Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adebola Lateef
"A microfungal survey was carried out on the living leaves and litters of Licuala bidentata in Kubah National Park in
Sarawak, Malaysia. A total of 400 leaf segments (200 segments for each leaf type) were plated on two isolation media
(water agar and malt extract agar) for endophytic and saprophytic fungal isolation. Forty-three microfungal species
were obtained from both leaf types, 31 species identified from living leaves and 18 species from litters. Only six species
were common to both leaf types, with 25 and 12 species exclusively identified from living leaves and litters,
respectively. New records of fungi from this host plant and for the genus Licuala include Isthmotricladia laeensis,
Chloridium sp., Mucor sp., Oidiodendron sp., Kinochaeta sp., Cryptophiale sp., Chrysosporium merdarium and
Circinotrichum fertile. This study constitutes the first report on microfungal community on L. bidentata. Implications of
this new report in comparison with the microfungal species on other plant species in the genus Licuala are discussed.
Mikrofungi pada Daun Licuala bidentata (Arecaceae) dari Serawak, Malaysia. Sebuah survei microfungal telah
dilakukan pada daun dan serasah daun Licuala bidentata di Taman Nasional Kubah, Sarawak. Studi mengenai spesies
microfungal pada spesies tumbuhan L. bidentata yang merupakan tanaman asli Asia Tenggara belum pernah dilakukan
sebelumnya. Segmen daun yang diletakkan pada water agar dan malt ekstrak dilakukan untuk memperoleh fungi endofit
dan saprofit. Sebanyak 43 spesies microfungal diperoleh dari kedua jenis daun, 31 spesies dari daun, dan 18 spesies dari
serasah daun. Hanya 6 spesies yang ditemukan pada kedua jenis daun, sedangkan sebanyak masing-masing 25 spesies
dan 12 spesies yang eksklusif pada daun dan serasah daun. Catatan baru mikrofungi dari tanaman inang ini dan untuk
genus Licuala termasuk Isthmotricladia laeensis, Chloridium sp, Mucor sp, Oidiodendron sp, Kinochaeta sp,
Cryptophiale sp, Chrysosporium merdarium dan Circinotrichum fertile. Pada laporan ini dilakukan perbandingan
spesies mikrofungal yang diperoleh dari hasil studi ini dengan spesies mikrofungal pada spesies tanaman lain dalam
genus Licuala."
Universiti Malaysia Sarawak, Department of Plant Science and Environmental Ecology, Faculty of Resource Science and Technology, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faris Aldjoefrie
"Kacang panjang (Vignaunguiculata) merupakan tanaman popular dalam dunia kuliner namun memiliki khasiat di setiap bagian tanaman. Contohnya pada daunnya digunakan secara tradisional dalam jamu kuno bernama Au Fere II berasal dari Maluku berkhasiat sebagai antihipertensi atau mengatasi tekanan darah tinggi. Secara sederhana obat berprinsip “satu obat,satu penyakit” berakibat dalam penemuan obat terbaru mengalami perlambatan sehingga efektivitas terapi menurun. Dengan hadirnya jejaring farmakologi layaknya jamu dengan terobosan terbaru dari sistem biologi, bioinformatika dapat menggantikan prinsip menjadi berdasarkan teori jaringan dan sistem biologi “jaringan target, banyaknya senyawa dalam terapi”. Sehingga efektif dalam membangun hubungan senyawa-target dan target-penyakit. Atas dasar ini, peneliti bertujuan mengungkapkan khasiat dari senyawa daun kacang panjang sebagaimana penggunaan tradisionalnya dengan metode jejaring farmakologi serta dibangunnya jaringan “senyawa-target” serta “target-penyakit” sehingga efektif untuk mencari keterkaitannya. Hasil dari pembuatan metode ini didapatkan 11 senyawa, 17 target, 188 penyakit dalam 24 kategori penyakit. Jumlah terbanyak kategori penyakit adalah penyakit syaraf, genetic, fenotipe. Sesuai dengan penggunaan tradisional, terbukti daun kacang panjang berkhasiat sebagai antihipertensi dengan terbentuknya jaringan dari 7 senyawa, 4 target, 23 penyakit terkait pada penyakit kardiovaskular. Dengan didapatkannya hasil tersebut, peneliti berhasil mengungkapkan khasiat senyawa pada daun kacang panjang dengan terbentuknya jaringan dan hubungannya beserta rincian komponen pendukung proses ini.

Cowpea (Vigna unguiculata) is popular plant in culinary world but has properties in every part of plant. Example, leaves traditionally used in ancient herb, Au Fere II from Maluku has antihypertensive or treats high blood pressure. In simple terms, medicine has principle "one drug, one disease" resulting in discovery of latest drugs slowing down so that effectiveness of therapy decreases. And existence of network pharmacology like herbal with breakthroughs in biological systems, bioinformatics, network theory can replace principle "target network, many compounds in therapy". Effective in establishing compound-target and disease-target relationships. On this basis, researchers aim to reveal the efficacy of cowpea leaves compounds as traditional use with network pharmacology and construction "compound-target" and "disease-target" networks so effective in finding links. Results of method obtained 11 compounds, 17 targets, 188 diseases in 24 categories. Highest number of disease categories are neurological, genetic, phenotype diseases. Accordance with traditional use, cowpea leaves are proven to be efficacious as antihypertensives by forming network of 7 compounds, 4 targets, 23 diseases related to cardiovascular disease. By obtaining results, researchers were able to reveal the efficacy of compounds in cowpea leaves with formation of networks and relationships, along with details of components supporting this process."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Punto Dewo
"Demam Berdarah Dengue (DBD) penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa dan menyebabkan kematian, di Kabupaten Sambas setiap tahunnya selalu ada kasus DBD sehingga merupakan Kabupaten Endemis DBD di Kalimantan Barat. Kebiasaan rnenggunakan gentong untuk menampung air yang tidak ditutup menjadikan salah satu perindukan nyarnuk Aedes aegypti yang sangat potensial menimbulkan kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap jentik (Aedes aegypti) di gentong.
Rancangan penetitian ini adalah Eksperirnen Koasi sederhana karena adanya intervensi yang penulis lakukan yaitu dengan melakukan pembubuhan tepung daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) ke dalam gentong yang biasa digunakan sehari - hari oleh masyarakat. Gentong yang digunakan berjumlah 39 buah dan berada di 3 rumah, jadi setiap rumah disiapkan 13 gentong dengan perincian 4 gentong dibubuhi 1900 ppm tepung daun pandan wangi, 4 gentong dibubuhi 2200 ppm tepung daun pandan wangi, 4 gentong dibubuhi 2500 ppm tepung daun pandan wangi dan 1 gentong tidak dibubuhi tepung daun pandan wangi (konsentrasi 0 ppm).
Hasil penetitian menunjukkan bahwa pembubuhan tepung daun pandan dengan konsentrasi 1900 ppm, 2200 ppm dan 2500 ppm dapat menununkan jumlah jentik sampai tidak terdapat lagi jentik di gentong pada akhir pengamatan (96 jam). Waktu kontak tepung daun dengan jentik di gentong juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah jentik dalam gentong, pengaruh yang bermakna terjadi setelah waktu kontak lebih dari 24 jam dan akhirnya tidak ada lagi jentik di gentong pada akhir pengamatan (96 jam).
Disimpulkan bahwa pengaruh pembubuhan tepung daun pandan terhadap jumlah jentik di dalam gentong disebabkan adanya zat-zat yang terkandung dalam daun pandan wangi, salah satunya adalah saponin yang dapat menyebabkan dinding traktus digestivus dari jentik menjadi pecah dan akhirnya mati. Dari penelitian ini maka disarankan agar tepung daun pandan wangi dapat digunakan dimasyarakat terutama daerah yang sulit mendapatkan garam abate untuk membunuh jentik dalam gentong dengan dosis 19 gram sampai 25 gram setiap 100 liter air.
Daftar Pustaka : 19 buah (1981 - 2003)

The Influence Of Pandan Wangi Leaves (Pandanus Amaryllifolius Roxb) Powder On Mosquitoe Larvae Aedes Aegypti In Sambas Distric In 2004Dengue fever is a disease that often cause outbreak and result in death. Sambas district (in west Kalimantan province) is categorized as an area endemic of dengue fever, as there are dengue fever cases identified every year. The habit of using ceramic water containers without a [id is a potential cause of dengue fever, as the containers become a breading place for the mosquitoes. This study to find out whether pandan wangi leaves powder has any influence on Aedes aegypti larvae in water containers.
The design of study is simple experimental, where pandan wangi leaves powder were added to the water containers in homes. There were 39 water containers used in this study and located in 3 houses. In each house, there were I3 water containers in total, with 4 water containers being added pandan wangi leaves powder with a concentration of 1900 ppm, 4 containers with 2200 ppm, another 4 containers with 2500 ppm, and I containers were not being added with the powder at all (concentration 0 ppm).
The result of the study show that the addition of pandan wangi leaves powder with the concentration of 1900 ppm, 2200 ppm, and 2500 ppm can decrease the number of mosquito larvae up to a point where no larvae was found alive at the end of observation period (96 hours). The period of contact of pandan wangi leaves powder with the mosquito larvae also had an effect on the number of larvae in the water containers. A significant effect was shown after the period of contact exceeded 24 hours, until no more larvae was found at the end of observation period (96 hours).
It is concluded that the influence of adding pandan wangi leaves powder on the number of mosquito larvae in water containers was causes by several substances in the leaves, one of which is saponin. Saponin can cause the lining of larvae's tractus digestivus to tear away, leading to is death. It can be recommended from this study that pandan wangi leaves powder should be used widely, especially in areas where abate salt is difficult to obtain, with the recommended dosage of 19 - 25 grams per 100 liters.
Bibliography : 19 (1985 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Qurrota Ayun
"Hemoroid merupakan pembengkakan vena rektoanal yang menyebabkan peradangan, nyeri, dan pendarahan. Tanaman dengan senyawa fenolik diketahui memperbaiki tonus vena dan antiinflamasi. Daun sirsak mengandung senyawa fenolik, alkaloid, acetogenin dan megastigmanes. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa parameter spesifik, nonspesifik, kadar fenol total, flavonoid total dan antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (EEDS), juga melihat efek EEDS terhadap gambaran histopatologi dan ekspresi COX-2 dan TNFα pada jaringan rektoanal mencit Swiss berusia 20 minggu yang diinduksi dengan kroton oil 12% melalui anus. EEDS dosis 100, 200, dan 400mg/KgBB diberikan peroral selama 7 hari.
Hasilnya menunjukkan EEDS memenuhi standar mutu ekstrak spesifik dan nonspesifik, kadar total fenol 22,85% atau 228,5 mgGAE/g ekstrak, kadar total flavonoid 5,36% atau 53,6 mgQE/g ekstrak, dan memiliki aktivitas antioksidan sedang (IC50 123,325 μg/mL). Pemeriksaan histopatologi pada jaringan rektoanal mencit dinilai dengan menskor lesi nekrosis, inflamasi, vasodilatasi, dan oedema yang diwarnai Hematoksilin-Eosin. Pemberian EEDS pada semua dosis menunjukkan perbedaan pada jaringan inflamasi, nekrosis, vasodilatasi dan oedema P<0.00. Sel positif mengekspresikan COX-2 dan TNFα dihitung pada sel epitel terinflamasi. Hasil menunjukkan EEDS dosis 200, 400 mg/KgBB signifikan menurunkan COX-2 P<0,002 dibandingkan dengan kontrol negatif, dan EEDS dosis 100, 200, dan 400 mg/KgBB signifikan menurunkan TNFα P< 0,010 dibandingkan dengan kontrol negatif.

Haemorrhoids are rectoanal swelling that causes inflammation, pain, and bleeding. Plants with phenolic compounds are known to improve venous tone and anti-inflammation. Soursop leaves contain phenolic compounds, alkaloids, acetogenin and megastigmanes. This study aims to examine specific, nonspecific parameters, and total phenol levels, total flavonoids and antioxidants of Soursop Leaf Ethanol Extract (SLEE), also see the effect of SLEE on the histopathological features and expression of COX-2 and TNFα in rectoanal tissue of 20-week Swiss mice that are induced with 12% croton oil through the anus. SLEE doses of 100, 200, and 400mg/Kg were given orally for 7 days.
The results show SLEE meets the quality standards of specific and nonspecific extracts, total phenol levels of 22.85% or 228.5 mgGAE/g extracts, total flavonoid levels of 5.36% or 53.6 mgQE/g extracts, and have moderate antioxidant activity (IC50 123,325 μg/mL). Histopathological examination of the rectoanal tissue of mice was assessed by scoring necrotizing, inflammatory, vasodilatation, and oedema lesions hematoxylin-eosin. Administration of SLEE at all doses showed differences in inflammatory tissue, necrosis, vasodilation and oedema P<0.00. Positive cells expressing COX-2 and TNFα were counted on inflammatory epithelial cells. The results showed SLEE dosages of 200, 400 mg/Kg significantly decreased COX-2 P<0.002 compared to negative controls, and SLEE doses of 100, 200, and 400 mg/Kg significantly reduced TNFα P<0.010 compared with negative controls.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Chan
"Daun Kejibeling merupakan tanaman herbal yang kaya akan kandungan polifenol yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Salah satu metode yang efektif untuk mengekstrak kandungan polifenol adalah UA-ATPE (Ultrasound Assisted – Aqueous Two-Phase Extraction) yang dilakukan secara simultan, dimana kondisi operasi yang optimum harus disesuaikan dengan karakteristik dari Daun Kejibeling sendiri. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi tiga parameter ekstraksi untuk memperoleh kandungan TPC (Total Phenolic Content) dan TFC (Total Flavonoid Content) tertinggi ekstrak yaitu waktu ekstraksi dengan variasi 20, 30, 45, 60 dan 75 menit; rasio bahan dengan pelarut dengan variasi 1:15 w/v, 1:20 w/v, 1:25 w/v, 1:30 w/v dan 1:35 w/v; dan suhu ekstraksi dengan variasi 30, 40, 50 dan 60°C. Ekstrak diuji kandungan TPC dengan larutan standar asam galat, dan kandungan TFC dengan larutan standar kuersetin pada alat spektrofotometri UV-Vis secara triplo. Hasil optimasi membuktikan bahwa kondisi optimum diperoleh pada waktu ekstraksi 60 menit dan rasio bahan dengan pelarut 1:20 w/v dengan TPC dan TFC fasa atas sebesar 3,819 mg GAE (Gallic Acid Equivalent)/g sampel dan 2,735 mg QE (Quercetin Equivalent)/g sampel, serta pada suhu ekstraksi 50°C dengan TPC dan TFC fasa atas sebesar 4,346 mg GAE/g sampel dan 3,093 mg QE/g sampel.

Kejibeling leaves are herbal plants rich in polyphenol content which are beneficial for human health. One of the effective methods for extracting polyphenol content is with Ultrasound Assisted – Aqueous Two-Phase Extraction carried out simultaneously, where the optimum extraction condition must be adjusted to the characteristics of the Kejibeling leaf itself. Three extraction parameters were optimized to obtain the highest TPC (Total Phenolic Content) and TFC (Total Flavonoid Content) from extracts, including extraction time with variations of 20, 30, 45, 60 and 75 minutes; material-to-solvent ratio with variations of 1:15 w/v, 1:20 w/v, 1:25 w/v, 1:30 w/v and 1:35 w/v; and extraction temperature with variations of 30, 40, 50 and 60 Celsius. The extracts will be tested for TPC values ​​with Gallic Acid standard solution, and TFC values ​​with Quercetin standard solutions on UV-Vis spectrophotometry in triples. The optimization results prove that optimal conditions are obtained at extraction time of 60 minutes and the material-to-solvent ratio of 1:20 w/v with TPC and TFC of upper phase are 3.819 mg GAE (Gallic Acid Equivalent)/g sample and 2.735 mg QE (Quercetin Equivalent)/g sample, and at extraction temperature of 50 Celsius with TPC and TFC of upper phase are 4,346 mg GAE/g sample and 3,093 mg QE/g sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Indah Mutia Sari
"Dendrobium lasianthera J.J.Sm merupakan anggrek endemik Papua yang terancam punah sehingga perlu dilakukan perbanyakan melalui teknik kultur in vitro. Pencokelatan eksplan harus diatasi sebelum melangkah ke perbanyakan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pretreatment terhadap pencokelatan eksplan. Eksplan daun berukuran ± 8 mm x 5 mm diperoleh dari bibit botolan dan sebanyak 15 eksplan ditanam dalam 1 botol kultur berisi medium ½MS (Murashige dan Skoog 1962) modifikasi + 1 mgl-1 NAA + 0,1 mgl-1 BAP.
Beberapa pretreatment yang diujikan ialah eksplan langsung ditanam setelah dipotong (L) (kontrol), eksplan dipotong di dalam air (DA), dan eksplan direndam selama 10 menit di dalam air setelah dipotong (DR). Pencokelatan eksplan cenderung lebih sedikit terjadi pada pretreatment L (1,23 ± 1,56), diikuti pada DA (2,56 ± 1,90), dan DR (4,20 ± 2,04). Namun, eksplan hijau cenderung lebih banyak pada DA (8,60 ± 1,58) dibandingkan pada L (8,00 ± 1,73) dan DR (4,20 ± 2,39). Pemutihan eksplan juga terjadi pada masing-masing pretreatment.

Dendrobium lasianthera J.J.Sm is an endangered orchid native from Papua. Therefore, the in vitro propagation is necessary to do the conservation of it. Browning is a problem that must be solved before doing the in vitro propagation. This study was carried out to observe the effect of pretreatment on explants browning. Leaf explants (8 mm x 5 mm) were excised from sterile seedling, and 15 explants cultured on ½ MS (Murashige and Skoog 1962) modified medium + 1 mgl-1 NAA + 0,1 mgl-1 BAP.
Pretreatments that examined are, explants are directly planted after excising (L) (control), explants were excised in the water (DA), and explants were soaked for 10 minutes in the water after excising (DR). Pretreatment L could reduce explants browning (1,23 ± 1,56), than DA (2,56 ± 1,90), and DR (4,20 ± 2,04). However, the highest green explants was showed in DA (8,60 ± 1,58) than in L (8,00 ± 1,73) and DR (4,20 ± 2,39). In addition, explants bleaching occured in each pretreatment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1146
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumi Hudiyono PWS
"Pendahuluan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah panas, cahaya, kelembaban, mikroorganisme dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut maka sebelum diuji aktivitas obat dari senyawa andrografolid maka perlu juga diuji kestabilannya. Berdasarkan fenomena tersebut maka sebagian peneiitian pada semester ini bertujuan untuk menguji kestabilan andrografolid pada berbagai temperatur dan pH.
Studi yang dilakukan Byung Hoon Han (1996) mengungkapkan, ternyata andrografolid dan neoandrografolid mempunyai bentuk kerangka struktur yang mirip dengan senyawa pinusolid dan asam pinusolidat yang diisolasi dari Biota orientalis, tanaman obat tradisional Korea. Dikenal memiliki aktivitas anti agregasi trombosit, tumbuhan obat ini sering digunakan untuk pengobatan penyakit yang berhubungan dengan koagulasi darah.
Agregasi trombosit adalah peristiwa melekatnya trombosit dengan trombosit lainnya. Zat yang rnerangsang trombosit untuk melekat satu lama lain disebut sebagai agregator, antara lain asam arakhidonat, adenosin 5'-difosfat (ADP), adrenalin, kolagen, dan ristosetin (Rowan, 1991). Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi trombosit.
Dewasa ini, obat modern yang banyak digunakan sebagai anti-agregasi trombosit adalah aspirin, sulfinpirazol dan dipiridamol. Tetapi, obat-obat modem tersebut biasanya memiliki kelemahan, karena pada umumnya mempunyai efek samping, seperti menyebabkan sakit kepala dan hipotensi. Sebab itu, diperlukan obat altematif, misalnya senyawa yang berasal dari tumbuhan berkhasiat obat yang mempunyai efek anti-agregasi trombosit.
Salah satu senyawa dari tumbuhan obat yang dapat diharapkan memberikan efek anti-agregasi trombosit adalah andrografolid (dan neoandrografolid). Dengan pendekatan kemiripan bentuk kerangka struktur, senyawa aktif pada sambiloto ini dapat dimodifikasi menjadi senyawa yang strukturnya lebih mendekati senyawa pinusolid dan asam pinusolidat atau, secara umum, ke arah senyawa yang mempunyai aktivitas anti-agregasi trombosit yang tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 92
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kusrini
"Senyawa kimia yang terkandung dalam daun pacar cina (Aglaia odorata L) diekstraksi dengan n-heksana. Senyawa tersebut dipisahkan dan diisolasi dengan cara kromatografi (KK,KCKT). Struktur dari senyawanya ditentukan dengan menggunakan data spektroskopi (IR,MS,1H-NMR, 13C-NMR), sedangkan aktivitas biologi dari senyawa-senyawa tersebut di test terhadap ikan guppy (Lebistes reticulates) dan larva nyamuk (Culex quinquefasciatus).
Isolasi dan pemurnian memberikan hasil senyawa A dan B, didasarkan atas data spektroskopi. senyawa a adalah suatu flavonoid dan di identifikasi sebagai Naringenin -7.3'.4'-trimetil eter, senyawa B adalah suatu triterpenoid dan di identifikasi sebagai 24,25-dihidroksi dammaran -20-en-3-one.
Pengujian aktivitas biologi ekstrak n-heksana menunjukkan kemampuan toksik terhadap ikan guppymaupun larva nyamuk., Senyawa B (24,25-dihidroksi dammaran-20-en-3-on) menunjukkan efek toksik terhadap ikan guppy dengan LC-50 : 93 ppm.

Structural Determination And Biological Activity Of Pacar Cina Leaves ( Aglaia Odorata Lour)Chemical constituents contained in Pacar cina leaves (Aglaia odorata Lour) were extracted by 'n-hexana. The compounds were separated and isolated with chromatography (CC, HPLC). the structure of the compounds were established using spectroscopy data (IR,MS, 1H-NMR, 13C-NMR, while biological activities of the compouds were adminestered to guppy fish (Lebistes reticulatus), mosquitus larva (Culex quinquefasciatus).
The isolated and purified compounds give rise compound A and B, based on spectroscophy data compund A is a flavonoid and identified, as Naringenin 7,3',4'-trimetil eter, compound B is a tritepenoid and identified as 24,25-dihidroxidammaran-2-en-3-one.
The biological activity to guppy fish, mosquitus larva as well. the compound B showed toxic activity on guppy fish (LC-50 : 93 ppm).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Sulistiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan log am berattimbal (Pb) yang terakumulasi pada pucuk, daun, dan batang tanaman puring, dan kemampuan 18 kultivartanamanjalan puring dalam mengakumulasi Pb dari udara di lingkungan Perumahan Satan Indah, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan. PengambHan sampel bersifat purposive sampling pada 2 titik lokasi pada jalan F, G, H, I, J, K, L, M, dan N (9 jalan). Masing-masing terdiri atas titik pertama, yaitu lokasi yang pad at lalu lintas (sekitar 50 m dari jalan raya) dan titik ke-dua, yaitu lokasi yang relatif sepi lalu lintas (sekitar 250 m dari jalan raya). Sehingga terdapat 18 sam pel yang masing-masing terdiri atas pucuk, daun, dan batang tanaman puring. Penetapan kadar Pb dilakukan dengan menggunakan metode spektrometri pendar Sinar-X, dan dilanjutkan penentuan kandungan Pb dengan teknik kurva kalibrasi. HasH penelitian menunjukkan penyerapan Pb tanaman puring pada lokasi padat lalu lintas lebih tinggi (pucuk: 18.78IJg/gr; daun: 26.89IJg/gr; dan batang: 102.15IJg/gr) dibandingkan dengan lokasi yang sepi lalu lintas (pucuk: 13.93 IJg/gr daun: 21.07 IJg/gr dan batang: 68.43 IJg/gr). Jumlah kultivar puring yang ditemukan berdasarkan identifikasi adalah13 kultivar. Sagian tanaman penyerap Pb paling baik adalah batang (220.67IJg/gr), yaitu dari ku~ivar Pictum Spot yang berada di Iokasi yang padat lalu lintas. Penyerap Pb yang terbaik pada pucuk (26 IJg/gr) dan daun (44.33IJg/gr) adalah dari kultivar Apel Malang."
Tanggerang: Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Universitas Terbuka, 2015
502 JMSTUT 16:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>