Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Hidrokinon merupakan salah satu senyawa yang digunakan sebagai
bahan pemutih dalam sediaan topikal seperti krim, yang memiliki sifat mudah
teroksidasi. Oksidasi menyebabkan hidrokinon kehilangan potensinya dan
menghasilkan senyawa kinon yang memiliki toksisitas lebih tinggi. Penelitian
ini bertujuan memperoleh metode penetapan kadar hidrokinon dalam sediaan
krim secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri. Pemisahan dilakukan
menggunakan lempeng silika gel 60 F254 (Merck) dengan ketebalan 0,25 mm.
Fase gerak terpilih adalah toluen-kloroform-aseton (40:25:35). Lempeng
dianalisis dengan densitometer (TLC Scanner 3, Camag) menggunakan
detektor uv-vis pada panjang gelombang 224 nm. Nilai linearitas metode ini
yaitu 0,9999 dalam rentang 0,2505-1,503 μg; batas deteksi dan batas
kuantitasi adalah 0,0114 μg dan 0,0381 μg. Rata-rata dari uji perolehan
kembali adalah 99,89% dengan relatif standar deviasi untuk pengukuran <
2%. Penerapan metode ini untuk tiga sediaan krim hidrokinon menunjukkan
bahwa kadar hidrokinon dalam masing-masing sampel sesuai dengan
etiketnya yaitu pada sampel 1 kadar rata-ratanya adalah 2,00 ± 0,03%; kadar
rata-rata hidrokinon pada sampel 2 adalah 2,02 ± 0,03%; dan pada sampel 3,
kadar hidrokinon rata-rata sebesar 4,99 ± 0,04%."
Universitas Indonesia, 2006
S32548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Hestiningrum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32766
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Klorfeniramin maleat (CTM) dan diazepam adalah obat yang sering disalahgunakan karena dapat membuat mengantuk sampai tertidur, bahkan dipakai untuk melakukan tindak kejahatan. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan optimasi dan validasi metode analisis CTM dan diazepam dalam sprite dan urin in-vitro secara kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Kondisi optimal dari penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan metanol-amonia pekat (100:1,5) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa dengan TLC scanner 3 (Camag), menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 256 nm. Hasil pengujian menunjukkan CTM dan diazepam memiliki linearitas antara 0,1-0,5 μg untuk CTM dan antara 0,104-0,520 μg untuk diazepam dengan batas deteksi 0,01 μg untuk CTM dan diazepam dan batas kuantitasi 0,02 μg untuk CTM dan 0,03 μg untuk diazepam. Rata-rata uji perolehan kembali dari sprite adalah 100,51 % untuk CTM dan 99,79 % untuk diazepam, sedangkan rata-rata uji perolehan kembali dari urin adalah 100,06 % untuk CTM dan 99,42 % untuk diazepam, dengan standar deviasi di bawah 2 % untuk CTM dan diazepam baik dalam urin maupun dalam sprite."
Universitas Indonesia, 2006
S32535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nayaka Wicaksana
"Penelitian ini memiliki fokus pada karakteristik PVA dengan nilai derajat hidrolisis dan derajat polimerisasi yang berbeda. Kajian terhadap karakteristik PVA dilakukan dengan menggunakan PVA Terhidrolisis Sebagian dan PVA Terhdirolisis Sempurna dengan derajat polimerisasi low, medium, dan, high. Metode penelitian dilakukan dengan mengamati proses pelarutan dari masing-masing jenis PVA dengan air pada konsentrasi 1%, 5%, dan 10% dengan pengaruh suhu untuk PVA Terhidrolisis Sempurna. Observasi pada proses pelarutan PVA mencakup pengaruh waktu dan suhu terhadap nilai konduktivitas, pH, kekentalan, dan kelarutan. Hasil yang diperoleh menunjukan PVA pada suhu ruang dengan konsentrasi 10 % untuk PVA Terhidrolisis Sebagian dengan derajat polimeriasi low menunjukan nilai konduktivitas 340 µS/cm. Nilai tersebut lebih tinggi dari konduktivitas air mineral yaitu 90 µS/cm. Suhu optimum pada pelarutan PVA Terhidrolisis Sempurna diperoleh di suhu 90 oC. Kemampuan PVA untuk berikatan dengan Polimer Kondukif ditentukan oleh jenis gugus molekul yang ada pada PVA. Gugus molekul PVA diamati dengan Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FTIR). Morfologi dan fisiologi dari larutan PVA diamati pada penelitian ini. Informasi terhadap kekuatan mekanis PVA diperoleh dengan mengamati karakteristik lapis tipis PVA. Lapis tipis PVA dibuat dengan melakukan proses pengeringan larutan PVA pada suhu 60℃ selama 24 jam. Informasi karakteristik PVA yang tepat untuk penggunaan PVA pada Polimer Konduktif dikaji dalam skripsi ini.

This research focus on studying the properties of PVA with different degree of hydrolysis and different degree of polymerization. The study of PVA properties was conducted with Partially Hydrolyzed PVA and Fully Hydrolyzed PVA. The degree of polymerization was divided into three categories of respectively low, medium, and high. Study on the properties of degree of hydrolysis and degree of polymerization was conducted on solution containing 1%, 5% and 10% PVA with the influence of temprature change on Fully Hydrolyzed PVA. Dissolution time, conductivity, pH, and viscosity towards time and temprature was observed during dissolution process. The highest electrical conductivity value was 340 µS/cm for Partially Hydrolyzed PVA with 10% concentration and low degree of polymerization. This number was higher than electircal conductivity of mineral water which has electrical conductivity value of 90 µS/cm. Molecular groups of PVA determines the PVA ability to create bond with Conductive Polymer. PVAs molecular groups was observed with Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FTIR). This study also observed the morphology and physiology of PVA properties. The information of PVA mechanical properties was obtained by observing PVA thin film properties. PVA thin film was obtained by drying PVA solution for 24 hours at 60oC. The suitable PVA properties for Conductive Polymer was discussed further on this report."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Kartika Dewi
"Latar belakang: Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara produksi dan akumulasi radikal bebas di dalam sel dan jaringan terhadap respon tubuh dalam melakukan detoksifikasi produk reaktif melalui sistem antioksidan. Antioksidan
dapat bersifat endogen dan eksogen, namun seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan konsentrasi antioksidan endogen sehingga penting untuk memaksimalkan potensi antioksidan eksogen, yang dapat berasal dari tumbuhan. Indonesia memiliki keragaman hayati yang luas, salah satunya adalah rumput laut atau alga Eucheuma sp., yang mengandung metabolit sekunder dan berpotensi menunjukkan beragam aktivitas biologis.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan aktivitas antioksidan rumput laut Eucheuma sp. Metode: Eucheuma sp. dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, dilakukan maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, dan etanol secara berurutan, kemudian filtrat diuapkan hingga menjadi ekstrak. Pada ketiga ekstrak dilakukan analisis komposisi fitokimia melalui uji fitokimia, kromatografi lapis tipis, dan penentuan kadar senyawa secara kuantitatif. Selanjutnya, evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol Eucheuma sp. ditentukan dengan metode DPPH.
Hasil: Ekstrak Eucheuma sp. mengandung senyawa golongan steroid dan triterpenoid pada uji kualitatif fitokimia. Analisis kromatografi lapis tipis menunjukkan total 11 komponen senyawa kimia.
Analisis kuantitatif ekstrak etilasetat Eucheuma sp. menunjukkan kadar total fenol sebesar 29,57 mg ekuivalen asam galat/g ekstrak, kadar total flavonoid sebesar 0,54mg ekuivalen quercetin/g ekstrak, dan kadar total triterpenoid sebesar 1,08 mg ekuivalen asam ursolat/g ekstrak. Evaluasi aktivitas antioksidan menunjukka bahwa ekstrak etilasetat memiliki efek antioksidan yang kuat terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 27,96 μg/mL. Simpulan: Ekstrak etilasetat
Eucheuma sp. berpotensi dikembangkan sebagai antioksidan.

Introduction: Oxidative stress is a condition in which there is an imbalance between production of free radicals and protective response via antioxidant system. There are endogenous and exogenous antioxidants, however as age increases, there is a reduction in endogenous antioxidant thus the need to search for potential exogenous antioxidant which could be derived from plants. Indonesia’s rich biodiversity, one of which is algae/seaweed Eucheuma sp., with its secondary metabolites, shows potential for biological activities. Aims: This study aims to determine the phytochemical constituent and evaluate the antioxidant activity of marine algae Eucheuma sp. Methods: Eucheuma sp. obtained from Lombok, Nusa
Tenggara Barat, were extracted with batch maceration process using three solvents, n-hexane, ethyl acetate, and ethanol sequentially. Each extract was analysed for its phytochemical constituents using phytochemical tests, thin layer chromatography,
and total phenolic, flavonoid, triterpenoid content. Evaluation of antioxidant activity for ethyl acetate extract and ethanol extract were done using DPPH method.
Result: Phytochemical analysis of Eucheuma sp. shows positive result for steroid and triterpenoid qualitatively. Thin layer chromatography analysis shows total of 11 chemical compound. Quantitative analysis shows highest value in ethyl acetate
extract, with its total phenolic content 29.57 mg gallic acid equivalent/g extract, total flavonoid content 0.54 mg quercetin equivalent/g extract, and total triterpenoid content 1.08 mg ursolic acid equivalent/g extract. Ethyl acetate extract with IC50 of 27.96 μg/mL towards DPPH assay shows active antioxidant activity of Eucheuma sp. Conclusion: Ethylacetate extract of Eucheuma sp. obtained from Lombok have a potential to be developed as an antioxidant.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Perwira Agung
"ABSTRACT
Krisis energi dunia dan tingginya harga sumber energi fosil di Eropa dan negara barat menyebabkan innovasi dalam pemanfaatan energi alternatif yang tidak menimbulkan polusi udara CO2 maupun radio aktif. Sehingga diperlukan sumber energi baru, salah satunya adalah solar sel. CdS merupakan salah satu komponen penting sel surya lapis tipis. Pada pembuatan CdS sebagai lapisan buffer sel surya lapis tipis berbasis CZTS dilakukan dengan metode chemical bath deposition (CBD). CdS dideposisikan pada kaca terlapis CZTS dengan variable yang berbeda untuk mendapatkan kondisi deposisi yang optimal. Deposisi CdS telah berhasil dilakukan, dan temperatur optimalnya adalah 90°C. Temperatur dibawah 90°C akan menghasilkan lapisan antar muka yang dapat mengurangi sifat transmitansi lapisan CdS. Konsentrasi optimal pada [S]:[Cd] = 5, karena memiliki nilai transmitansi terbaik.

ABSTRACT
The world energy crisis and the high price of fossil energy sources in Europe and the western countries have led to innovation in the use of alternative energy that does not cause CO2 or radioactive air pollution. So that new energy sources are needed, one of which is solar cells. CdS is one of the important components of thin film solar cells. In making CdS as CZTS thin layer solar cell buffer layer was carried out by chemical bath deposition (CBD) method. CdS is positioned on CZTS coated glass with different variables to obtain optimal deposition conditions. CdS deposition has been successfully carried out, and the optimal temperature is 90°C. Temperatures below 90°C will produce an interface layer that can reduce the transmittance properties of the CdS layer. The optimal concentration at [S]: [Cd]=5, because it has the best transmittance value."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian A. L.
"Asam askorbat (vitamin C), adalah vitamin larut air yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Vitamin C tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat terutama dalam larutan. Derivat vitamin C yang terfosforilasi, Mg dan Na askorbil fosfat lebih stabil, dan banyak digunakan dalam sediaan larutan. Larutan vitamin C saat ini banyak beredar di pasaran dengan komposisi yang bermacam-macam, ada yang mengandung hanya asam askorbat saja dan ada juga yang mengandung campuran asam askorbat dan derivatnya. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar askorbil fosfat dan asam askorbat dalam larutan topikal vitamin C secara KLT densitometri. Kondisi optimal untuk memisahkan askorbil fosfat, asam askorbat dan dehidroaskorbat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan kombinasi metanol-air (85:17) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa menggunakan Camag TLC scanner 3, menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 244 nm. Hasil pengujian menunjukkan askorbil fosfat dan asam askorbat memiliki linearitas 0,5-3,0 μg. Batas deteksi masing-masing adalah 0,039 μg dan 0,059 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat, sedangkan batas kuantitasi masing-masing 0,130 μg dan 0,196 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat. Rata-rata uji perolehan kembali untuk askorbil fosfat adalah 100,15%±1,04%, dan untuk asam askorbat adalah 100,18%±0,98%. Dari tiga sampel yang diperiksa kadarnya, hanya sampel B yang mengandung askorbil fosfat dengan kadar 0,43%. Sedangkan kadar asam askorbat dalam masing-masing sampel adalah 7,5%; 0,34% dan 0,47% untuk sampel A, B dan C."
Universitas Indonesia, 2006
S32549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Martina
"Aflatoksin B1 adalah racun yang potensial bersifat karsinogenik, hepatotoksik, mutagenik, dan imunosupresif, yang merupakan metabolit sekunder dari galur tertentu jamur Aspergillus yang tumbuh pada berbagai bahan makanan dan minuman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan aflatoksin dalam jus buah kemasan yang beredar di pasaran, yaitu jus buah jeruk, mangga, dan jambu secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) densitometri.
Kondisi optimum KLT terdiri atas fase diam berupa lempeng KLT silika gel 60 F254, 20 x 10 cm dengan tebal lapisan 0,25 mm (Merck); fase gerak berupa kloroform-etil asetat (7:3); dan metanol sebagai pelarut. Deteksi dan kuantitasi dilakukan dengan Camag TLC scanner III, menggunakan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan emisi 400 nm.
Hasil pengujian menunjukkan data kurva kalibrasi yang linear antara 20—160 pg dengan koefisien korelasi 0,9977; batas deteksi 10,70 pg; dan batas kuantitasi 35,67 pg. Rata-rata uji perolehan kembali jus buah mangga 95,82% dan jus buah jambu 83,59%. Penerapan metode ini terhadap masing-masing tiga merk sampel jus buah mangga dan jus buah jambu kemasan menunjukkan tidak satupun yang tercemar AFB1."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Jayanti Pertiwi
"Hormon kortikosteroid merupakan hormon steroid yang disintesis dari kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks, obat-obat hormon kortikosteroid mempunyai inti steroid yang sama dan hanya mengalami sedikit perubahan struktur pada posisi gugus fungsionalnya. Keaadan ini memberikan kesukaran dalam menganalisis obat hormon kortikosteroid ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode identifikasi yang tepat dari obat hormon golongan kortikosteroid. Metode identifikasi yang dilakukan pada golongan obat ini yaitu dengan percobaan reaksi warna, percobaan mikrokristal, percobaan mikrosublimasi dan kromatografi lapis tipis.
Hasil penelitian menunjukkan pereaksi Salkowski dan asam sulfat pekat dapat digunakan untuk membedakan ketujuh zat yang diteliti. Percobaan mikrokristal aseton-air, etanol-air dan ammonium reineckat dapat membedakan ketujuh zat yang diteliti. Pada percobaan kromatografi lapis tipis, fase gerak kloroform- dietilamin (2:1) dan diklorometan-etermetanol- air (77:15:8:1) dapat digunakan untuk memisahkan hidrokortison asetat, betametason valerat, deksametason dan fluosinolon asetonida.
Corticosteroid hormones was the steroid hormones are formed cholesterol and secreted by the adrenal cortex. The corticosteroid pharmaceuticals contain the same of steroidal structures in functional group position. This situation gave difficulty to identification for a great number of corticosteroid pharmaceuticals.
The purpose of this research was to got the accurate identification method. The identification method were the colour reaction, microcrystal reaction, microsublimation and thin layer chromatography.
The result indicated that sulphuric acid and Salkowski reagen can be used to distinguish the seven observed substances. The examination of microcrystal test using acetone-water, ethanol-water and ammonium reineckat can be used to distinguish the seven observed substances. Thin layer chromatography with chloroform-diethyl amine (2:1) and dichloromethane-ether-methanol-water (77:15:8:1) can be used to separate hydrocortisone acetate, betamethasone valerat, dexamethasone and fluocinolone acetonide.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>