Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafiera Fibiana Razak
"PLTU Muara Karang dan PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memasok listrik ke DKI Jakarta. Bahan bakar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah minyak solar atau High Speed ​​Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan beberapa zat limbah antara lain CO2, CH4, dan N2O. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh unit-unit di PLTU dan PLTGU Muara Karang. Perhitungan emisi gas rumah kaca menggunakan metode dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan menggunakan faktor emisi nasional. Untuk mengetahui konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan model dispersi Gaussian dan menggunakan data meteorologi 2018 yang diperoleh dari BMKG Kemayoran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa CO2 merupakan emisi terbesar yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut. Dari tiga blok di lokasi tersebut, PLTGU blok 2 menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu 1.952.852,78 CO2e. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi. Nilai konsentrasi CO2 maksimum terjadi pada hari di bulan Juni dengan jarak 1900 m dari cerobong asap dan nilai konsentrasinya adalah 14.035,39 g/m3. Sedangkan konsentrasi maksimum gas CH4 dan N2O masing-masing adalah 0,29 g/m3 dan 0,03 g/m3. Pada stabilitas atmosfer A pada hari di bulan Juni, gas emisi maksimum menyebar pada jarak 1900 m dari cerobong asap, sedangkan pada stabilitas atmosfer C pada hari di bulan Desember menyebar pada jarak 6100 m dari cerobong asap. Konsentrasi gas rumah kaca pada bulan Desember menyebar lebih jauh melawan arah angin, sedangkan untuk bulan Juni, konsentrasi lebih terkonsentrasi di sekitar sumbernya.

Steam power plants and combined power plants of Muara Karang are power plants that supply electricity to DKI Jakarta. The fuel that are used in these activities includes diesel oil or High Speed Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), and natural gas which are fossil fuels that can produce gas emissions including CO2, CH4, and N2O. This study aims to determine how much the amount of greenhouse gases produced by the units in the Muara Karang PLTU and PLTGU. Calculation of greenhouse gases emissions is using the methods from the Ministry of Energy and Mineral Resources and using the national emission factors. To find out the concentration of greenhouse gases in the atmosphere the Gaussian dispersion model was used and along with the meteorological data obtained from BMKG Kemayoran. The calculation results show that CO2 is the largest emission produced from these fuels. Out of the three blocks in the location, block 2 of combined power plants produced the largest greenhouse gas emissions, amounting to 1,952,852.78 CO2e. In addition, the results of the study also showed that the concentration of greenhouse gases in the atmosphere was greatly influenced by meteorological factors. The maximum CO2 concentration value occurs on the month of June with a distance of 1900 m from the source with the concentration value of 14.035,39 μg/m3. As for the CH4 and N2O gases, the maximum concentrations were 0.29 μg/m3 and 0.03 μg/m3, respectively. In atmospheric stability of A on the month of June, the maximum concentration of emission spreads at a distance of 1900 m from the source, whereas at atmospheric stability of C on a month of December it spreads at a distance of 6100 m from the source. The concentration of greenhouse gases in December spreads further in the direction of the wind, while in June, concentrations are more concentrated around the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifky Raihan Fauzi
"Transformator (trafo) merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menaikkan tenaga atau daya listrik dari pembangkit untuk kemudian disalurkan ke Gardu Induk. Minyak isolasi merupakan salah satu komponen isolasi yang sangat penting pada transformator. Selain sebagai isolasi, minyak trafo juga berfungsi melarutkan gas-gas akibat kegagalan thermal dan kegagalan elektris. Mengetahui kandungan gas terlarut dan konsentrasinya perlu dilakukan pemantauan rutin melalui pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA). Beberapa gas yang menjadi parameter seperti Hydrogen (H2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene (C2H4), Acetylene(C2H2), Carbon Monoxide (CO), dan Carbon Dioxide (CO2) serta Air (H2O). Pengujian gas tersebut mengacu pada standar IEEE C57.104-2019. Hasil pengujian DGA dapat digunakan untuk mengidentifikasi indikasi jenis kegagalan pada trafo.

The transformer (transformer) is an electric power equipment that functions to increase the power or electric power from the generator to then be channeled to the substation. Insulating oil is one of the most important insulation components in a transformer. Aside from being an insulation, transformer oil also functions to dissolve gases due to thermal failure and electrical failure. Knowing the dissolved gas content and its concentration needs to be routinely monitored through the Dissolved Gas Analysis (DGA) test. Some of the gas parameters are Hydrogen (H2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene (C2H4), Acetylene (C2H2), Carbon Monoxide (CO), and Carbon Dioxide (CO2) and Water (H2O). The gas test refers to the IEEE C57.104-2019 standard. The results of the DGA test can be used to identify indications of the type of failure on the transformer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agoes Yudha Hartono
"ABSTRAK
Incinerator medis RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
adalah incinerator tipe Pirolisis, di mana pambakaran
dilakukan dengan 2 ( dua ) tahap terhadap gas buangan
yang dihasilkan.
Reaktor yang dijadikan obyek penelitian adalah
incinerator medis yang berskala lapangan dengan bahan
bakar solar . Masukan limhah adalah limbah medis dalam
fase padat.Saat ini komposisi limbah medis ini terdiri
dari sisa jaringan tubuh manusia, pembalut hingga
jarum plastik dan pada masa mendatang diutamakan untuk
sisa jaringan manusia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mempelajari kinerja incinerator medis, dengan cara
pengamatan di lapangan, di laboratorium terhadap
parameter masukan kadar air dan kadar karbon, serta
parameter keluaran bahan bakar tambahan dan konsentra-
si gas buang karbon monooksida.
Dari hasil penelitian diperoleh persamaan
regresi yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk
membuat intrapolasi dan ekstrapolasi untuk mengetahui
persamaan yang menghubungkan antar berbagai parameter
masukan maupun parameter keluaran. Juga diperoleh
nilai koefisien Pearson yang menunjukkan hubungan
antar pameter. Penulis berusaha menyajikan sebaran da
ri data dan melakukan pengujian terhadap beberapa
hipotesa awal.
Analisa statistikal dilakukan terhadap data Lab
dan Lapangan. Hasil analisa dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Incinerator Medis ini memperlihat
bahwa Kadar Air memiliki hubungan yang erat dengan
Pemakaian Solar, demikian juga Kadar Karbon memiliki
relasi erat dengan Pemakaian Solar.
Analisa regresi yang ailakukan terhadap hubungan
antar berbagai parameter memperlihatkan bahwa
persamaan regressi yang terbentuk adalah persamaan
logaritmis dan eksponensial.
Untuk mencari nilai yang minimum dari suatu
parameter keluaran tidak bisa dengan memakai
diffrensiasi. Cara yang dipakai adalah dengan
memasukkan kondisi batas minimum. dari parameter
masukan yang nilainya memungkinkan.

"
1996
S34592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisha
"Pada tahun 2023, sektor limbah menyumbang 12% emisi GRK di Indonesia, dimana perhitungannya masih menggunakan pendekatan pemodelan. Dimana, sekitar 80% masyarakat di Indonesia menggunakan teknologi air limbah setempat. Hal ini merupakan tantangan besar dalam perhitungan GRK dari sektor air limbah yang berkorelasi dengan rencana mitigasi pengurangannya. Penelitian ini berfokus dalam mengukur laju emisi GRK secara langsung (direct measurement) dari sistem pengolahan air limbah setempat. Hingga saat ini, belum terdapat standar pengukuran emisi GRK dari sistem pengolahan air limbah setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan perangkat penangkap GRK berupa flux chamber (FC), mengestimasi laju emisi GRK berdasarkan sampel GRK yang diambil secara langsung, dan menganalisis dampaknya pada skala nasional dengan menggunakan studi kasus di Asrama Universitas Indonesia. Tangki septik objek studi dipilih karena memiliki ukuran manhole yang cukup untuk perangkat FC dan pengurasan rutin yang dilakukan oleh pihak Asrama UI. Dari segi infrastruktur, tangki septik Asrama UI memiliki kekurangan berupa lubang manhole tidak tertutup sempurna, tidak ada pipa ventilasi, dan terdapat genangan air pada outlet. Perangkat FC yang dirakit dalam penelitian ini dibuat menggunakan pipa PVC yang bersifat non-reaktif dan mudah ditemukan sehingga cocok untuk digunakan di negara berkembang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tangki septik yang terletak di Gedung F Asrama UI dan data diambil sebanyak dua kali dalam bulan yang berbeda. Tangki septik Gedung F Asrama UI melakukan pengurasan rutin setiap 6 bulan sekali. Hasil analisis gas diuji secara ex situ menggunakan uji gas chromatography (GC). GRK yang diukur dalam penelitian ini adalah gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi gas yang didapatkan selama 60 menit pengambilan data berkisar di angka 276,886—1.931.765 mg/m3 untuk gas CH4 dan 1.150,553—7.381,237 mg/m3 untuk gas CO2. Konsentrasi kedua gas cenderung mengalami peningkatan sepanjang waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan laju emisi GRK yang dihasilkan dari penampungan lumpur tinja dalam tangki septik berada 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laju IPCC. Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, laju emisi GRK yang dihasilkan dari penelitian ini tergolong kecil. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti periode pengurasan tangki septik, waktu tinggal air limbah dalam tangki septik, dan infrastruktur tangki septik yang memengaruhi laju emisi GRK. Meskipun data yang digunakan hanya berasal dari 1 tangki septik yang diukur sebanyak dua kali, penelitian ini tetap melakukan perhitungan awal untuk emisi GRK di skala nasional. Hasil penelitian kemudian diekstrakpolasi ke skala nasional dengan mengalikan laju emisi per kapita dengan persentase penduduk yang menggunakan tangki septik. Laju emisi GRK dari sektor pengolahan air limbah setempat berdasarkan penelitian ini diperkirakan berkontribusi hingga 2% dari emisi GRK sektor limbah di Indonesia.

In 2023, the waste sector will contribute 12% of GHG emissions in Indonesia, where the calculations still use a modeling approach. Around 80% of people in Indonesia use local wastewater technology. This is a big challenge in calculating GHG from the wastewater sector, which is correlated with the reduction mitigation plan. This research focuses on measuring the rate of GHG emissions directly (direct measurement) from local wastewater treatment systems. Until now, there is no standard for measuring GHG emissions from local wastewater treatment systems. Therefore, this research aims to design and develop a GHG capture device in the form of a flux chamber (FC), estimate the GHG emission rate based on GHG samples taken directly, and analyze the impact on a national scale using a case study at the University of Indonesia Dormitory. The study object's septic tank was chosen because it has a sufficient maintenance hole size for the FC device, and the UI Dormitory carries out routine draining. Regarding infrastructure, the UI Dormitory septic tank has shortcomings in the form of maintenance holes that are partially closed, no ventilation pipes, and standing water at the outlet. The FC device assembled in this research was made using PVC pipe, which is non-reactive and easy to find, making it suitable for use in developing countries. Research data was collected in a septic tank in Building F of the UI Dormitory, and data was collected twice in different months. The septic tank in Building F, UI Dormitory, is drained routinely every 6 months. The gas analysis results were tested ex-situ using the gas chromatography (GC) test. The GHGs measured in this study are methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2). The gas concentration obtained during 60 minutes of data collection ranged from 276,886—1.931,765 mg/m3 for CH4 gas and 1.150,553— 7.381,237 mg/m3 for CO2 gas. The concentration of both gases tends to increase throughout the sampling time. The research results show that the GHG emission rate from storing fecal sludge in septic tanks is 20 times lower than the IPCC estimated rate. Compared with similar studies, the rate of GHG emissions resulting from this research is relatively small. This may occur due to several possibilities, such as the draining period of the septic tank, the residence time of wastewater in the septic tank, and the septic tank infrastructure, which influences the rate of GHG emissions. Even though the data used only comes from 1 septic tank, which was measured twice, this research still performs initial calculations for GHG emissions nationally. The research results were then extracted to a national scale by multiplying the per capita emission rate by the population percentage using septic tanks. Based on this research, the rate of GHG emissions from the local wastewater processing sector is estimated to contribute up to 2% of the GHG emissions from the waste sector in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library