"Jentik Demam Berdarah Dengue (DBD) mengacu pada nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyebab penyakit DBD telah menjadi masalah besar bagi kesehatan di banyak negara tropis. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), melibatkan setiap rumah tangga sebagai pemantau jentik, pada penelitian ini melibatkan anak (sismantik) dan ibu (jumantik rumah) untuk melakukan pemantaun jentik di rumah tangga. Studi ini menggunakan quasi experiment yang menekankan bahwa ada perbedaan Container Indeks (CI) pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol yang dan melihat pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan,sikap dan tindakan responden dalam penurunan CI di dua wilayah endemis DBD di Kota Pariaman,
Pada kelompok intervensi (G1R1J Plus Sismantik), rata-rata pengetahuan responden sebelum yaitu 55,4%, mengalami peningkatan menjadi 91,7%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Sikap 78,8%, mengalami peningkatan sesudah intervensi menjadi 85,8%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Tindakan 48,9%, mengalami peningkatan menjadi 83,7%. Hasil uji T dependen didapatkan nilai p < 0,001. Efektifitas intervensi terhadap pengetahuan, yaitu sebesar 13%, terhadap sikap sebesar 13%, terhadap tindakan 48,5%. Variabel berpengaruh terhadap penurunan angka CI adalah variabel intervensi (p = 0,010) dan pendidikan perguruan tinggi (p = 0,024).Studi ini menunjukkan bahwa program G1R1J plus sismantik, secara signifikan menurunkan indeks kepadatan nyamuk (CI). Penggabungan program G1R1J dengan Sismantik dapat menurunkan jumlah vektor nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini menawarkan panduan strategis untuk membangun kebijakan pemantau jentik yang lebih berkelanjutan dan efisien di daerah endemis lainnya.
Dengue hemorrhagic fever (DHF), primarily transmitted by Aedes aegypti mosquitoes, remains a major public health challenge in many tropical regions. The "One House, One Larvae Observer Movement" (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, G1R1J) empowers households to actively participate in larvae surveillance efforts. This study enhances the program by incorporating the roles of children (Sismantik) and mothers (Jumantik Rumah) to strengthen larvae monitoring practices at the household level.This study employs a quasi-experimental design, focusing on the difference in the reduction of the Container Index (CI) between the intervention group, and the control group. The study also examines the impact of training on respondents' knowledge, attitudes, and practices regarding the reduction of CI in two dengue-endemic areas in Pariaman City.In the intervention group (G1R1J plus child participation), the mean knowledge score increased significantly from 55.4% to 91.7% post-intervention (paired t-test, p<0.001). the mean attitude score improved from 78.8% to 85.8% (paired t-test, p<0.001), and the mean performance score increased from 48.9% to 83.7% (paired t-test, p<0.001). The intervention was effective in increasing knowledge by 13%, attitude by 13%, and performance by 48.5%. Variables influencing the reduction in CI include the intervension variable (p = 0.010) and higher education level (p = 0.024) This study demonstrates that the G1R1J plus Sismantik program can significantly reduce the Container Index (CI). The integration of the G1R1J program with Sismantik has proven effective in decreasing the population of Aedes aegypti mosquito vectors.The findings of this study provide strategic guidance for developing more sustainable and efficient larvae monitoring policies in other endemic areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025