal, teori Mariana Tutescue tentang isotopi dan teori Raymond Roge tentang struktur cerita fantastik. Analisis sintagmatik dan paradigmatik mengungkapkan bahwa unsur-unsur fantastik yang ditekankan pada rasa ngeri dan takut terletak dalam indeks waktu dan tempat. Sedangkan analisis paradigmatik tokoh lebih banyak mengungkapkan sisi psikologis dalam cerita: Akan halnya analisis sintagmatik, tidak dijumpai sepenuhnya tahapan-tahapan kisah fantastik menurut konsep Roge. Dalam analisis aspek verbal, terungkap pula dua kacenderungan yang sama, yaitu fantastik dan psikologis. Analisis tuturan, yaitu gaya bahasa kias, mengungkapkan unsur-unsur fantastik yang ditekankan pada kesan ngeri dan menakutkan. Sedangkan analisis penuturan, yaitu sudut pandang, menunjukkan sisi kacenderungan psikologis yang memberi tekanan pada masalah intern dalam diri tokoh utama. Analisis isotopi pun menunjukkan adanya dua kecenderungan dalam cerita, yaitu fantastik dan psikologis. Dapat ditambahkan pula bahwa cara membaca dari awal sampai akhir (irreversible) mendukung timbulnya kesan fantastik. Akhirnya, analisis struktural secara keseluruhan mengungkapkan bahwa dalam Le Destin des Mains, unsur-unsur fantastik dan psikologis berbaur, dengan penekanan pada unsur-unsur psikologis ; batas antara kedua genre tersebut kabur. Cerita pendek tersebut dapat dikategorikan dalam kedua genre, namun dengan pendekatan yang berbeda."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>