Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Anes Rimu
"Penyakit jantung bawaan dan abnormalitas jalan napas merupakan dua kondisi yang saling berkaitan dan dapat terjadi bersamaan. Terjadinya abnormalitas jalan napas pada pasien penyakit jantung bawaan dapat berpengaruh pada tata laksana serta prognosis pasien. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan melihata data dari rekam medis pasien penyakit jantung bawaan di RSCM tahun 2020–2022. Data yang diambil ialah usia, jenis kelamin, berat badan, diagnosis penyakit jantung bawaan, dan kondisi abnormalitas jalan napas. Data disajikan untuk melihat prevalensi abnormalitas jalan napas pada pasien penyakit jantung bawaan. Dari 69 subjek pasien penyakit jantung bawaan yang memenuhi kriteria inklusi, 15 atau 21,7% diantaranya memiliki abnormalitas jalan napas. Jenis penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan ialah Tetralogy of Fallot sebanyak 27 (39,1%) kasus. Jenis abnormalitas jalan napas yang paling banyak ditemukan ialah Laringomalasia sebanyak 9 (13%) kasus. Oleh karena itu, prevalensi abnormalitas jalan napas pada pasien penyakit jantung bawaan ialah sebesar 21,7%, dengan jenis abnormalitas jalan napas terbanyak ialah laringomalasia sebesar 13%. Terjadinya abnormalitas jalan napas pada pasien penyakit jantung bawaan memerlukan perhatian khusus dalam penanganan pasien. 

Congenital heart disease and airway abnormalities are two related conditions that can occur together. The occurrence of airway abnormalities in patients with congenital heart disease can affect patient management and prognosis. The research was conducted retrospectively by looking at data from medical records of congenital heart disease patients at RSCM from 2020–2022. The data collected were age, gender, weight, diagnosis of congenital heart disease, and airway abnormality conditions. The data was presented to see the prevalence of airway abnormalities in patients with congenital heart disease. From 69 subjects of congenital heart disease patients who met the inclusion criteria, 15 or 21.7% of them had airway abnormalities. The most commonly found type of congenital heart disease was Tetralogy of Fallot, with 27 (39.1%) cases. The most commonly found type of airway abnormality was Laryngomalacia, with 9 (13%) cases. Therefore, the prevalence of airway abnormalities in patients with congenital heart disease is 21.7%, with the most common type of airway abnormality being Laryngomalacia at 13%. The occurrence of airway abnormalities in patients with congenital heart disease requires special attention in patient management."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sahyuni
"ABSTRAK
Latar belakang: Laringomalasia merupakan kondisi kelemahan struktur
supraglotis saat inspirasi sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas atas dan
menimbulkan gejala stridor inspirasi. Stridor semakin memburuk pada posisi
terlentang. Penyakit penyerta laringomalasia umumnya adalah refluks
laringofaring (RLF) yaitu 25-68%. RLF adalah pergerakan isi lambung secara
retrograd menuju laring-faring, menimbulkan gejala dan tanda klinis yang
bervariasi. Pemberian omeperazol dapat memperbaiki gejala regurgitasi dan
stridor serta memperpendek durasi perjalanan alamiah laringomalasia
Tujuan: Mengetahui efektifitas omeperazol pada bayi dan anak dengan
laringomalasia, mengetahui prevalensi RLF pada laringomalasia, ada tidaknya
RLF berdasar nilai reflux finding score (RFS) menurut Belafsky dan mengetahui
berat ringan gejala laringomalasia berdasar nilai laryngomalacia symptom score
(LSS).
Metode: Uji controlled trials pada 65 subyek laringomalasia, dibagi kedalam
kelompok 42 subyek yang mendapat omeperazol 2 x 2 mg/kg/bb dan 23 subyek
yang mendapat plasebo selama 3 bulan
Hasil : Kelompok omeperazol dengan gejala berat 58,8% mengalami perbaikan
dibanding kelompok plasebo 66,7% dengan nilai p = 0,716. Kelompok
omeperazol dengan RLF positif 58,3% mengalami perbaikan dibanding
kelompok plasebo 75% dengan nilai p = 1.0
Simpulan : Prevalensi RLF positif sebesar 24,6% dan gejala berat sebesar 44,6%.
Efektifitas pemberian omeperazol selama 3 bulan belum terbukti efektif dibanding
plasebo berdasarkan perbaikan nilai LSS, RFS dan status gizi. Namun hasil
tersebut hanya berlaku sebagai kesimpulan penelitian pendahuluan karena tidak
optimalnya besar sampel dan randomisasi subyek. Perlu penelitian lanjutan untuk
membuktikan efektifitas omeperazol pada perbaikan skor LSS, skor RFS dan
status gizi bayi dan anak dengan laringomalasia

ABSTRACT
Background: laryngomalacia is condition of floopy supraglottis stucture in
respiratory that trigger obstruction the upper airway and it causes symptom stridor
inspiratory. Stridor can get worse in face up position. In general, the comorbidity
of laryngomalacia is laryngopharyngeal reflux (LPR) about 25-68%. LPR is the
movement of gaster retrogradely toward laryngopharyngeal and it triggers various
symptom and clinical sign. The giving of omeperazole can improve the symptom
of regurgitation and stridor and shorten the duration of natural disease of
laryngomalacia
Objective: Knowing the effectivity of giving omeperazole to the babies and
children with laryngomalacia, knowing the prevalance of LPR to the
laryngomalacia, knowing the positibility of LPR based on the value of reflux
finding score (RFS) according to Belafsky and knowing severity of symptom
laryngomalacia based on the value of laryngomalacia symptom score (LSS).
Method: Test on controlled trials on 65 samples with laryngomalacia and is
divided into 42 groups that have been given omeperazole 2x2 mg/kg/bw and 23
samples that have been given placebo for 3 month
Result: Omeperazol groups with severe symptom showed the improvement of
58,8% compared to placebo groups 66,7% with p = 0.716. Omeperazole groups
with RLF positive showed the improvement of 58,3% compared to placebo
groups 75 % with p = 1.0
Conclusion: The Prevalence of positive LPR based on RFS is 24,6% and with
severe symptom is 44,6%. The effectivity of giving omeperazole for 3 month has
not proved effective compared to placebo based on the improvement of value
LSS, RFS and nutrition status. However such result is only valid for the
conclusion of initial research because the size of samples were not either optimal
or randomized. It is necessary to conduct research continution to prove the
effectivity of giving omeperazole on the improvement of LSS score, RFS score
and nutrition status of babies and children with laryngomalacia"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library