Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tulisan ini tentang community policing (pemolisian komuniti), yang
ingin ditunjukkan adalah gaya pemolisian sebagai suatu tindakan atau ak-tivitas
kepolisian dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam
masyarakat yang berkaitan dengan pencegahan terjadinya tindak kejahatan
dan upaya menciptakan keamanan dan ketertiban.
"
Jurnal Polisi Indonesia, Vol. 4 (2003) Mei : 6-25 , 2003
JPI-4-Mei2003-6
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan utama dari lulisan ini adalah menyajikan pembahasan mengenai
konflik dan cara-cara mengatasinya, yang dalam mengatasi konflik tersebut
peranan polisi stempat sebagai mediator dapat merupakan suatu bagian penting
dari program kebijaksanaan pemolisian komuniti. Konflik yang akan disajikan
dan dibahas adalah yang terlahir dari saling antar-hubungan perusahaan tambang
mineral dan MIGAS dengan anggota-anggola komuniti setempat dimana
penambangan dilakukan, dan antara sesama anggota komuniti setempat. "
Jurnal Polisi Indonesia, 4 (2003) Mei : 26-43, 2003
JPI-4-Mei2003-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Marzali
Selangor: Akademi Pengajian Melayu, 2013
307.76 AMR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arietta Widiarsanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Semiarto Aji Purwanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemolisian komuniti dapat dilihat sebagai ujung tombak
polisi (Polri), karena secara langsung petugas kepolisian berhubungan
dengan warga komuniti atau warga kelurahan setempat atau dengan
kelompok-kelompok sosial setempat dan dengan umum (public)
dimana dia bertugas. Dalam tugas pemolisian komuniti dia membangun
hubungan baik dan kemitraan yang tulus dan saling menguntungkan
dalam menciptakan rasa aman warga dan suasana keamanan lingkungan
hidup serempat, melalui berbagai kegiatan interaksi sosial dengan warga
yang dilakukan secara berkala dan tetap serta berbagai intervensi sosial
dalam kehidupan komuniti setempat. Penerapan program pemolisian
komuniti oleh Polri yang akan dan sedang dilakukan di Indonesia
menuntut persyaratan pengetahuan yang cukup mengenal teknik-
teknik komunikasi, struktur sosial dan kebudayaan yang dipunyai
oleh komuniti bersangkutan yang menjadi tempatnya bertugas dan
corak masyarakat Indonesia yang majemuk, serta corak masyarakat
dan kebudayaan perkotaan dan pedesaan. Dengan pengetahuan yang
memadai seperti tersebut diatas, petugas polisi masih harus mempunyai
ketrampilan profesional sebagai polisi dalam menangani tindak
kejahatan, menengahi keonaran atau perkelahian, dan amuk massa,
sehingga dia akan dapat bertindak secara profesional sebagai petugas
pemolisian komuniti.
"
Jurnal Polisi Indonesia, 8 (2006) Mei : 5-35, 2006
JPI-8-Mei2006-5
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi
pemerintahan Negara dl bidang pemeliharaan keamanan
dan ketetiban masyarakat penegakqn hukum perlindungan
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Di dalam menjalankan
fungsinya kepolisian tldak dapat bekerja sendiri akan tetapi juga
melibatkan masyarakat yang yang dilayaninya baik sebagai subgek pelayanan
maupun sebagai objek pelayanan
"
Jurnal Polisi Indonesia, 8 (2006) Mei : 48-65, 2006
JPI-8-Mei2006-48
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aliah Bagus Purwakania Hasan
"Penelitian tentang sistem informasi kesehatan mental untuk komuniti terapetik di Indonesia bisa dikatakan belum pernah dilakukan, padahal dengan semakin parahnya masalah ketergantungan obat di Indonesia, sistem informasi kesehatan mental komuniti terapetik merupakan sesuatu yang semakin penting untuk dikembangkan.
Sistem ini diharapkan dapat mengontrol dan mengevaluasi program komuniti terapetik (yang merupakan kelompok pertolongan diri sendiri) dalam rangka menjaga kualitas program penanganan, pada saat semakin kompetitifnya program yang ditawarkan kepada masyarakat.
Berkaitan dengan keadaan tersebut, maka penelitian ini secara umum akan mengkaji dan mengembangkan sistem informasi kesehatan mental pada Yayasan Titihan Respati sebagai komuniti terapetik residensial pertama di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan indikator yang spesifik untuk pengumpulan data evaluasi klinikal komuniti terapetik, membuat format pengumpulan data evaluasi klinikal komuniti terapetik, dan mengembangkan sistem operasional dan prosedural baku untuk evaluasi klinikal komuniti terapetik.
Dan riset yang menggunakan analisis data kualitatif ini diperoleh hasil akan pentingnya pengembangan indikator sistem informasi pada masing-masing elemen sistem. Pada tahap masukan perlu dikembangkan indikator sistem informasi yang lebih berorientasi pada jenis program yang diadakan, gambaran klien sebelum penanganan dan berorientasi pada jenis program yang diadakan, gambaran klien sebelum penanganan, dan segmentasi berdasarkan tingkat keparahan klien.
Pada tingkat proses perlu dikembangkan indikator yang dapat menilai area-area mana dari klien yang perlu ditangani dengan berorientasi pada rencana penanganan individual. Pada tingkat keluaran, perlu dilihat bagaimana klien ketika baru selesai dari program penanganan. Sedangkan pada tingkat hasil perlu dikembangkan indikator yang dapat melihat bagaimana gambaran klien ketika kembali bermasyarakat, sebagai umpan balik dari program.
Kendala yang terdapat dalam pengembangan sistem informasi kesehatan mental ini adalah sumber daya manusia terbatas dan masalah kordinasi pelaksanaan, baik dengan internal maupun eksternal. Sebagai lanjutan, penelitian ini menyarankan perlu diadakannya penelitian lanjutan dengan memperbanyak sumber informasi, memperkaya pengguna informasi, memperluas penelitian dengan memperhitungkan hirarki supervisi klinik, "mengembangkan otomisasi alat-alat tes psikologik, dan mengembangkan otomisasi sistem informasi kesehatan mental komuniti terapetik. Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk membentuk konsorsium atau wadah komunikasi antara lembaga rehabilitasi, mengembangkan mekanisme kontrol/umpan balik dan kualitas penanganan komuniti terapetik di Indonesia melalui sistem akreditasi, dan mengembangkan sumber daya manusia komuniti terapetik di Indonesia.
Daftar bacaan: 35 (1974-2000)

Analysis and Design of Mental Health Information System at Yayasan Titihan Respati Therapeutic Community 2000.
Previous research about mental health information system for Indonesian therapeutic community was not conducted before this; although there was a basic tenet that the more severe Indonesian substance abuse problems, the more important - in Indonesia therapeutic community - to develop mental health information system. The system was expected to be a significant source in controlling and evaluating therapeutic community program - a self-help group program - in achieving quality improvement of treatment program, in the world of consumer oriented quality service competition.
In this case, this research will analyze and design mental health information system at Yayasan Titihan Respati as the first residential therapeutic community program in Indonesia.
These research objectives are to develop specific indicators in gathering clinical evaluation data for therapeutic community, to design data collecting instruments for therapeutic community clinical evaluation, and to develop operational and procedural manual for therapeutic community clinical evaluation.
From this qualitative analysis research revealed the importance of developing information system indicators in each system elements. Indicators that program oriented, giving the description of clients before treatment, and client severity segmentation should be designed at input level. At process level, indicators that assess client treatment areas should be developed in basic consideration of individual treatment planning. Clients' description right after completing the program should be recorded at output level; and to describe the outcome, indicators that follow-up clients progress in their society after the treatment should be developed - as a feedback for the program.
The constraints in this mental health information system development were the limitation of human resources and the difficulty in activity coordination - internally or externally. As further investigation, this research recommended to enrich information sources, information users, expanding the research through clinical supervision area, and developing automation of psychological tests and mental health information system. Besides, as the follow-up, this research also recommended to develop rehabilitation facilities consortium or communication forum, to build control and feedback mechanism for quality control through accreditation, and to empower therapeutic community human resources in Indonesia.
References: 35 (1974-2000)
"
2000
T2566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakharuddin Muhammad Syah
Depok: 2009
D1518
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
"Berkembangnya suatu agama dalam suatu masyarakat tentu didorong oleh faktor-faktor yang ada pada masyarakat itu sendiri balah satu hal yang dapat menyebabkan suatu agama baru diterima masyarakat adalah adanya kondisi disorganisasi dalam kehidupan masyarakat itu Karya tulis ini berusaha mendeskripsikan gejala perkembangan agama Buddha NSI di dusun Buling yang outerima secara cepat oleh warga setempat Sebelum masuknya agama tersebut, penduduk setempat mengalami disorganisasi karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan praktis mereka knususnya kebutuhan ekonomi. Karena kebutuhan mereka terpenuhi maka mereka pun saling mencuri tanaman tetangga, sehingga berakibat pula pada timbulnya konflik dalam hubung-bubungan sosial Masuknya agama Buddha NSI yang secara kebetulan ternyata dapat membawa perubahan Kehidupan masyarakat berangsur-angsur membaik, karena kebutuhan mereka terpenuhi dengan hasil panen yang cukup Hal ini diyakini mereka sebagal akibat dari datangnya agama tersebut Konflik-konflik yang sebelum-nya sering terjadi juga berkurang bahkan sudah jarang terjadi lagi Oleh karena agama Buddha NSI telah membuktikan dapat membawa perubahan, maka penduduk setempatpun semakin menghayati dan mentaati ajaran agama ini. Perkembangan agama ini bagaimana pun tidak dapat lepas dari pengaruh kepemimpinan di desa setempat Yang -pertama memeluknya adalah kepala desa Bubakan yang kemudian menganjurkan penduduk dusun Buling untuk turut memeluknya. Kepala desa itu dianggap sebagai patron oleh warganya sehingga apa yang dikatakannya akan berpengaruh besar kepada warganya Jadi pada awalnya banyak penduduk yang memeluk karena pengaruh kepempinan kepala desa, namun lama kelamaan mereka benar-benar meyakini agama tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>