Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elmira Musdiyanti
"ABSTRACT
Latar belakang: Salah satu obat antihipertensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah Amlodipin. Obat tersebut memiliki efek samping sistemik dan oral, salah satunya adalah serostomia. Serostomia ini ditandai dengan penurunan laju alir saliva. Laju alir saliva yang rendah dapat meningkatkan insidensi karies gigi. Tujuan:  Mengetahui perbedaan laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain cross sectional. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi 30 subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin dan 30 subjek tidak mengalami hipertensi. Pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Tingkat keparahan karies diukur dengan indeks DMF-T. Pemeriksaan laju alir saliva terstimulasi dengan mengumpulkan saliva ke dalam gelas ukur selama 5 menit menggunakan dengan metode spitting. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T pada kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin dan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (p<0.05). Kesimpulan: Kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin memiliki laju alir saliva terstimulasi lebih rendah (3.98 ± 1.27 mL) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (6.62  ± 1.31 mL) dan rerata indeks DMF-T lebih tinggi (8.37 ± 3.70) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (2.67 ± 1.97).

ABSTRACT
Background: Amlodipine is the most used antihypertensive drug in Indonesia. Side effects, whether systemic or oral, can occur do to consumption of amlodipine such as xerostomia. Xerostomia can be detects by the decrease of salivary flow rate. Decrease of salivary flow rate can increase dental caries incidence. Objective : To determine the difference in stimulated salivary flow rate and DMF-T index. Method : The study is a comparative analytical study with a cross sectional design. Total subject in this study were 60 people, of which 30 subjects were taking amlodipine antihypertensive drug and 30 subjects without hypertension, obtained by using consecutive sampling method. DMF-T index was scored to indicate the severity of dental caries. Stimulated saliva flow rate was measured by collecting saliva into a measuring cup for 5 minutes using the spitting method. Result : There was significant differences in salivary flow rate and DMF-T index between group taking amlodipine drug and group without hypertension. Conclusion : The stimulated salivary flow rate in group taking amlodipine drug (3.98 ± 1.27 mL) was significantly lower than in the group without hypertension (6.62 ± 1.31 mL). The mean DMF-T index in group taking amlodipine drug (8.37 ± 3.70) was significantly higher than in the group without hypertension (2.67 ± 1.97)."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benita Novitasari Priyanto
"ABSTRACT
Latar Belakang: Beberapa penelitian sebelumnya terkait penggunaan kontrasepsi hormonal suntik jangka pendek yang mengandung hormon estrogen dan progesteron memiliki pengaruh pada rongga mulut khususnya kualitas dan kuantitas saliva. Tujuan: Menganalisis pengaruh lama pemakaian kontrasepsi hormonal suntik jenis Depot-Medorxyprogesterone Acetate (DMPA) terhadap laju alir dan kapasitas bufer saliva terstimulasi Metode: Penelitian ini dilakukan pada 80 wanita berusia 20-35 tahun yang dibagi menjadi 3 kelompok pemakai kontrasepsi suntik DMPA berdasarkan lama pemakaian yaitu 12-23 bulan, 24-35 bulan dan 36-60 bulan serta 1 kelompok non pengguna (kontrol) dengan jumlah 20 subjek pada setiap kelompok. Pengukuran laju alir dan kapasitas bufer saliva terstimulasi subjek dilakukan dengan GC saliva buffer check kit. Hasil penelitian: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p > 0,05) laju alir dan kapasitas bufer saliva terstimulasi antara kelompok non pemakai dan kelompok pemakai, maupun antar kelompok pemakai dengan durasi yang berbeda. Namun, bila dilihat berdasarkan nilai rata rata terdapat sedikit kenaikan laju alir dan kapasitas bufer saliva terstimulasi pada ketiga kelompok pemakai jika masing masing dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh lama pemakaian kontrasepsi suntik hormonal DMPA terhadap laju alir dan kapasitas bufer saliva terstimulasi. 

ABSTRACT
Background: The previous studies regarding short-term hormonal contraceptive injection that consist of estrogen and progesterone have oral manifestation especially to quality and quantity of saliva Objectives: To analyze the effects of hormonal contraceptive injection Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) usage duration to flow rate and buffer capacity of stimulated saliva. Methods: Study was conducted on 80 females aged 20-35 years that were divided into 3 groups of contraceptive users with different duration of usage that were 12-23 months, 24-35 months and 30-60 months, and a group of non-contraceptive users, each group consist of 20 subjects. The measurements of saliva flow rate and buffer capacity were done using GC saliva buffer check kit. Results: There were no significant difference (p > 0,05) of flow rate and buffer capacity of stimulated saliva between groups of contraceptive users and group of non-users as well as between groups of users with different length of duration. However, the mean value of both flow rate and buffer capacity slightly increase in 3 groups of contraceptive users if each were compared to group of non-users Conclusion: There were no effects of hormonalcontraceptive injection DMPA usage duration to flow rate and buffer capacity of stimulated saliva. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Laili Nurhidayat
"ABSTRACT
Latar Belakang: Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan: Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge; 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney-U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman ?=5 . Hasil: Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan: Laju alir saliva memiliki perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva.

ABSTRACT
Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman 5 . Hasil Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi tidak pada pada derajat keasaman dan kapasitas dapar. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar jenis penyakit sistemik dan medikasi yang dikonsumsi subjek. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding laju alir tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan Laju alir tanpa stimulasi dan terstimulasi, memiliki perbedaan yang bermakna antara laki laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghiyats Naufal Kusuma
"Latar Belakang: Usia anak dibawah 71 bulan merupakan usia yang penting dalam mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesehatan seseorang. Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit infeksius kronis yang sering terjadi pada anak usia di bawah 71 bulan yang disebabkan oleh mikroorganisme kariogenik Streptococcus mutans dan Candida albicans. Indeks kebersihan rongga mulut seperti OHI-S dan keadaan laju alir saliva dapat memengaruhi perkembangan penyakit ECC. Tujuan: menganalisis antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans yang diisolasi dari saliva serta kaitannya dengan OHI-S dan laju alir saliva pasien ECC. Metode: Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans dari saliva diuji menggunakan metode indirect ELISA untuk memperoleh antigen dari kedua mikroorganisme tersebut dan dibaca dengan panjang gelombang 450 nm. Kemudian nilai optical density keduanya dikorelasikan dengan OHI-S dan laju alir saliva pasien ECC. Hasil: Terdapat korelasi positif sangat lemah antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada seluruh sampel. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada kelompok OHI-S baik dan OHI-S sedang. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p≥0,05) antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans pada kelompok Laju Alir baik dan Laju Alir sedang. Tidak ada perbedaan bermakna antara kondisi laju alir saliva dengan kondisi OHI-S pasien ECC. Kesimpulan: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e dan Candida albicans lebih tinggi pada pasien dengan kondisi OHI-S sedang dan laju alir saliva sedang.

Background: Age of children under 71 months is an important age in identifying determinants of a person's health. Early Childhood Caries (ECC) is a chronic infectious disease that often occurs in children under 71 months of age caused by cariogenic microorganisms Streptococcus mutans and Candida albicans. Oral hygiene indexes such as OHI-S and salivary flow rate can influence the development of ECC disease. Objective: Analyzing Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens isolated from saliva and its relation to OHI-S and salivary flow rates of ECC patients. Methods: Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans from saliva were tested using the indirect ELISA method to obtain antigens from both microorganisms and read with a wavelength of 450 nm. Then the optical density values are both correlated with OHI-S and salivary flow rates of ECC patients. Results: There is a very weak positive correlation between the number of Streptococcus mutans serotype e antigens and Candida albicans in all samples. There is a significant difference (p <0.05) between the quantity of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens in both OHI-S and moderate OHI-S groups. There is no significant difference (p≥0.05) between the quantity of Streptococcus mutans serotype e antigens and Candida albicans in the good flow rate and moderate flow rate groups. There is no significant difference between salivary flow rate conditions and OHI-S conditions in ECC patients. Conclusion: The quantity of Streptococcus mutans serotype e and Candida albicans antigens is higher in patients with moderate OHI-S conditions and moderate salivary flow rates."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Amelia Ruliani
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Saliva memiliki berbagai peran di dalam rongga mulut yang berhubungan dengan karies. Total Antioxidant Capacity berperan dalam melindungi tubuh dari berbagai kondisi patologis. Tujuan: Menganalisis konsentrasi Total Antioxidant Capacity pada saliva bebas karies dan early childhood caries dihubungkan dengan OHI-S, dmf-t, serta viskositas dan laju alir saliva. Metode: Sampel saliva tersimpan sebanyak 33 sampel yang diperoleh dari anak usia di bawah 71 bulan dengan kondisi bebas karies dan early childhood caries diuji dengan menggunakan total antioxidant capacity assay kit. Hasil: Terdapat perbedaan konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak bebas karies dan early childhood caries, terdapat korelasi linier positif sedang antara konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak dengan skor dmf-t, tidak terdapat perbedaan konsentrasi Total Antioxidant Capacity dalam saliva anak dengan kategori OHI-S baik dan sedang, laju alir saliva tinggi dan sedang, serta viskositas saliva encer dan kental. Kesimpulan: Konsentrasi Total Antioxidant Capacity pada saliva early childhood caries lebih tinggi dibandingkan bebas karies.

Background: Dental caries is a common disease worldwide. Saliva has a big role in oral cavity associated with dental caries. Total Antioxidant Capacity has a role to protect the body from any pathological condition. Objective: Analysing Total Antioxidant Capacity concentration of Early Childhood Caries and Caries Free saliva and its relation to OHI-S, dmf-t, and salivary flow rate and viscosity. Method: 33 stored saliva samples of children under 71 month old with early childhood caries and caries free tested using total antioxidant capacity assay kit. Result: There is a significant difference between Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of caries free and early childhood caries children, there is a moderate linear positive correlation between Total Antioxidant Capacity concentration and dmf-t. There is no difference between Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of children with good and moderate OHI-S, high and moderate salivary flow rate, and watery and thick saliva. Conclusion: Total Antioxidant Capacity concentration in saliva of early childhood caries children is higher than caries free."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fheiske R. Joroh
"Latar belakang: Early childhood caries adalah penyakit gigi dan mulut yang paling umum dan paling sering terjadi pada anak-anak diseluruh dunia. Saliva berfungsi dalam menjaga kesehatan mulut dan homeostasis, serta berperan dalam sistem pertahanan terhadap karies gigi yaitu melalui efek pembersihan, kapasitas buffer, agen antimikroba, serta sebagai penampung ion kalsium dan fosfat untuk remineralisasi lesi karies awal. Nitric oxide yang terdapat dalam saliva memiliki efek antimikroba yang dapat menyebabkan autoinhibisi bakteri-bakteri kariogenik penyebab karies. Tujuan: Mengkaji konsentrasi nitric oxide pada saliva anak dengan early childhood caries dan bebas karies ditinjau dari skor dmf-t serta korelasi antara laju alir saliva, viskositas saliva dengan aktivitas karies anak melalui tinjauan pustaka. Metode: Penelitian ini dilakukan sepanjang bulan Desember 2020-Januari 2021. Pencarian literatur terkait dilakukan melalui 2 database elektronik, yaitu PubMed dan ProQuest dengan menggunakan kata kunci yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Penentuan literatur inklusi dilakukan dengan mengikuti alur PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses), sehingga didapatkan literatur yang menggunakan bahasa inggris, dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir, tersedia dalam full-text, serta sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil: Terdapat 4 literatur yang terpilih. 3 buah literatur memaparkan bahwa konsentrasi nitric oxide secara signifikan lebih tinggi pada anak yang bebas karies, dibandingkan anak dengan early childhood caries. 1 buah literatur memaparkan bahwa terdapat penurunan laju alir dan peningkatan viskositas saliva (viskositas kental) pada anak dengan early childhood caries. Kesimpulan: Konsentrasi nitric oxide lebih tinggi pada anak yang bebas karies dibandingkan anak dengan early childhood caries. Penurunan konsentrasi NO di saliva dapat menyebabkan peningkatan pada keparahan karies

Background: Early childhood caries is a disease of the teeth and mouth that is most common and most often occurs in children around the world. Saliva functions to maintain oral health and homeostasis, and plays a role in the defense system against dental caries, namely through its cleaning effect, buffer capacity, antimicrobial agents, as well as a reservoir for calcium and phosphate ions for remineralization of early carious lesions. The content of nitric oxide in saliva has an antimicrobial effect which can cause autoinhibition of cariogenic bacteria that cause caries. Objective: Study nitric oxide concentration in saliva of children with early childhood caries and caries-free in terms of the dmf-t score and the correlation between salivary flow rate, salivary viscosity and caries activity of children through literature review. Methods: This research was carried out during December 2020-January 2021. The search for related literature was carried out through 2 electronic databases, namely PubMed and ProQuest using keywords that match the research question. The determination of inclusion literature was carried out by following the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyzes), so that literature in English was obtained, published in the last 10 years, available in full text, and in accordance with the inclusion and exclusion criteria. Result: There are 4 selected literatures. 3 pieces of literature describe that concentrations nitric oxide were significantly higher in caries-free children, compared to children with early childhood caries. 1 piece of literature describes that there is a decrease in flow rate and an increase in salivary viscosity (thick viscosity) in children with early childhood caries. Conclusion: Nitric oxide concentration was higher in caries-free children compared to children with early childhood caries. Decreasing the NO concentration in saliva can lead to an increase in caries severity."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iednita Cahyadahrena
"Latar Belakang: Early childhood caries (ECC) merupakan penyakit kronik infeksius yang sering terjadi pada anak usia prasekolah, ditandai dengan adanya satu atau lebih gigi yang rusak atau hilang atau ditambal akibat karies. ECC disebabkan oleh mikroorganisme kariogenik seperti S. mutans serotype e dan Candida albicans. Faktor laju alir saliva pada dorsal lidah dapat memengaruhi perkembangan ECC. Tujuan: Menganalisis kuantitas antigen S. mutans serotype e dan antigen Candida albicans yang diisolasi dari dorsal lidah serta kaitannya dengan laju alir saliva anak ECC dan caries free. Metode: S. mutans serotype e dan Candida albicans dari dorsal lidah sampel ECC dan caries free diuji menggunakan indirect ELISA untuk memperoleh antigen dan dibaca dengan panjang gelombang 450 nm, kemudian nilai optical density kedua antigen tersebut dikorelasikan dengan laju alir saliva anak ECC dan caries free. Hasil: Tidak terdapat perbedaan (p>0,05) kuantitas antigen S. mutans serotype e dan Candida albicans pada anak ECC dan caries free. Terdapat kecenderungan hubungan positif antara kuantitas antigen S. mutans serotype e dan Candida albicans pada anak ECC dan caries free. Kuantitas antigen S. mutans serotype e dan Candida albicans paling tinggi ditemukan pada laju alir saliva normal anak ECC. Kesimpulan: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotype e lebih banyak ditemukan pada dorsal lidah anak ECC dibandingkan dengan antigen Candida albicans. Pada laju alir saliva normal anak ECC dan caries free terjadi peningkatan kuantitas antigen S. mutans serotype e dan Candida albicans.

Background: Early childhood caries (ECC) is a chronic infectious disease that often occurs in preschool children, characterized by the presence of one or more teeth that are damaged or missing or restored due to caries. ECC is caused by cariogenic microorganisms such as S. mutans serotype e and Candida albicans. Salivary flow rate in the dorsal tongue can influence the development of ECC. Objective: To analyze the quantities of S. mutans serotype e and Candida albicans antigens isolated from the dorsal tongue and their relation to the salivary flow rate in ECC and caries free children. Method: S. mutans serotype e and Candida albicans from the dorsal tongue of children with ECC and caries free children were tested using indirect ELISA to obtain the antigens and they were being read with wavelengths of 450 nm, then the optical density values of the two antigens were correlated with the salivary flow rate of ECC and caries free children. Result: There was no significance (p> 0.05) quantity of S. mutans serotype e and Candida albicans antigens in ECC and caries free. There is a tendency for a positive correlation between quantity of S. mutans serotype e and Candida albicans antigens in ECC and caries free children. The highest quantity of S. mutans serotype e and Candida albicans antigens was found in the normal salivary flow rate of ECC children. Conclusion: Quantity of Streptococcus mutans serotype e antigens were higher than Candida albicans in the dorsal tongue of ECC children. At the normal salivary flow rate of ECC and caries free children, there was an increase quantity of S. mutans serotype e and Candida albicans antigens."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiroh
"Latar Belakang :Pesantren merupakan institusi pendidikan di Indonesia yang menjalankan sistem tempat tinggal asrama. Kondisi status kesehatan gigi mulut di beberapa pesantren masih menunjukkan hasil sedang hingga rendah, padahal terdapat lebih dari empat juta remaja yang menempuh pendidikan di pesantren. Upaya meningkatkan kesehatan gigi mulut adalah melaksanakan program promosi kesehatan mulut berbasis sekolah, dan program ini dapat disusun dengan sebelumnya melakukan identifikasi perilaku kebersihan gigi mulut.Tujuan : Menganalisis hubungan antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan indeks plak, laju alir saliva, dan kuantifikasi bakteri Veillonella Parvula dalam saliva di komunitas pesantren populasi anak usia 12 – 14 tahun. Metode: Penelitian dilakukan pada 101 siswa Ibnu Hajar Boarding School. Pengisian kuesioner indeks OHB untuk menilai perilaku kebersihan gigi mulut. Pengambilan sampel saliva tanpa stimulasi dan diukur lajur alir, dilanjutkan pemeriksaan indeks plak. Sampel saliva dibawa ke laboratorium untuk mengetahui kuantifikasi bakteri Veillonella parvula melalui metode RT-PCR. Hasil: Koefisien korelasi antara OHB dengan Indeks plak adalah r = 0.127 p-value = 0.204. Koefisien korelasi antara OHB dengan laju alir saliva adalah r = -0.211, p-value = 0.034. Koefisien korelasi antara OHB dengan Ct Veillonella parvula adalah r = -0.156 , p-value = 0.119. Kesimpulan: Terdapat hubungan berbanding terbalik dan bermakna antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan laju alir saliva, dan hubungan tidak bermakna antara perilaku kebersihan gigi mulut dengan indeks plak dan kuantifikasi bakteri Veillonella parvula.

Background: Boarding schools in Indonesia operate as residential educational institutions. The oral health status in some boarding schools still indicates moderate to low results, despite more than four million adolescents pursuing education in these institutions. Efforts to improve oral health include implementing a school-based oral health promotion program, which can be designed after identifying oral hygiene behaviors. To date, there has been no study examining the relationship between oral hygiene behaviors and plaque index, saliva flow rate, and quantification of Veillonella Parvula. Objective: To analyze the relationship between oral hygiene behaviors and plaque index, saliva flow rate, and quantification of Veillonella Parvula in a population of 12- to 14-year-old students in a boarding school. Method: The OHB index questionnaire was used to assess oral hygiene behaviors. Unstimulated saliva samples were collected and saliva flow rate measured, followed by plaque index examination. Saliva samples were taken to the laboratory to determine the quantification of Veillonella Parvula bacteria using RT-PCR. Results: The correlation coefficient between OHB and the plaque index was r = 0.127, p-value = 0.204. The correlation coefficient between OHB and saliva flow rate was r = -0.211, p-value = 0.034. The correlation coefficient between OHB and Ct Veillonella Parvula was r = -0.156, p-value = 0.119. Conclusion: There was an inverse and significant relationship between oral hygiene behavior and salivary rate, and a non-significant relationship between oral hygiene behavior and plaque index and quantification of Veillonella parvula bacteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ganesha Asturini
"Latar Belakang: Remaja adalah salah satu kelompok populasi yang paling terpengaruh dalam tiga beban malnutrisi di Indonesia. Berbagai penelitian telah membuktikan hubungan antara status nutrisi dengan kesehatan gigi mulut. Penelitian dalam kariologi belakangan ini banyak mengeksplorasi bakteri Veillonella terkait interaksinya dengan Streptococcus dalam pembentukan biofilm. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan status kesehatan gigi mulut, laju alir saliva dan kuantifikasi relatif bakteri Veillonella parvula dalam saliva. Metode: Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik, dengan subyek 49 anak laki-laki dan 52 perempuan direkrut dari sebuah Pesantren SMP di Depok, Jawa Barat untuk dilakukan pemeriksaan gigi mulut, status antropometri berat badan, tinggi badan dan IMT serta pengambilan saliva tanpa stimulasi untuk perhitungan laju alir saliva. Kuantifikasi bakteri relatif dilakukan dengan metode RT-PCR untuk mengidentifikasi bakteri V parvula. Hasil: Terdapat korelasi positif lemah antara IMT dan kuantifikasi relatif bakteri V parvula (r= 0.2, p=0.04), namun tidak ditemukan korelasi bermakna antara IMT dan indeks plak serta IMT dan laju alir saliva tanpa stimulasi. Kesimpulan: Terdapat korelasi lemah bermakna antara IMT dan kuantifikasi relatif V parvula, sementara itu terdapat korelasi lemah dan tidak bermakna antara IMT dan indeks plak maupun IMT dan laju alir saliva. Penelitian berikutnya perlu mengeksplorasi hubungan IMT dengan berbagai parameter status kesehatan gigi mulut dengan mempertimbangkan berbagai faktor risiko perancu dan mengidentifikasi spesies-spesies Veillonella lainnya.

Background: Until recently, the triple burden of malnutrition remains a major health issue in Indonesia and adolescents are one of the most affected population. Oral cavity is the main gate of the digestive system and studies have shown the association between nutritional status and oral health. Objectives: This study aimed to analyze the correlation between body mass index and oral health status, unstimulated salivary flow rate and relative quantification of Veillonella parvula in saliva. Method: In a cross-sectional study design, 49 male and 52 female students aged 12-14 year-old were recruited from an Islamic Boarding School in Depok, West Java and clinically examined for the Greene and Vermillion’s debris index. The unstimulated salivary flow rate was determined (ml/min). Anthropometric examinations were carried out for body weight, body height and body mass index per age according to the standards from Ministry of Health Regulations. Real-time polymerase chain reaction was used to quantify the presence of Veillonella parvula. Results: There is a significant correlation between BMI and relative expression of salivary Veillonella parvula (r= 0.2, p=0.04), however no correlations were found between BMI and OH status, and BMI and unstimulated salivary flow rate. Conclusion: This study demonstrated that there is no linear relationship between BMI and salivary flow rate and/or OH status, however a weak but significant correlation was found between BMI and salivary V parvula. Further studies are needed to investigate relationships between BMI and other nutrition parameters with oral health indicators in the adolescent populations, while considering other Veillonella species."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Marwah Septami Sikumbang
"Latar Belakang: Pada tahun 2018 ditemukan angka prevalensi karies anak di Indonesia mencapai 90,2%. Sebelumnya saliva diketahui dapat digunakan sebagai biomarker karies dengan menguji kuantitatif bakteri, identitas konsentrasi protein, karakteristik psikokimia serta karakteristik biokimia. Tujuan: Menganalisis konsentrasi malondialdehyde pada saliva anak ECC (early childhood caries) dan bebas karies serta kaitannya dengan skor dmf-t, OHI-S, viskositas saliva dan laju alir saliva. Metode: Mengukur konsentrasi malondialdehyde pada 33 sampel saliva anak tersimpan (22 sampel saliva anak ECC dan 11 sampel saliva anak bebas karies) dengan ELISA. Hasil: Analisis Mann Whitney antara konsentrasi malondialdehyde pada saliva ECC dan anak bebas karies didapatkan nilai p=0 serta didapatkan nilai p=0 dan r= -0,641 saat dilakukan analisis Spearman. Analisis Kruskal Wallis pada konsentrasi malondialdehyde anak dengan skor dmf-t berbeda didapatkan nilai p=0,014 serta didapat nilai p=0,004 dan r=0,488 saat dilakukan analisis Spearman. Tidak terdapat perbedaan bermakna serta korelasi antara konsentrasi malondialdehyde terhadap skor OHI-S, viskositas dan laju alir saliva berbeda. Kesimpulan: Konsentrasi malondialdehyde pada saliva anak ECC berbeda dengan konsentrasi malondialdehyde anak bebas karies, semakin tinggi konsentrasi malondialdehyde maka semakin parah karies yang dialami anak. Anak dengan skor dmf- t yang berbeda memiliki konsentrasi malondialdehyde yang berbeda pula. Semakin tinggi skor dmf-t semakin tinggi pula konsentrasi malondialdehyde. Tidak ditemukan hubungan antara konsentrasi malondialdehyde pada anak bebas karies dan ECC terhadap skor OHI- S, viskositas saliva dan laju alir saliva.

Background: In 2018, prevalence rate of children’s caries in Indonesia reached 90,2%. Previously, saliva was known as a caries biomarker by testing quantitative bacteria, protein concentration identity, psychochemical and biochemical characteristics. Objective: Analyze malondialdehyde concentration in children’s saliva with ECC (early childhood caries) and caries-free and its relation to dmf-t score, OHI-S, salivary viscosity and salivary flow rate. Methods: Measuring malondialdehyde concentration from 33 stored children’s saliva samples (22 samples ECC and 11 samples caries-free) using ELISA. Results: Mann Whitney analysis between malondialdehyde concentration from ECC children’s saliva and caries free children obtained p=0 and then p=0, r= -0,641 for Spearman analysis. Kruskal Wallis analysis of malondialdehyde concentrations in children with different dmf-t scores obtained p=0,014 and p=0,004, r=0,488 for Spearman analysis. There was no significant difference and there was no significant correlation between malondialdehyde concentration and OHI-S score, viscosity and different salivary flow rates. Conclusion: Malondialdehyde concentration in ECC children’s saliva was different from malondialdehyde concentration in caries free children, higher malondialdehyde concentration show worse caries experienced in children. Children with different dmf-t scores had different malondialdehyde concentrations. Higher dmf-t score show higher malondialdehyde concentration. There was no relation between malondialdehyde concentration in caries-free children and ECC to OHI-S score, salivary viscosity and salivary flow rate."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library