Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masayu Revi Triputri
"Demonstrasi tolak UU Cipta Kerja menjadi sorotan utama dalam pemberitaan media massa pada bulan Oktober 2020. Pelaksanaan demonstrasi tolak UU Cipta Kerja diperlihatkan melalui visualisasi dinamika kekerasan dan konflik dalam pemberitaan media massa sehingga memunculkan cara pandang yang negatif terhadap pelaksanaan demonstrasi tersebut. Dalam protest paradigm hal ini dijelaskan sebagai pola liputan media yang berfokus untuk menyoroti konteks-konteks di luar dari isu utama dari pelaksanaan demonstrasi. Adapun lebih lanjut dalam perspektif kriminologi visual, representasi visual terhadap pelaksanaan demonstrasi mengindikasikan visualitas untuk menutupi kekerasan oleh negara yang dalam konteks ini adalah kekerasan yang dilakukan oleh polisi sebagai aparat pengendalian resmi negara. Untuk menganalisis konteks tersebut, penulis melakukan analisis visual kualitatif terhadap data-data visual yang dikumpulkan dari pemberitaan-pemberitaan terhadap demonstrasi tolak UU Cipta Kerja selama bulan Oktober 2020 sebanyak 142 data visual beserta caption yang tertera di bawah gambar. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa representasi visual terhadap pelaksanaan demonstrasi memperlihatkan tindakan melanggar hukum dan penyimpangan dalam visualitas demonstran dan disisi lain dapat menutupi bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh polisi sebagai aparat pengendalian resmi. Pelaksanaan demonstrasi pun kemudian melekat dengan citra negatif dan dinilai sebagai tindakan yang sia-sia.

Demonstrations against UU Cipta Kerja became the main focus in the mass media coverage in October 2020. The demonstration against UU Cipta Kerja was shown through visualizing the dynamics of violence and conflict in mass media reporting, giving rise to a negative perspective on the implementation of the demonstration. In the protest paradigm this is explained as a pattern of media coverage that focuses on highlighting contexts outside of the main issue of conducting demonstrations. Furthermore, in the perspective of visual criminology, the visual representation of the implementation of the demonstration indicates visuality to cover up violence by the state which in this context is violence perpetrated by the police as the official state control apparatus. To analyze this context, the author conducted a qualitative visual analysis of the visual data collected from reports on demonstrations against UU Cipta Kerja during October 2020 around 142 visual data alongside caption that is included below. It can further be concluded that the visual representation of the demonstration shows unlawful acts and deviations in visuality of demonstrators and on the other hand can cover up the forms of violence carried out by the police as an official controlling apparatus. The demonstration was then attached to a negative image and was judged as a futile act."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Novianto
"Perilaku menghindari tilang telah menjadi sebuah kebiasaan yang umum terjadi di masyarakat dan menimbulkan dampak negatif berupa social harm. Skripsi ini membahas mengenai tindakan-tindakan menghindari tilang yang dilakukan oleh pengendara kendaraan bermotor di jalanan Jakarta pada periode 2016-2018, serta social harm yang diperwujudkan oleh perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kriminologi visual untuk menginterpretasi perwujudan dalam gambar/video terkait perilaku menghindari tilang yang ada di masyarakat dan social harm yang tergambar dari fenomena tersebut.

The behavior of avoiding a ticket has become a common habit in society and has a negative impact in the form of social harm. This thesis discusses the actions to avoid ticketing done by motorized vehicle drivers on the streets of Jakarta in the 2016-2018 period, as well as the social harm embodied by this behavior. This study uses a visual criminology approach to interpret the embodiment in pictures/videos related to the behavior of avoiding ticketing in society and the social harm depicted by this phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresa Bianca Swasono
"Tulisan ini membahas seksualisasi karakter perempuan di dalam video game, khususnya Honkai Impact 3rd dan Genshin Impact dan dampaknya dalam memandang cosplayer perempuan. Tulisan ini adalah tulisan kualitatif dengan model deskriptif-eksplanatori. Hasil penelitian menemukan karakter perempuan masih kerap kali didesain berdasarkan male gaze dan diobjektifikasi. Ketika perempuan cosplay sebagai karakter video game yang diseksualisasi, batas antara fantasi dan realitas seolah kabur dengan adanya standar yang diimplementasikan bagi para penikmat video game terhadap cosplayer perempuan. Standar ini seringkali mengakibatkan adanya komentar dan lelucon seksis, bermakna kekerasan dan pelecehan seksual, juga menghina tubuh cosplayer. Penelitian menggunakan visual kriminologi yang telah diintegrasikan dengan feminis kriminologi agar mendapat cara pandang untuk masalah yang diteliti.

This research discusses the sexualization of female characters in video games, especially Honkai Impact 3rd and Genshin Impact, and their impact on viewing female cosplayers. This research uses a qualitative writing style with a descriptive-explanatory model. Results found that female video game characters are often designed based on the male gaze and are usually objectified. When women cosplay as sexualized video game characters, the boundaries between fantasy and reality seem to blur due to the standards implemented by video game enjoyers towards female cosplayers. These standards repeatedly result in sexist comments and jokes, sexual harassment remarks, and insults to the cosplayer's body. The research uses visual criminology integrated with feminist criminology to get a perspective on the problem of the study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Kusuma Wardhani Anugrah Putri
"Hubungan yang tercipta antara hewan dengan manusia pada saat ini cenderung bertujuan untuk menciptakan rasa saling memahami, perasaan senang, dan persahabatan. Meskipun demikian, rasa sayang tersebut belum tentu memberikan manfaat bagi hewan itu sendiri, seperti halnya ketika X memanfaatkan hewan eksotis yang dipeliharanya untuk tujuan komersial demi mendapatkan keuntungan, yakni dengan cara mengunggah video yang mengandung unsur kelucuan, keindahan, keunikan, dan kesenangan ke media sosial Youtube. Namun, pada kenyataannya tindakan X yang pada awalnya bertujuan untuk menyelamatkan hewan eksotis dari kepunahan karena rusaknya alam liar dan maraknya perburuan, malah menjadi paradoks kejahatan lingkungan. Tulisan ini berfokus pada konten visual yang diunggah oleh X di media sosial YouTube selama tahun 2021. Kerangka pemikiran dan analisis pada tulisan ini dipayungi oleh pemikiran Goyes (2019) mengenai Southern Green Criminology, kemudian dijelaskan lebih lanjut melalui animal welfare dalam beberapa hal, yakni 1) kontrol reproduksi; 2) sifat buatan manusia; 3) perasaan afektif; 4) fungsi biologis; dan 5) fungsi alami, kriminologi visual untuk melihat visualisasi yang ditawarkan dalam konten X, dan menggunakan metode content analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya sentimen publik sehingga menciptakan paradoks kejahatan lingkungan, khususnya terkait pemeliharaan hewan eksotis. 

The relationship that was created between animals and humans at this time tends to aim to make sense of mutual understanding, feelings of pleasure, and friendship. However, this affection does not necessarily benefit the animals themselves, as is the case when X uses the exotic animals it keeps for commercial purposes for profit, namely by uploading videos that contain elements of cuteness, beauty, uniqueness, and fun to social media. YouTube. However, in reality, X's actions which initially aimed to save exotic animals from extinction due to the destruction of the wild and rampant hunting, have become a paradox of environmental crimes. This paper focuses on visual content uploaded by X on YouTube social media during 2021. The framework and analysis in this paper overshadowed by Goyes' (2019) thoughts on Southern Green Criminology, then explained further through animal welfare in several ways, namely 1 ) reproductive control; 2) human control; 3) affective feelings; 4) biological function; and 5) natural functions, as well as visual criminology to see the visualizations offered in X content, and using the content analysis method. The results of this study indicate the existence of public sentiment that creates a paradox of environmental crimes, especially related to the maintenance of exotic animal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Habdad Alwi
"Unjuk rasa dalam menolak rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan unjuk rasa yang terjadi pada tahun 2019 yang diikuti oleh ribuan mahasiswa di Indonesia. Dalam unjuk rasa tersebut, banyak mahasiswa yang mengalami luka hingga meninggal dunia akibat bentrok dengan aparat kepolisian. Tulisan ini berfokus pada visualisasi kekerasan yang dilakukan polisi terhadap mahasiswa dalam melakukan pemolisian unjuk rasa. Penulis menggunakan teori kekerasan kolektif yang akan menjadi landasan untuk menganalisis 32 gambar yang ada pada temuan data terkait kekerasan polisi dalam unjuk rasa tahun 2019. Hasilnya didapati bahwa kekerasan dan tindakan represif aparat kepolisian tervisualkan dalam gambar-gambar tersebut. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan bertentangan dengan prinsip demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia.

The protest against the Criminal Code draft and the revision of the Corruption Eradication Commission Law was a protest that took place in 2019, which was attended by thousands of students in Indonesia. During the protest, many students were injured and died due to clashes with the police. This paper focuses on the visualization of violence perpetrated by police against students in policing demonstrations. The author uses collective violence theory, which will be the basis for analyzing 32 images in the data findings related to police violence in the 2019 protest. The results show that violence and repressive actions by the police apparatus are visualized in these pictures. This act constitutes a violation of human rights and is against the principles of democracy adhered to by the Indonesian state."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Yogas Bima Bhaskara
"Demonstrasi dan respon pemerintah terhadap demokrasi merupakan bagian utama dalam sehatnya demokrasi. Kelompok mahasiswa telah menjadi salah satu kekuatan yang menggerakkan perubahan sosial dan politik dalam banyak negara. Melalui demonstrasi atau unjuk rasa, mereka mengekspresikan aspirasi mereka, menentang ketidakadilan, dan memperjuangkan hak-hak yang dianggap mereka perlu dalam masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa terhadap penanganan aksi demo yang dilakukan oleh kepolisian dalam konteks kriminologi visual. Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana menggunakan wawancara terhadap narasumber. Dalam proses wawancara, digunakan teknik photo elicitation, sejumlah foto dipilih secara acak dan ditunjukkan kepada narasumber dalam proses wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa menunjukkan variasi pandangan mereka terhadap peran kepolisian dalam konteks tiga paradigma protest policing. Mahasiswa juga memberikan pandangan yang berbeda terhadap foto yang ditunjukkan dalam proses pengumpulan data. Pandangan ini merupakan visualitas yang memiliki keunikannnya sendiri yang dibentuk atas dasar kepercayaan terhadap kepolisian serta pengalamannya dalam terlibat dan berinteraksi dengan kepolisian. Sehingga, tidak jarang juga ditemukan adanya perbedaan pendapat terhadap foto-foto yang diberikan oleh penulis. Perbedaan ini dapat memberikan pandangan baru berupa kontravisualitas.

Demonstrations and government responses to democracy are key components of a healthy democracy. Student groups have been one of the driving forces behind social and political change in many countries. Through demonstrations or protests, they express their aspirations, oppose injustices, and fight for the rights they deem necessary in society. The purpose of this research is to understand how students view the handling of demonstrations by the police within the context of visual criminology. This writing employs a qualitative research method, utilizing interviews with informants. In the interview process, photo elicitation techniques are used, where a number of randomly selected photos are shown to the informants during the interview. The analysis results show that students have varied views on the role of the police within the context of three paradigms of protest policing. Students also provided different perspectives on the photos shown during the data collection process. These views represent visualities that have their own uniqueness, formed based on trust in the police and their experiences in engaging and interacting with the police. Therefore, it is not uncommon to find differing opinions on the photos presented by the researcher. These differences can offer new insights in the form of counter-visualities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Yehuda
"ABSTRAK
Penyelundupan narkotika melalui jalur udara adalah hal telah lama dan sering terjadi, karena itu bandar udara telah sejak lama mengentas strategi pencegahan kejahatan dengan sistem pengamanan yang mumpuni. Bersamaan dengan meningkatnya ancaman tindakan teroris sejak peristiwa 9 Septemper 2011, maka pengamanan bandar udara di dunia semakin dipercanggih dan diperketat dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk pengawasan (surveillance) baik kepada penumpang hingga barang dalam kawasan bandar udara. Oleh karenanya apakah peningkatan kemampuan tersebut juga berdampak pada penanganan bentuk kejahatan lain, seperti penyelundupan narkotika? Tulisan ini mencoba menjelaskan bagaimana perwujudan strategi pencegahan kejahatan yang terjadi di bandar udara., khususnya terhadap bentuk kejahatan penyelundupan narkotika. Pencegahan kejahatan yang diterapkan dalam bentuk sistem pengamanan bandar udara dikaji dengan pemikiran crime prevention through evironmental design khususnya berkenaan dengan surveillance yang dikemukakan Armitage dalam Wortley dan Townsley (2016) serta pendekatan kriminologi visual dari Wheeldon dan Harris (2015) yakni presentation, interrogation dan data collection, guna memberikan cara pandang lain dalam analisa penerapan strategi pencegahan kejahatan, yakni sistem pengamanan bandar udara guna menangani penyelundupan narkotika.

ABSTRACT
The use of air flight as means of distribution for drug trafficking has been a common occurrences for a long time, because of that airports has long since implemented a crime prevention strategies with a reliable security system. Along with the increasing threat of terrorist acts since the 9/11, the security of airports throughout the world is increasingly enhanced and tightened by utilizing technological developments for surveillance on both passengers and goods in the airport area. Does the improvements in security measures also have an impact on handling other forms of crime, such as drug smuggling? This paper tries to explain how the crime prevention strategies could be materialized at the airport area in order to prevent the drug smuggling activity. The crime prevention implemented in the form of an airport security system is examined through the lens of crime prevention through environmental design, especially with regard to the surveillance principle as proposed by Armitage in Wortley and Townsley (2016) and the visual criminology approach of Wheeldon and Harris (2015), namely presentation, interrogation and data collection, in order to provide another perspective for analyzing the implementation of crime prevention strategies, which in this case is how the airport security system deal with drugs smuggling activities.
"
2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail shabri
"Pemilu Presiden 2019 memunculkan konflik antar pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 dan 02. Kontestasi politik tersebut menimbulkan reaksi masyarakat, sehingga memunculkan pasangan calon presiden fiktif dan wakil presiden fiktif, Nurhadi Aldo. Akun fiktif Nurhadi Aldo menggunakan media sosial sebagai platform kampanye, mengunggah program-program fiktif yang seakan-akan mereka merupakan pasangan calon presiden dan wakil presiden nyata. Nurhadi Aldo menggunakan satire dalam program fiktif yang mereka buat sebagai bentuk kritik dan sekaligus humor terhadap kondisi Indonesia. Konten Nurhadi Aldo akan dikaji memanfaatkan pemikiran sosiologi humor oleh beberapa sosiolog di bidang sosiologi humor, peacemaking criminology oleh Fuller, kontestasi politik oleh Daxecker dan kriminologi visual oleh pemikiran beberapa kriminolog di bidang kriminologi visual. Disimpulkan dengan, Pasangan Calon fiktif Nurhadi Aldo merupakan reaksi masyarakat terhadap konflik yang terjadi, membentuk pasangan calon baru yang digunakan sebagai kritik dan humor terhadap kondisi Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2019.

The 2019 Presidential Election led to conflicts between two of the candidate's supporters. Indonesian society reacted towards the political contestation with a fictional presidential candidate, Nurhadi Aldo. Nurhadi Aldo operated using social media as their campaign platform, creating fictional presidential programs as if they are the real deal. This paper utilizes the sociology of jokes, peacemaking criminology, and visual criminology to analyze Nurhadi Aldo. Nurhadi Aldo used satire within their fictional programs to criticize and humor towards Indonesia's problems. Nurhadi Aldo's content will be studied using the sociology of humor by several sociologists in humor, Fuller's peacemaking criminology concept, Daxecker's political contestation, and visual criminology by the thoughts of several criminologists in the field of visual criminology. It can be concluded that Nurhadi Aldo's fictional Candidate Pair is a form of public reaction towards the election conflicts, forming a new candidate pair that is used as criticism and humor about Indonesia's conditions ahead of the 2019 Presidential Election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Lexi
"Pada saat ini, kasus-kasus kerusakan lingkungan mulai bermunculan di muka publik dan mendapatkan perhatian dari berbagai media massa. Salah satunya adalah kasus pertambangan emas ilegal di Kalimantan Barat yang ditampilkan dalam film dokumenter Longgok (C)emas : Mengeruk Emas, Menimbun Cemas. Tulisan ini mengkaji narasi kerusakan lingkungan yang divisualisasikan dalam film dokumenter tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan menggunakan analisis naratif dan pembedahan adegan yang dipandu pendekatan kriminologi hijau, kriminologi naratif, dan kriminologi visual, ditunjukkan bahwa terdapat narasi kerusakan lingkungan dalam film dokumenter tersebut. Yakni terdapatnya visualitas mengenai berbagai macam pelanggaran hak, baik bagi manusia, hewan, maupun ekosistem di Kalimantan Barat.

During this time, instances of environmental harm began to surface in the public eye and received attention from various media outlets. One such example is the case of illegal gold mining in West Kalimantan, featured in the documentary Longgok (C)emas: Mengeruk Emas, Menimbun Cemas. This paper analyzes the portrayal of environmental harm depicted in the documentary as a means of increasing public awareness. By using narrative analysis and scene dissection guided by the approaches of green criminology, narrative criminology, and visual criminology, it is shown that there is a narrative of environmental harm in the documentary. It reveals a narrative of environmental harm, including various kinds of rights violations for humans, animals, and ecosystems in West Kalimantan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuffahati Meydina Wafiyah Putri
"

Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu institusi penegakan hukum yang bertugas menangani penyelundupan narkoba melalui Bandara Soekarno-Hatta. Visualisasi terhadap peran bea dan cukai dalam menangani kasus penyelundupan narkoba memiliki unsur penggentarjeraan. Unsur tersebut dapat dianalisa menggunakan pendekatan kriminologi visual melalui berbagai foto Trophy shot Bea dan Cukai yang dipublikasi melalui berita online. Tulisan ini berfokus pada konteks visual, mengulas bagaimana visualisasi peran Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta dalam menangani kasus penyelundupan narkoba melalui foto trophy shot Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta yang dipublikasikan oleh portal berita online dalam kurun waktu 2017-2019. Kerangka berpikir dan analisis tulisan ini dilandasi pada pemikiran Stack (2010) dan Winters (2014) terkait karakteristik hukuman, konsep Trophy Shot yang dikemukakan oleh Linemann (2016), dan konsep image work policing. Karakteristik Hukuman yang dimaksud adalah Kepastian (certainty), Kelancaran (celerity), Keparahan (severity), dan Proporsionalitas. Penulis mengelompokkan foto trophy shot yang menggambarkan peran Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta dalam menangani penyelundupan narkoba ke dalam 4 jenis, yaitu Trophy shot saat petugas Bea dan Cukai menjalankan tindakan pemolisian pencegahan penyelundupan narkoba, Trophy shot barang bukti, Trophy shot pelaku penyelundupan narkoba, dan Trophy shot saat konferensi pers berlangsung. Hasilnya, Trophy shot yang memvisualisasikan peran Bea dan Cukai dalam menangani kasus penyelundupan narkoba dapat membangun citra tentang efek penggentarjeraan dan menggambarkan penerapan image work policing.

 


Soekarno-Hatta Airport Directorate General of Customs and Excise is one of the law enforcement institutions tasked with handling drug smuggling through Soekarno-Hatta Airport. Visualization of the role of Customs and Excise in handling drug smuggling cases has an element of general deterrence. These element can be analyzed using visual criminology approach through various trophy shot of Customs and Excise that published through online news. This paper focuses on the visual context, reviewing how the visualization of the role of the Customs and Excise of Soekarno-Hatta Airport in handling drug smuggling cases through a trophy shot of Customs and Excise of Soekarno-Hatta Airport that published by online news portals in the period 2017-2019. The thinking and analysis framework of this paper is based on the thought of Stack (2010) and Winters (2014) regarding the characteristics of punishment, the concept of the trophy shot that proposed by Linemann (2016), and the concept of image work policing. The characteristics of the punishment referred to are certainty, celerity, severity and proportionality. The Author grouped trophy shot photos that illustrate the role of Customs and Excise of Soekarno-Hatta Airport in dealing with drug smuggling into 4 types, namely (1) Trophy shots when customs and excise officers carry out policing measures to prevent drug smuggling, (2) Trophy shots of drug smugglers, (3) Trophy shots of evidence, and (4) Trophy shot during the press conference. As a result, the Trophy shot that visualizes the role of Customs and Excise in handling drug smuggling cases can build an image of the deterrence effects and illustrates the application of image work policing.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>