Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Yayang Aditia Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas diet, status gizi dan kadar homosistein dengan tekanan darah pada anak usia 3 hingga 4 tahun di Jakarta Timur. Peningkatan tekanan darah yang terjadi sejak masa anak-anak diketahui berhubungan dengan kejadian hipertensi saat dewasa. Faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti obesitas, pola makan tidak sehat juga banyak ditemukan pada anak-anak. Kondisi obesitas meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah melalui berbagai mekanisme terutama disfungsi endotel, inflamasi, dan retensi sodium. Pola makan tidak sehat yang dapat digambarkan melalui kualitas diet juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Salah satu indikator yang dapat digunakan menilai kualitas diet adalah skor Healthy Eating Index (HEI). Homosistein merupakan salah satu biomarker penyakit kardiovaskular yang pada anak-anak masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai homosistein. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang merupakan bagian dari penelitian Kohort Jakarta Timur. Sebanyak 196 anak yang memenuhi kriteria menjadi subyek penelitian. Untuk pemeriksaan homosistein dilakukan pada subsampel sebanyak 86 anak. Rerata usia anak adalah 40±2 bulan. Ditemukan 7,1% anak obesitas, 4,1% anak overweight, 23% anak dengan gizi kurang dan 65,8% normal. Rata-rata skor HEI adalah 34,2± 9. Ini merupakan kategori buruk dan rata-rata ini dimiliki oleh 96,4% anak. Kadar homosistein rata-rata adalah 5,5±1 µmol/L. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara kualitas diet (β 0,263 IK 95% 0,030-0,175, p 0,030), status gizi (β 0,465, IK 95% 0,374-0,868, p 0,000) dan kadar homosistein (β 0,187, IK 95% 0,014-1,106, p 0,045) dengan tekanan darah sistolik, dan hubungan antara status gizi (β 0,375, IK 95% 0,314-1,111, p 0,000) dan kadar homosistein (β 0,246, IK 95% 0,179-1,912, p 0,019) dengan tekanan darah diastolik pada anak.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kualitas diet, status gizi dan kadar homosistein dengan tekanan darah anak usia 3-4 tahun di Jakarta Timur

This study aims to determine the association between diet quality, nutritional status and homocysteine ​​levels with blood pressure in children aged 3 to 4 years in East Jakarta. Elevated blood pressure that occurs since childhood is known to be associated with the incidence of adult hypertension. Risk factors for cardiovascular disease such as obesity, unhealthy eating patterns are also found in children. Obesity increase the blood pressure through various mechanisms, especially endothelial dysfunction, inflammation, and sodium retention. An unhealthy diet that can be described through diet quality can also affect blood pressure. One indicator that can be used to assess diet quality is the Healthy Eating Index (HEI) score. Homocysteine ​​is one of the biomarkers of cardiovascular disease which in children the results still debatable. This is a cross-sectional nested East Jakarta Cohort study. A total of 196 children who met the criteria were the subjects of the study. Homocysteine ​​examination is done in a sub-sample of 86 children. The average age of children is 40 ± 2 months. We found 7.1% of obese children, 4.1% of overweight children, 23% of children underweight and 65,8% normal. The average HEI score is 34.2 ± 9. This means poor diet quality, and this average is owned by 96.4% of children. The average homocysteine ​​level is 5.5 ± 1 µmol/L. In this study we found association between diet quality (β 0,263 IK 95% 0,030-0,175, p 0,030), nutritional status (β 0,465, IK 95% 0,374-0,868, p 0,000) and homocysteine level (β 0,187, IK 95% 0,014-1,106, p 0,045) with systolic blood pressure, and association between nutritional status (β 0,375, IK 95% 0,314-1,111, p 0,000) and homocysteine level (β 0,246, IK 95% 0,179-1,912, p 0,019) with diastolic blood pressure in children.
Conclusion: There is association between diet quality, nutritional status and homocysteine ​​levels with blood pressure in children aged 3-4 years in East Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasanah
"Pergeseran pola makan memiliki peran penting terhadap peningkatan penyakit kronis pada masyarakat. Namun, informasi mengenai apa yang orang makan saat ini sebagai suatu diet kompleks berdasarkan pedoman yang ada masih kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kualitas diet dan persentase lemak tubuh sebagai faktor risiko dari banyak penyakit kronis pada orang dewasa di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini adalah bagian dari studi human nutrition research center (HNRC) yang merekrut 152 orang dewasa sehat dengan menggunakan multistage cluster sampling pada lima kecamatan di Jakarta Timur. Kualitas diet diukur dengan menggunakan skor AHEI-2010 yang
diperoleh dari perhitungan recall 2 hari 24-hour recall. Persentase lemak tubuh
diukur menggunakan air displacement plethysmograph (BodPod®). Karakteristik subjek dinilai menggunakan kuesioner terstruktur. Selain itu, aktivitas fisik dinilai menggunakan international physical activity questionnaire-short form. Hubungan
antara kualitas makanan dan persentase lemak tubuh dianalisis menggunakan multiple linear regression. Mayoritas subjek adalah perempuan (52.6%) dan sebagian besar adalah dewasa muda (46.1%). Nilai rata-rata AHEI-2010 adalah
46.1±9.1. Median dari persentase lemak tubuh adalah 35.4 (23.8, 41.9) dan prevalensi orang dewasa yang mengalami obesitas adalah 64.5%. Tidak ada hubungan yang ditemukan antara skor AHEI-2010 dan persentase lemak tubuh (β -0.002, p = 0.980) setelah dilakukan penyesuaian terhadap jenis kelamin, status pernikahan, aktivitas fisik dan asupan energi. Kualitas makanan orang dewasa Indonesia tidak terkait dengan persentase lemak tubuh. Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas diet yang dinilai dengan menggunakan AHEI-2010 mungkin tidak
cukup sensitif untuk memprediksi lemak tubuh orang dewasa Indonesia, karena konsumsi dari tiap komponennya yang kurang bervariasi
Dietary shifted plays an important role to the increased of chronic disease among population. However, information on what people eating as a complex diet according to the dietary guideline was lacking. This study aims to assess an association between diet quality and body fat percentage (%BF) as risk factor of
chronic diseases among adult in East Jakarta. This cross sectional study is part of human nutrition research center (HNRC) study which recruited 152 healthy adults
by using multistage cluster sampling in five sub districts of East Jakarta. Diet quality indicated by AHEI-2010 score was obtained from a calculation of two-
times 24 hour recall. While, %BF was measured using air displacement plethysmograph (BodPod). General characteristics were assessed using
structured questionnaire. Moreover, physical activity (PA) was assessed using international physical activity questionnaire-short form. The association between diet quality and body fat percent was analyzed using multiple linear regression. The majority of subjects are women (52.6%) and mostly are young adult (46.1%).
The mean score of AHEI-2010 was 46.1 (9.1). The median %BF was 35.4 (23.8,
41.9) and prevalence of adults who obese was 64.5%. There was no association found between AHEI-2010 score and %BF (β -0.002, p=0.980) after adjustment for sex, marital status, PA and energy intake. Dietary quality of Indonesian adults was not associated with body fat percentage. These findings suggest that diet quality indicated by AHEI-2010 might not sensitive enough to predict body fat of
Indonesian adults, as the consumption of its components was less varied"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triska Susila Nindya
"Pendahuluan. Inflamasi yang dapat ditandai dengan peningkatan high sensitivity c-reactive protein dapat meningkatkan resiko penyakit degeneratif pada remaja. Hs-CRP dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk diet dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan kualitas diet, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap high-sensitivity protein pada remaja.
Metode. Penelitian potong lintang yang melibatkan 219 remaja berusia 12-17 tahun yang tinggal di Surabaya dilaksanakan pada Bulan Januari – Agustus 2023. Kualitas diet dinilai dengan Healthy Eating Index (HEI) 2015 yang dihitung berdasarkan recall 24 jam selama 2 hari yang tidak berurutan. Lingkar pinggang dan lingkar panggul diukur menggunakan pita pengukur SECA® tapeline dengan akurasi 0,1 cm, sementara hs-CRP menggunakan particle-enhanced immunoturbidimetric assay. Regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis hubungan kualitas diet, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-panggul terhadap hs-CRP dengan mengontrol beberapa faktor perancu. Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk analisis jalur efek berbagai variabel terhadap hs-CRP.
Hasil. Rata-rata skor HEI 2015 subjek adalah 48.8± 10.3. Sebanyak 57.1% subjek memiliki kualitas diet yang buruk. Proporsi remaja dengan obesitas sentral dan obesitas abdominal sebanyak 25,1% dan 32,9%. Rata-rata hs-CRP adalah 1.71 ± 2.53 mg/L. Lingkar pinggang berhubungan dengan kadar hs-CRP (adjusted β=0.450; 95% CI = 0.444 - 0.456), namun rasio lingkar pinggang-panggul (adjusted β = 0.274; 95% CI =-0.929 - 1.476) dan kualitas diet (β=-0.017; 95% CI =-0.050 - 0.016) tidak berhubungan dengan hs-CRP walaupun telah dikontrol dengan faktor perancu. Analisis jalur menunjukkan bahwa ada pengaruh efek lingkar pinggang dengan arah positif terhadap kadar hs-CRP pada remaja.
Kesimpulan dan Saran. Lingkar pinggang lebih memiliki efek dengan kadar hs-CRP jika dibandingkan dengan kualitas diet dan rasio lingkar pinggang-panggul. Pengukuran lingkar pinggang secara rutin perlu dilakukan untuk skrining dini risiko inflamasi pada remaja.

Inflammation can be characterized by an increasing level of highsensitivity C-reactive protein (Hs-CRP), which can promote the risk of noncommunicable disease in adolescents. Hs-CRP is affected by various factors, including diet and obesity. We investigated the associations of dietary quality score, waist circumference, and waist-to-hip ratio profile with hs-CRP. Methods. A cross-sectional study involving 219 school-going adolescents aged 12-17 years, living in Surabaya was conducted from January to August 2023. Diet quality was assessed by the Healthy Eating Index (HEI) 2015, calculated from two non-consecutive days of 24 hours recalls. Waist and hip circumference were measured by SECA® tapeline with an accuracy of 0.1 cm. Hs-CRP was assessed by using a particle-enhanced immunoturbidimetric assay. Multiple linear regression was used to analyze the association of dietary quality, waist circumference, and waist-hip ratio (WHR) with HsCRP while controlling for confounding factors. Structural Equation Modelling (SEM) was used to determine the pathways of the mediator's effect on hs-CRP. Results. Most of the subject was female, in the 15-17 years age group, the puberty stage based on breast or genital development was stage 4. Most adolescents had low physical activity and poor sleep quality. The average HEI 2015 score was 48.8± 10.3. The majority of subjects had poor diet quality. The mean of hs-CRP was 1.71 ± 2.53 mg/L. The proportion of adolescents with central and abdominal obesity were 25.1% and 32.9%, respectively. Waist circumference was associated with hs-CRP (adjusted β=0.450; 95% CI = 0.444 - 0.456). However, the waist-to-hip ratio (adjusted β = 0.274; 95% CI =-0.929 - 1.476) and HEI 2015 score (β=-0.017; 95% CI =-0.050 - 0.016) were not associated with hs-CRP, even after accounting for confounding factors. The pathway analysis showed that the waist circumference variable has a positive significant effect on hs-CRP. Conclusion and Recommendation. Waist circumference is a mediator of hs-CRP compared to the waist-to-hip ratio and diet quality score. Routine waist circumference measurement as a screening tool for inflammation risk must be conducted in adolescents"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Natasya
"ABSTRAK
Gangguan mental emosional adalah keadaan penderitaan emosional atau perubahan psikologis yang dialami seseorang ditandai dengan adanya gejala depresi, kecemasan, dan perasaan tidak enak rasa lelah, sulit tidur, kehilangan motivasi . Hubungan antara faktor pola makan dan gaya hidup terhadap kesehatan mental mulai menjadi perhatian belakangan ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor dominan yang memengaruhi kejadian gangguan mental emosional pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Jakarta tahun 2018. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan metode cross sectional, menggunakan data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner, pengukuran antropometri, dan wawancara food recall 1x24 jam dari 156 responden yang dipilih dengan cara nonprobality sampling consequtive sampling . Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 34,6 responden mengalami gangguan mental emosional. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas diet, moderasi diet, balansi diet, dan uang saku dengan kejadian gangguan mental emosional. Moderasi diet ditemukan sebagai faktor dominan dari kejadian gangguan mental emosional pada siswa-siswi SMA Negeri 1 Jakarta tahun 2018. Siswa-siswi yang moderasi dietnya buruk atau dengan kata lain mengonsumsi total lemak, lemak jenuh, kolesterol, natrium, dan makanan kalori kosong gula, minyak, alkohol secara berlebih berisiko 3,628 kali besar mengalami kejadian gangguan mental emosional dibandingkan yang memiliki moderasi diet baik.

ABSTRACT
Psychological distress is a state of emotional suffering or psychological changes characterized by symptoms of depression, anxiety, and feelings of unease fatigue, sleeplessness, loss of motivation . The relationship between dietary and lifestyle factors to mental health began to be a concern. The purpose of this study is to determine the dominant factors that affect the prevalence of psychological distress in the students of SMA Negeri 1 Jakarta in 2018. The study was conducted quantitatively by cross sectional method, using primary data obtained through questionnaires, anthropometric measurements, and food recall 1x24 hours from 156 respondents selected by nonprobability sampling consecutive sampling. The results showed that as much as 34.6 of respondents experiencing psychological distress. The results of bivariate analysis with chi square test found significant relationship between diet quality, dietary moderation, dietary balance, and allowance with the prevalence of psychological distress. Dietary moderation was found to be the dominant factor of psychological distress in students of SMA Negeri 1 Jakarta 2018. Students with poor dietary moderation or excessively consumed total fat, saturated fat, cholesterol, sodium, and empty calorie foods sugar, oil, alcohol are at risk 3,628 times bigger to experience psychological distress than those with good dietary moderation. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library