Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsono
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2006
414 Mar f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Universitas Tarumanegara, 2006
407 MBJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Pudjitriherwanti
"Keberadaan idiom dalam suatu bahasa memiliki arti penting. Idiom digunakan sehari-hari baik dalam percakapan maupun dalam tulisan. Dalam tulisan idiom digunakan baik dalam karya ilmiah maupun karya sastra.
Karena sifatnya, idiom hampir tidak dapat diterjemahkan secara harfiah kata per kata. Dalam mewujudkan terjemahan idiom yang sepadan, yaitu terjemahan yang dipahami oleh pembaca BSa (Target Language reader) seperti pembaca BSu (Source Language reader) memahami idiom dalam TSu (Source Language text), dapat dimanfaatkan berbagai bentuk yang mungkin dijadikan padanan idiom, diantaranya bentuk idiom juga, bukan idiom atau ungkapan bukan idiom. Selain itu juga dapat digunakan berbagai prosedur penerjemahan, diantaranya transposisi (transposition), modulasi (modulation) pemadanan berkonteks (contextual conditioning) dan transferensi (transference). Dengan memperhatikan hal-hal di atas, dalam penelitian ini ingin diketahui (I) bagaimanakah bentuk terjemahan idiom bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia: berupa idiom pula atau bukan idiom? (2) prosedur penerjemahan apakah yang ditempuh pada penerjemahan idiom bahasa Prancis ke bahasa Indonesia? (3) sepadankah pesan yang terkandung dalam penerjemahan dengan idiom dalam TSu? (4) faktor-faktor apa yang menyebabkan tidak tercapainya kesepadanan dalam penerjemahan idiom?
Dengan menggunakan 55 data yang berasal dari 4 buah cerita fiksi remaja, dan satu majalah berita ilmiah serta terjemahannya dalam BSa dilakukan analisis terhadap idiom tersebut. Analisis meliputi 2 tahap. Tahap pertama disebut tahap penentuan idiom Ada 2 hal yang dilakukan, yaitu: (1) pengenalan langsung tanpa memperhatikan konteks yang menyertainya. Hal itu dilakukan, bila ditemukan frasa yang tidak berterima secara harfiah, (2) pemahaman konteks di mana frasa itu berada. Hal itu dilakukan, bila ditemukan frasa yang frasa yang berterima secara harfiah. Langkah selanjutnya adalah mencatat secara terpisah, frasa yang dicurigai sebagai idiom itu, untuk selanjutnya dikonsultasikan pada kamus baik bentuk maupun maknanya. Frasa yang bentuk dan maknanya terdapat dalam kamus digolongkan sebagai idiom yang lazim digunakan dalam BSu, sedangkan frasa yang bentuk dan maknanya tidak terdapat dalam kamus, dikonsultasikan pada informan BSu. Kemudian untuk menguji apakah bentukan yang ditemukan itu idiom atau bukan, diuji dengan alat uji penentu idiom. Alat uji penentu idiom itu didasarkan pada kontinum (continuum), kenonkomposisionalan (noncornposisionality), kenonproduktifan (nonpraductivity). Tahap kedua adalah analisis penerjemahan idiom. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan 55 idiom yang lazim digunakan dalam BSu dan ditemukan pula bentukan yang memenuhi kriteria keidioman. Menurut informan BSu bentukan tersebut merupakan idiom baru. Dalam membentuk hasil terjemahan idiom yang sepadan, yaitu hasil terjemahan yang dapat dipahami pembaca BSa seperti pembaca BSu memahaminya, menurut Nida dan Taber (1969:106) ada 3 kemungkinan terjemahan, yaitu: (1) dari idiom ke idiom, (2) dari idiom ke bukan idiom dan (3) dari bukan idiom ke idiom. Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanya butir (1) dan (2). Dalam analisis penerjemahan, idiom dikelompokkan berdasarkan Cara penerjemahannya, yaitu: (1) idiom menjadi idiom, baik idiom yang sepadan dengan unsur pembentuk yang secara semantis sama maupun idiom yang sepadan dengan unsur pembentuk yang secara semantis berbeda, (2) dari idiom ke bukan idiom dalam BSa, (3) dari idiom ke ungkapan bukan idiom.
Untuk mengetahui kesepadanan idiom BSu den terjemahannya dalam BSa, digunakan satu orang informan BSu, dan satu orang informan BSa. Pemahaman informan terhadap idiom yang diteliti diketahui dari angket yang diberikan kepada informan. Selain untuk mengetahui pesan yang terdapat dalam sebuah idiom peneliti juga menggunakan cara-cara lain yaitu menggunakan referensi berupa kamus dan bahan-bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan idiom yang diteliti.
Dari hasil analisis terhadap penerjemahan idiom diperoleh temuan sebagai berikut, dilihat dari kesepadanannya, hampir semua idiom BSu memperoleh terjemahan yang sepadan. Terjemahan yang sepadan itu berasal dari kedua bentuk terjemahan yaitu: bentuk idiom baik idiom yang dibentuk dengan unsur pembentuk yang sama maupun berbeda secara semantis sebanyak 8 data dan bentuk bukan idiom sebanyak 46 data. Dari analisis ditemukan juga bentukan yang memenuhi syarat sebagai idiom bahasa Prancis yang diterjemahkan dengan idiom yang tidak sepadan sebanyak 1 data.
Prosedur penerjemahan yang ditemukan pada penerjemahan idiom menjadi idiom yang sepadan adalah transposisi dan modulasi. Transposisi tersebut meliputi geseran tataran (level shift), yaitu geseran dari tataran gramatikal ke tataran leksikal dan geseran kategori meliputi penggeseran struktur, unit dan kelas (structure, unit, class shift) dan intrasistem (intrasystem shift). Geseran ini merupakan geseran wajib dan otomatis yang disebabkan karena sistem dan kaidah dalam BSa. Modulasi yang ditemukan adalah modulasi bebas yang berupa eksplisitasi dan implisitasi yang berusaha menciptakan kesetalian dan kewajaran ungkapan BSa. Modulasi lainnya adalah geseran sudut Pandang.
Prosedur penerjemahan yang ditemukan dalam penerjemahan dari idiom BSu ke bukan idiom dalam BSa adalah prosedur modulasi bebas. Modulasi bebas tersebut merupakan proses eksplitasi, karena dalam penerjemahan, dieksplisitasikan makna idiom tersebut.
Dari fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar idiom BSu diterjemahkan ke BSa menjadi bentuk bukan idiom. Namun semuanya merupakan terjemahan yang sepadan. Pesan yang terdapat dalam idiom BSu, disampaikan dalam bentuk bukan idiom dalam BSa, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami ungkapan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T5719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galingging, Yusniaty
"Penelitian ini bertujuan memperoleh data empiris tentang penerjemahan pronomina persona bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, khususnya persona insan yang ditemukan dalam novel Debar Hati. Pronomina persona merupakan kategori kelas kata yang dimiliki tiap bahasa. Bahasa Inggeris dan bahasa Indonesia membagi kategori persona dengan cara yang sama, tetapi perbedaan pronomina dalam kedua bahasa ini juga sangat besar. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat kesepadanan apa yang ada dalam kedua bahasa itu dan bentuk apa raja yang digunakan dalam terjemahannya.
Pronomina persona insan yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada pronomina persona kasus subjektif dan objekti£ Semua pronomina persona yang termasuk dalam ketentuan tersebut berjumlah 14.099. Terjemahan pronomina persona yang paling sering digunakan masih dalam kelompok pronomina sebanyak 8618. Pronomina persona yang diterjemahkan menjadi pronomina ada yang berkategori sama, seperti pronomina persona menjadi pronomina persona dan ada yang berkategori berbeda, misalnya menjadi pronomina penunjuk. Pronomina persona insan yang diterjemahkan menjadi pronomina persona ada yang menggunakan kategori persona yang sama dan ada yang menggunakan kategori persona yang berbeda, seperti persona pertama menjadi persona pertama atau persona pertama menjadi persona kedua. Persona yang paling banyak digunakan dalam novel ini adalah persona ketiga dan persona ini paling sering diterjemahkan menjadi pronomina (4283) dan nama diri (3069).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Semua pronomina yang memenuhi ketentuan dikumpulkan dan demikian juga terjemahannya. Hasil terjemahan ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kesamaan-kesamaan yang dimiliki pronomina tersebut. Selanjumya, basil terjemahan itu dianalisis berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada terjemahannya.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan kesepadanan leksikal atau kesepadanan formal. Pronomina persona yang ada diterjemahkan berdasarkan makna yang dimilikinya dari konteks tempat pronomina itu digunakan. Dan semua pronominal persona yang ada pada TSu mempunyai padanan dalam TSa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ada kesepadanan makna antara pronomina bahasa Inggris dan pronomina bahasa Indonesia.
Dalam hal bentuk, terjemahannya bermacam-macam, seperti nama diri sebanyak 3648, istilah pekerjaan/profesi sebanyak 43, istilah kekerabatan sebanyak 81, epitet 108 dan padanan nol (0) sebanyak 1682."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Atma Jaya (NUSA)
050 NUS 15:(1983)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
A. Chaedar Alwasilah
Bandung: Angkasa, 1990
410 CHA l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Prihandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan dan persamaan sistem diatesis pasif dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Di sini dikontraskan konstituen pembentuk diatesis, ditinjau dari segi morfologis dan semantis; dan struktur peran yang terdapat dalam diatesis beserta karakteristiknya, ditinjau dari segi sintaktis dan semantis.
Data penelitian adalah model kalimat yang diperoleh dari tiga macam sumber, yaitu novel, majalah, dan koran berbahasa Jepang dan Indonesia; sumber acuan bagi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia; dan model buatan peneliti sendiri berdasarkan sumber acuan. Data yang bersumber dari novel, majalah, dan koran diperlakukan sebagai data utama, data lainnya diperlakukan sebagai data pelengkap.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara sintaktis struktur peran diatesis pasif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia memiliki persamaan, yaitu sama-sama disusun oleh sebuah konstituen pusat; verba berperan pasif dan dua konstituen pendamping; inti dan bukan inti. Meski memiliki persamaan, tidak semua kalimat berdiatesis pasif bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat dipadankan bentuknya secara tepat. Hal itu karena jumlah konstituen pendamping inti bahasa Jepang terkadang lebih dari dua, sedangkan dalam bahasa Indonesia paling banyak dua. Penyebab terjadinya perbedaan jumlah konstituen itu adalah kedudukan frase nominal pemilik-termilik pada kedua bahasa. Dalam bahasa Jepang kedudukannya dipisahkan oleh nomina yang berperan agentif sehingga masing-masing memiliki peran sendiri, yaitu penanggap dan objektif partitif. Dalam bahasa Indonesia tidak dipisahkan oleh peran lain dan menduduki hanya satu peran, yaitu penanggap atau objektif."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
499.221 7 GEO (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lauder, Allan
"In order to understand the way English is used and seen in Indonesia today, it is useful to know something about how historical, political, socio-cultural and linguistic factors have shaped its status and functions over the last century. The use of English in Indonesia has developed in the context of post-colonial educational competency building, and more recently the need to support development ? in particular its role in state education. However, attitudes of some policy makers and commentators towards the language have often been ambivalent, expressing fears of its power to exert negative cultural influences. The special status of English as a global language with many potential varieties that might pose as models for Indonesia also poses the question of which one would be right for the country. The paper looks at these educational and policy issues, and also gives some suggestions about the future. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI; Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2008
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lauder, Allan Frank
"In order to understand the way English is used and seen in Indonesia today, it is useful to know something about how historical, political, socio-cultural and linguistic factors have shaped its status and functions over the last century. The use of English in Indonesia has developed in the context of post-colonial educational competency building, and more recently the need to support development ? in particular its role in state education. However, attitudes of some policy makers and commentators towards the language have often been ambivalent, expressing fears of its power to exert negative cultural influences. The special status of English as a global language with many potential varieties that might pose as models for Indonesia also poses the question of which one would be right for the country. The paper looks at these educational and policy issues, and also gives some suggestions about the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>