Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doso Sutiyono
"Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga sehingga negara bertanggung jawab untuk mengaturnya. Pemerintah dengan program Jamkesmas menjamin pembiayaan masyarakat miskin dengan perhitungan biaya berdasar sistem pembiayaan INA-CBG. Kraniotomi termasuk 3 terbanyak tindakan medik operatif pasien Jamkesmas tahun 2011 di RSUP dr. Kariadi. Terdapat perbedaan pengelompokan dan perbedaan biaya kraniotomi berdasar INA - CBG dan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Clinical pathway kraniotomi belum ada di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Tujuan penelitian ini adalah menyusun clinical pathway dan menganalisa biaya kraniotomi berdasar tarif paket INA CBG di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2012. Data primer yang didapatkan meliputi : jumlah dan identitas pasien Jamkesmas yang menjalani tindakan kraniotomi pada tahun 2012, hasil wawancara dan wawancara mendalam, hasil wawancara dalam fokus grup diskusi, hasil pengamatan langsung pada saat kraniotomi dilakukan. Data sekunder didapatkan dari dokumen rekam medis pasien Jamkesmas yang menjalani tindakan kraniotom pada tahun 2012. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu formulir penelitian, pedoman wawancara, data biling tagihan keuangan pasien Jamkesmas yang menjalani kraniotomi, dan pedoman diskusi grup.
Berdasar diagnosis utama, diagnosis penyerta dan penyulit, tingkat kesadaran, lokasi dan besar neplasma / perdarahan, tersusun 6 clinical pathway kraniotomi yaitu : kranitomi ringan trauma, kraniotomi ringan non trauma, kraniotomi sedang trauma, kraniotomi sedang non trauma, kraniotomi berat trauma, dan kraniotomi berat non trauma. Cost of treatment tindakan kraniotomi di RSUP Dr. Kariadi untuk kelompok kraniotomi ringan Rp. 22.627.449,00, kraniotomi sedang Rp. 27.589.090,00, dan kraniotomi berat Rp. 46.372.634,00. Terdapat selisih antara cost of treatment tindakan kraniotomi berdasar tarip INA CBG dan RSUP DR. Kariadi Semarang. Selisih biaya untuk kraniotomi ringan Rp. 18.715.922,80, kraniotomi sedang Rp. 22.066.987,50, dan untuk kraniotomi berat Rp. 39.827.762,99.

Right to health is a one of basic human rights, and it’s an obligation for the government that every citizens have it equally.The Indonesian government with its social program guarantee the cost of health expenditure for the poor named INA CBG payment scheme. One of the top 3 most performed medical surgery with the Jamkesmas social insurance payment at Kariadi hospital in 2011 was craniotomi. There’s differences in grouping and cost in craniotomi procedure if we compare between INA CBG medical expenditure plan with Kariadi hospital. Kariadi hospital don’t have clinical pathway on craniotomi.
The goal of this research is to make a clinical pathway on craniotomi and to analyze the craniotomi expenditure plan based on INA CBG for Kariadi hospital in 2012. The primary data will be patients with Jamkesmas social insurance that had craniiotomi procdure in 2012, deep and structured interviewed on focus group discussion, direct observation when craniotomi’s were performed. Secondary data was medical records on patients with jamkesmas social insurance that had craniotomi in 2012. The research instruments are research form, deep and structured interview guidance and discussion group protocol.
Based on primary diagnosis, complimentary diagnosis, the difficulty level, the degree of conciuosness, location and the degree of bleeding/ the size of the neoplasma, we managed to make 6 clinical pathway on craniotomi procedures which are mild trauma craniotomi, mild non trauma craniotomi, intermediate trauma craniotomi, intermediate non trauma craniotomi, severe trauma craniotomy, and severe non trauma craniotomy. The cost of treatment of mild craniotomi in Kariadi hospital was Rp. 22.627.449,00, intermediate craniotomi was Rp. 27.589.090,00, while severe craniotomy was Rp. 46.372.634,00. There were differences cost of treatments on craniotomy procedure between INA CBG and Kariadi hospital which were : for mild craniotomy Rp. 18.715.922,80, intermediate craniotomy Rp. 22.066.987,50, and severe craniotomi Rp. 39.827.762,99.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Widyarani
"ABSTRAK
Latar belakang: Stratifikasi risiko terhadap pembedahan sangat membantu dalam pengambilan keputusan klinis perioperatif, edukasi, evaluasi, dan audit klinis. Kraniotomi pada tumor otak sebagai tindakan pembedahan berisiko tinggi belum memiliki stratifikasi risiko yang akurat di RSUPNCM karena masih menggunakan ASA yang bersifat subjektif dan kurang informatif. P-POSSUM terbukti tepat dalam prediksi mortalitas pascabedah kraniotomi di India dan Inggris, namun belum diketahui ketepatannya di Indonesia, khususnya di RSUPNCM. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan P-POSSUM dalam prediksi mortalitas pascabedah kraniotomi pada tumor otak di RSUPNCM. Metode: Disain penelitian adalah deskriptif analitik retrospektif terhadap seluruh pasien dewasa dengan tumor otak yang menjalani kraniotomi di RSUPNCM selama periode Januari 2015 - Desember 2016. Hasil: Sebanyak 196 subjek dilibatkan dalam analisis risiko mortalitas. Didapatkan rasio O:E 1,68 secara keseluruhan dengan rasio O:E 1,91 pada jangkauan risiko 0-5 dan 1,69 pada jangkauan risiko 11-20 . Hasil uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan perbedaan yang signifikan antara angka mortalitas prediksi dan aktual p=0,006 . Simpulan: P-POSSUM tidak tepat dalam prediksi mortalitas pascabedah kraniotomi di RSUPNCM. Diperlukan kajian dan penyesuaian lebih lanjut sebelum P-POSSUM dapat digunakan pada populasi bedah saraf di RSUPNCM.

ABSTRACT
Background Risk stratification in surgery helps in perioperative clinical decision making, education, evaluation, and clinical audit. Craniotomy on brain tumor as a high risk surgery does not have an accurate risk stratification in RSUPNCM because they still use ASA, which is subjective and not informative. P POSSUM had been proven to be accurate in predicting postoperative mortality after craniotomy in India and England, but it has not been studied in Indonesia, especially in RSUPNCM. Aim This study was done to gain knowledge about the accuracy of P POSSUM for predicting mortality after craniotomy in brain tumor in RSUPNCM. Methods This was a retrospective descriptive analytic study on adults with brain tumor scheduled to have elective craniotomy in RSUPNCM between January 2015 ndash December 2016. Result 196 subjects were analyzed in this study. Overall O E ratio was 1.68 with O E ratio of 1.91 in the risk range of 0 5 and 1.69 in the risk range of 11 20 . Hosmer Lemeshow test showed significant difference between predicted and actual mortality rate p 0.006 . Conclusion P POSSUM was not accurate for predicting mortality after craniotomy in RSUPNCM. Further studies and adjustments are needed before P POSSUM can be used in neurosurgery population in RSUPNCM."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vema Tiyas Puspita
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah yang dilakukan selama dua semester telah memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan neurologi, melakukan telaah evidence based nursing dan proyek inovasi yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto dan RS Pusat Otak Nasional. Peran pemberian asuhan keperawatan pada kasus kelolaan utama yaitu post kraniotomi tuberkuloma serebelum dan 30 pasien resume menggunakan teori adapatasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak adalah pada mode adaptasi fisiologi. Penerapan EBN tentang intervensi slow stroke back massage pada pasien stroke yang mengalami nyeri bahu tidak dapat dilakukan karena lonjakan kasus COVID-19. Pelaksanaan proyek inovasi video edukasi pencegahan komplikasi pasca stroke memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku caregiver dalam mencegah terjadinya komplikasi pneumonia, luka tekan dan kontraktur.

The medical surgical nursing residency practice which was carried out for two semesters has provided nursing care for patients with neurological disorders, conducted evidence-based nursing studies and innovation projects carried out at RSPAD Gatot Soebroto and RS Pusat Otak Nasional. The role of providing nursing care in the main cases, namely post craniotomy tuberculoma cerebellum and 30 resume patients using Roy's adaptation theory. Most maladaptive behavior is in the physiological adaptation mode. The application of EBN regarding slow stroke back massage intervention in stroke patients who experience shoulder pain cannot be carried out due to the spike in COVID-19 cases. The implementation of an educational video innovation project on preventing post-stroke complications provides benefits in increasing caregiver knowledge and behavior in preventing complications of pneumonia, pressure sores and contractures."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Omega
"Latar belakang: Relaksasi otak saat pembukaan dura merupakan aspek yang penting pada operasi kraniotomi tumor. Secara teori, lidokain dapat menurunkan metabolisme otak (CMRO2), menurunkan CBF dan CBV, sehingga berpotensi menurunkan ICP dan menghasilkan relaksasi otak yang baik. Lidokain juga diketahui memiliki efek analgesia dan antiinflamasi. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang meneliti mengenai efek infus lidokain intravena kontinu intraoperatif terhadap relaksasi otak saat pembukaan dura, kebutuhan opioid intraoperatif dan kepuasan operator pada pasien dewasa yang menjalani operasi kraniotomi.
Metode: Penelitian ini merupakan randomized controlled trial dengan pengambilan sampel secara Consecutive sampling. Sebanyak 60 subjek yang akan menjalani operasi kraniotomi tumor dimasukkan ke dalam penelitian. Subjek penelitian akan diberikan lidokain (2%) intravena bolus 1,5 mg/kg saat induksi dilanjutkan rumatan 2 mg/kg/jam hingga selesai jahit kulit (kelompok lidokain) atau diberikan NaCl 0,9% dengan volume yang sama (kelompok Plasebo). Relaksasi otak saat pembukaan dura dinilai oleh operator Bedah Saraf dengan skala 4 derajat, kebutuhan opioid fentanyl intraoperatif dalam mcg dan mcg/kg/menit, serta kepuasan operator dengan skala 4 derajat.
Hasil: Enam puluh subjek, dengan 30 subjek pada tiap kelompok, mengikuti penelitian hingga selesai. Infus lidokain intravena kontinu intraoperatif menghasilkan relaksasi otak yang baik saat pembukaan dura sebesar 96,7% (vs plasebo sebesar 70%, p = 0,006), kebutuhan opioid fentanyl intraoperatif sebesar 369,2 mcg (vs plasebo sebesar 773,0 mcg, p < 0,001) atau sebesar 0,0107 mcg/kg/menit (vs plasebo sebesar 0,0241 mcg/kg/menit, p < 0,001), dan menghasilkan kepuasan operator yang puas sebesar 96,7% (vs plasebo sebesar 70%, p = 0,006). Tidak ada efek samping lidokain yang tampak selama penelitian.
Simpulan: Infus lidokain intravena kontinu intraoperatif dibandingkan plasebo dapat meningkatkan proporsi relaksasi otak yang baik saat pembukaan dura, menurunkan kebutuhan opioid intraoperatif, dan meningkatkan proporsi kepuasan operator yang puas pada pasien dewasa yang menjalani operasi kraniotomi tumor.

Background: Brain relaxation after dural opening is important aspect in craniotomy tumor removal operation. Theoretically, lidocaine can decrease brain metabolism (CMRO2), decrease CBF and CBV, and has potential to decrease ICP and resulting excellent brain relaxation after dural opening. Lidocaine also has analgesic and anti-inflammatory effect. Until now, there is no study analyze continous intravenous Lidocain infussion effect to brain relaxation, intraoperative opioid consumption and surgeon’s satisfactory in adult population undergo craniotomy tumor removal operation.
Methods: This study is randomized controlled trial with Consecutive sampling. Sixty subject scheduled for craniotomy removal tumor were enrolled. Subject received either a dose of lidocaine (2%) intravenous bolus 1.5 mg/kg before induction followed by an infussion at a rate 2 mg/kg/h until skin closure (Lidocaine group) or the same volume of NaCl 0.9% (Placebo group). Brain relaxation was evaluated by Neurosurgeon with a four-point scale, total intraoperative opioid consumption in mcg and mcg/kg/minutes, and surgeon’s satisfactory with a four-point scale.
Results: All of sixty subjects completed the study. Lidocaine group resulting good brain relaxation after dural opening in 96.7% subject (vs 70% subject in placebo group, p < 0.006), intraoperative fentanyl consumption was 369.2 mcg (vs 773.0 mcg in placebo group, p < 0,001) or 0.0107 mcg/kg/minutes (vs 0.0241 mcg/kg/minutes in placebo group, p < 0,001), and resulting good surgeon’s satisfactory in 96.7% subject (vs 70% subject in placebo group, p = 0.006). There is no side effect of lidocaine infussion was observed during this study.
Conclusions: Continous lidocaine intravenous infussion intraoperatively can increase proportion of good brain relaxation after dural opening, decrease intraoperative opioid consumption, and increase proportion of good surgeon’s satisfactory compared to Placebo in adult population undergo craniotomy tumor removal operation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanti Wahyuningtyas
"Peran perawat spesialis neurosains dalam praktik keperawatan antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan lanjut, melaksanakan pembuktian ilmiah, pendidik, advokat, kolaborator, dan agen pembaharu. Asuhan keperawatan lanjut dilaksanakan pada pasien dengan kasus tumor otak dan 30 pasien gangguan neurologi menggunakan pendekatan model adaptasi Roy. Perilaku maladaptif paling banyak terganggu pada mode fisiologis dengan diagnosis ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Penerapan Evidence Based Nursing berupa latihan Range of Motion (ROM) pasif bilateral ekstremitas atas pada dua pasien stroke akut dengan hemiparese menunjukkan hasil peningkatan fungsi ekstremitas atas dan Activity of Daily Living (ADL). Program inovasi pengembangan media edukasi perawatan pasien kraniotomi pengangkatan tumor menunjukkan peningkatan pengetahuan pasien secara signifikan (p=0,038) dan memudahkan perawat dalam memberikan edukasi secara efektif.

The role of nurse specialist in nursing practice consist of advanced nursing care providers, conduct scientific evidence, educator, advocat, collaborator, and change agent. Advanced nursing care is done by Roy Adaptation Models approach on brain tumor and 30 other neurological disorders patients. Maladaptive behavior at most in a physiological mode with ineffective cerebral perfusion nursing diagnosis.
Evidence Based Nursing was performed by applying bilateral passive Range of Motion (ROM) of upper extremity at two acute stroke patient with hemiplegi and it showed an increase in function of upper extremities and the activity of daily living. The innovation programme by develop an education media for caring patient with craniotomy removal tumor showed significant increase in patient knowledge (p=0,038) and help nurses to give an effective education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Eta Risnawati
"Praktik residensi merupakan pendidikan profesi untuk membentuk perawat spesialis. Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang mahasiswa dalam praktik residensi medikal bedah adalah manajemen kasus dengan menggunakan teori keperawatan, penerapan praktik berdasarkan bukti dan proyek inovasi, Asuhan keperawatan dalam konteks neurosains menggunakan model adaptasi Roy, yang terdiri dari 1 kasus kelolaan utama dan 30 kasus resume. Dalam penerapan praktik berdasarkan bukti digunakan format BJH-SDS untuk skrining disfagia pada pasien stroke.
Hasil menunjukkan bahwa BJH-SDS dapat menilai disfagia pada pasien stroke. Proyek inovasi yang diterapkan adalah Pengembangan Media Edukasi perawatan Brain Tumor Craniotomy. Hasil penerapan media edukasi ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien tentang persiapan pre operasi dan post operasi meningkat dengan signifikan setelah pemberian edukasi.

Practice residency is a professional education to form specialist nurses. Competency that must be achieved by a student in medical practice residency is case management using nursing theory, application of evidence-based practices and innovation projects, nursing care in the context of neuroscience using Roy's adaptation model, which consists of 1 main case and 30 cases of resumes. In the application of evidence-based practice, the BJH-SDS format is used for screening dysphagia in stroke patients.
The results show that BJH-SDS can assess dysphagia in stroke patients. The innovation project implemented is the Development of Brain Tumor Craniotomy Education Media Care. The results of the application of this educational media show that the knowledge of patients about preoperative and postoperative preparation increased significantly after the provision of education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Octaviana Widianti
"Peran perawat spesialis diperlukan untuk peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang kompleks dan akurat sebagai pemberi asuhan keperawatan tingkat lanjut kasus neurosain, pendidik, advokat, serta agen pembaharu melalui penerapan evidence based nursing (EBN) dan proyek inovasi. Asuhan keperawatan tingkat lanjut menggunakan teori Adaptasi Roy yaitu pengelolaan pasien meningitis tuberkulosis sebagai kasus utama dan 30 resume gangguan sistem neurologi. Teori Roy banyak bertujuan meningkatkan perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif. Diagnosis keperawatan yang paling banyak ditemukan pada pasien gangguan sistem neurologi adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan hambatan mobilitas fisik.
Penerapan EBN dilakukan pada pasien stroke yang mengalami disfagia. Pasien diberikan latihan menelan shaker exercise hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan menelan dan tidak terjadi aspirasi. Proyek inovasi kelompok menerapkan Pengembangan Media Edukasi Perawatan Pasien Brain Tumor Craniotomy. Penerapan proyek inovasi meningkatkan pengetahuan pasien, keterampilan pasien latihan napas dalam dan mobilisasi setelah operasi, dan menambah kepercayaan diri perawat saat memberikan edukasi. Pengalaman praktik residensi diharapkan menambah kompetensi dan peran perawat spesialis di lahan klinik.

The role of nurse specialists is needed to improve the quality of complex and accurate nursing care services as providers of advanced nursing care in cases of neuroscience, educators, advocates, and agents of reform through the application of evidence based nursing (EBN) and innovation projects. Advanced nursing care uses Roy's Adaptation theory, which is the management of meningitis tuberculosis patients as the main case and 30 resumes of neurological system disorders. Roys theory aims to improve adaptive behavior and change ineffective behavior. The most common nursing diagnoses found in patients with neurological system disorders are ineffective perfusion of cerebral tissue and barriers to physical mobility.
EBN application is performed on stroke patients who have dysphagia. The patient is given training to swallow the exercise shaker, which results in increased swallowing ability and no aspiration. The group innovation project applies Development of Educational Media for Nursing Brain Tumor Craniotomy Patients. The application of innovation projects increases patient knowledge, the skills of patients in deep breathing exercises and mobilization after surgery, and increases nurse confidence when providing education. The residency practice experience is expected to increase the competency and role of specialist nurses on the clinic grounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Luthfiyyah
"Rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan komprehensif melalui rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit memastikan pasien menerima obat-obatan yang aman dan efektif. Di Central Operating Theatre (COT), bagian penting dalam rumah sakit, seperti di RS UI, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP disesuaikan dengan standar paket tindakan kraniotomi. Evaluasi menunjukkan variasi dalam penggunaan obat dan BMHP, dengan sebagian besar pasien menggunakan di bawah standar paket yang tersedia, menunjukkan tantangan dalam pengelolaan perbekalan farmasi.

Hospitals provide comprehensive health services through inpatient, outpatient and emergency care. Pharmaceutical services in hospitals ensure patients receive safe and effective medicines. In the Central Operating Theater (COT), an important part of the hospital, such as at UI Hospital, the management of pharmaceutical preparations, medical devices and BMHP is adjusted to standard craniotomy action packages. The evaluation showed variations in medication and BMHP use, with the majority of patients using below standard available packages, indicating challenges in managing pharmaceutical supplies.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library