Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Esti Sihanani
"Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat melanjutkan hidupnya dan salah satunya adalah kebutuhan akan rasa aman yang akan terganggu apabila terdapat ancaman yang membuatnya tidak nyaman. Selain itu, manusia juga perlu berinteraksi dengan manusia lainnya pada suatu lingkungan tertentu misalnya pada ruang bertinggalnya yang pada proses interaksi tersebut sering terjadi permasalahanpermasalahan yang mengganggu ketentraman hidup sehingga menimbulkan rasa takut pada diri manusia tersebut. Adapun rasa takut yang dialami oleh masyarakat dalam konteks berkehidupan kota yang akan dibahas pada tulisan ini adalah ketakutan manusia terhadap isu kriminalitas, identitas, anonimitas dan kaum minoritas.
Untuk dapat hidup dengan nyaman maka manusia perlu mengatasi ancaman-ancaman yang memicu rasa takut itu. Cara yang dilakukan manusia untuk mengatasi rasa takutnya secara spasial adalah dengan memberi jarak pada sumber ancaman dan mengadakan batas agar tidak terjadi interaksi antara dirinya dengan sumber tersebut. Pengadaan batas baik secara fisik maupun non-fisik sebagai reaksi pemenuhan kebutuhan rasa aman dan antisipasi terhadap rasa takut ini kemudian mewujudkan sebuah komunitas yang tereksklusifkan dari lingkungannya. Komunitas ini terpisah dari lingkungannya karena adanya batas yang menggerbangi baik berupa batas fisik yang menggerbangi ruang bertinggalnya maupun batas non fisik yang menggerbangi pemikirannya.
Penulisan ini akan membahas tentang keberadaan ?komunitas tergerbang? ini di kota Jakarta dengan tujuan memberikan gambaran bagaimana reaksi terhadap ketakutan yang dirasakan masyarakat kota dimanifestasikan ke dalam ruang sehingga perasaan takut tersebut dapat teratasi. Pengamatan dan analisis penulis terhadap komunitas-komunitas tersebut dititikberatkan pada pengolahan ruang dan karakter dari elemen yang pembentuk ruang tersebut.

Human being both as an individual and social creature has needs that must be completed to continue their life and one of those needs is security need which will be interrupted if there are threats that make them feel inconvenience. Besides, human being also needs to interact with others in a specific environment such as the dwelling area in which irritating problems happen sometimes during the process of interaction so that can produce the feeling of fear in theirselves. The fears felt by the people in the context of urban life which will be studied in this writing are fear of criminality, identity, anonymity, and small numbers.
To live comfortably human being needs to solve the threats that cause those fears. Ways that can be done to solve it spatially are by keeping distance and creating boundary so that there will be no interactions between people and the threat source. The boundary putting up physically and non-physically which are reactions to fulfill the needs and anticipation to fears as well then generate a community that exclude themselves from the surroundings. This community is separated by the presence of the boundary that confines as physical border that gates their dwelling space and also as non-physical boundary that gates their minds.
This writing will study more about the phenomenon of this ?gated community in Jakarta city in order to give the picture of how the reaction to citydweller's fears is manifested into space so that the fears can be solved. The observation and analysis to these communities will be focused on the space ordering and character of the elements that create the space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48413
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Sari
"Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat melanjutkan hidupnya dan salah satunya adalah kebutuhan akan rasa aman yang akan terganggu apabila terdapat ancaman yang membuatnya tidak nyaman. Selain itu, manusia juga perlu berinteraksi dengan manusia lainnya pada suatu lingkungan tertentu misalnya pada ruang bertinggalnya yang pada proses interaksi tersebut sering terjadi permasalahanpermasalahan yang mengganggu ketentraman hidup sehingga menimbulkan rasa takut pada diri manusia tersebut. Adapun rasa takut yang dialami oleh masyarakat dalam konteks berkehidupan kota yang akan dibahas pada tulisan ini adalah ketakutan manusia terhadap isu kriminalitas, identitas, anonimitas dan kaum minoritas.
Untuk dapat hidup dengan nyaman maka manusia perlu mengatasi ancaman-ancaman yang memicu rasa takut itu. Cara yang dilakukan manusia untuk mengatasi rasa takutnya secara spasial adalah dengan memberi jarak pada sumber ancaman dan mengadakan batas agar tidak terjadi interaksi antara dirinya dengan sumber tersebut. Pengadaan batas baik secara fisik maupun non-fisik sebagai reaksi pemenuhan kebutuhan rasa aman dan antisipasi terhadap rasa takut ini kemudian mewujudkan sebuah komunitas yang tereksklusifkan dari lingkungannya. Komunitas ini terpisah dari lingkungannya karena adanya batas yang menggerbangi baik berupa batas fisik yang menggerbangi ruang bertinggalnya maupun batas non fisik yang menggerbangi pemikirannya.
Penulisan ini akan membahas tentang keberadaan komunitas tergerbang ini di kota Jakarta dengan tujuan memberikan gambaran bagaimana reaksi terhadap ketakutan yang dirasakan masyarakat kota dimanifestasikan ke dalam ruang sehingga perasaan takut tersebut dapat teratasi. Pengamatan dan analisis penulis terhadap komunitas-komunitas tersebut dititikberatkan pada pengolahan ruang dan karakter dari elemen yang pembentuk ruang tersebut.

Human being both as an individual and social creature has needs that must be completed to continue their life and one of those needs is security need which will be interrupted if there are threats that make them feel inconvenience. Besides, human being also needs to interact with others in a specific environment such as the dwelling area in which irritating problems happen sometimes during the process of interaction so that can produce the feeling of fear in theirselves. The fears felt by the people in the context of urban life which will be studied in this writing are fear of criminality, identity, anonymity, and small numbers.
To live comfortably human being needs to solve the threats that cause those fears. Ways that can be done to solve it spatially are by keeping distance and creating boundary so that there will be no interactions between people and the threat source. The boundary putting up physically and non-physically which are reactions to fulfill the needs and anticipation to fears as well then generate a community that exclude themselves from the surroundings. This community is separated by the presence of the boundary that confines as physical border that gates their dwelling space and also as non-physical boundary that gates their minds.
This writing will study more about the phenomenon of this gated community in Jakarta city in order to give the picture of how the reaction to citydwellers fears is manifested into space so that the fears can be solved. The observation and analysis to these communities will be focused on the space ordering and character of the elements that create the space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48420
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius
"ABSTRAK
Kawasan permukiman yang berkembang saat ini dan diminati merupakan kawasan berupa mirip Komunitas Tergerbang. Komunitas tergerbang yang diperkenalkan di Amerika saat ini yang mendapat banyak kritik dari para perancang kota, karena menimbulkan segregasi dan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor.
Komunitas tergerbang merupakan lingkungan pemukiman yang fisiknya sama seperti lingkungan perumahan pada umumnya namun hak kepemilikan atas segala yang terdapat di dalam komunitas milik komunitas tersebut. Perumahan di Indonesia yang dibangun khususnya di daerah Tangerang, memenuhi peraturan pemberian fasilitas umum dan fasilitas sosial berupa jalan ke pemerintah sehingga tidak dapat disebut sebagai komunitas tergerbang. Perumahan di Indonesia melakukan pembatasan hanya pada rumahnya sedangkan fasilitas umum dan fasilitas sosial berada di luar pagar. Sehingga istilah komunitas tergerbang di Indonesia sebenarnya sangat jauh dari komunitas tergerbang yang sebenarnya, walaupun ada komunitas tergerbang di Indonesia yang sesungguhnya. Komunitas tergerbang yang sebenarnya seharusnya adalah berbentuk sama seperti apartemen dengan hak milik privat tapi berupa lahan horizontal. Masalah yang ditimbulkan oleh komunitas tergerbang di Indonesia adalah permeabilitas dari sebuah kota bukan segregasi.

ABSTRAK
Housing project development like Gated Community is attract people today. Gated Community promising security and prestige to its resident. Gated Community is housing development from America which got many critics from urban planner because Gated Community makes segregation and increasement of automobile usage.
Gated Community basically is neighborhood but every facilities inside this community is private. Housing development by private developer used to give a part of their land as a responsibility to government as written on Indonesian regulation. That housing development can not be longer called gated community, yet developer in Indonesia not privatize its facilities, so strangers from outside the community can access and use facilities together with private residents. The term Gated Community in Indonesia provides misleading definition from Blakely and Snyder theory about Gated Community. Gated Community should be like an a horizontal apartment. Gated Community in Indonesia is not about segregation but permeability of the city.
"
2016
S64216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Rifqi Ihsan
"Banyak pembangunan kota-kota baru yang dibangun oleh perusahaan swasta di Indonesia. Pembangunan kota baru ini melalui transfer teknologi dari luar negeri
yang menggunakan konsep komunitas tergerbang. Demikian pula dengan Alam Sutera sebagai permukiman komunitas tergerbang yang memiliki insfrastuktur yang lengkap dan memiliki tingkat penjualan yang tinggi. Kehadiran Komunitas tergerbang alam sutra ini berdampingan dengan keberadaan kampung di kawasan sekitarnya dikarenakan adanya proses pembebasan lahan yang dilakukan oleh
pengembang yang mengakusisi lahan kampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implikasi kehadiran perumahan tergerbang Alam Sutera bagi
kawasan kampung di sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan studi kasus. Penleitian ini juga menggunakan prinsip Actor-network theory. Penelitian ini berada pada wilyah studi di Kampung Kandang Sapi dan Kampung Dongkal, Kelurahan Pakualam, Kota Tangerang Selatan yang berada di sekitar komunitas
tergerbang Alam Sutera.
Penelitian ini menemukan kehadiran komunitas tergerbang Alam Sutera yang memiliki tembok dan gerbang yang berupa pos penjagaan menggangu kehidupan warga kampung di sekitarnya. Selain itu, adanya fasilitas umum dan fasilitas sosial pada perumahan tergerbang dapat meningkatkan hubungan dengan kampung. Dengan menggunakan pendekatan Actor-network theory ditemukan
berbagai macam aktor baik manusia dan non manusia terlibat dalam relasi komunitas tergerbang dan kampung yang berada di sekitarnya. Sehingga kedepannya dalam membangun perumahan khususnya komunitas tergerbang
perlu adanya aturan untuk melihat kembali lokalitas pada kawasan perkotaan khususnya perkampungan di sekitarnya.

Many new urban development settlements built by private Companies in Indonesia. The development of this new cities is using gated community concept through technology transfer from foreign. Similarly, Alam sutera as gated community of settlement has complete infrastructure and higher selling level. The presence of this alam sutera rsquo;s gated community is adjacent to the existance Kampong in its surround because of the land acquisition process carry out by the developers who acquired by kampong land. The purpose of this research is to find the implication of alam sutera rsquo;s gated community for the Kampong in the surrounding area.
This research uses qualitative method through case study approach. The research also uses the principle of Actor-network theory. This research is located in the study area in the village of Kandang sapi and Dongkal, Pakualam District, South Tangerang City which is located around Alam sutra lsquo;s gated community.This research was found the presence of Alam Sutera rsquo;s gated community which have walls and gates, there built guard posts which disrupt the life of the local people. In addition, the existence of public and social facilities at gated may improve the interconnection with kampong in its surround. By using the Actor-network theory approach found various actors both human and non human involved in the relation to gated community and Kampong. Then in building residance for the future, particularly the gated community needed a regulation to consider the locality in urban areas, particularly Kampong. Many new urban development settlements built by private Companies in Indonesia. The development of this new cities is using gated community concept through technology transfer from foreign. Similarly, Alam sutera as gated community of settlement has complete infrastructure and higher selling level. The presence of this alam sutera rsquo s gated community is adjacent to the existance Kampong in its surround because of the land acquisition process carry out by the developers who acquired by kampong land. The purpose of this research is to find the implication of alam sutera rsquo s gated community for the Kampong in the surrounding area.This research uses qualitative method through case study approach. The research also uses the principle of Actor network theory. This research is located in the study area in beetwen kampong of Kandang sapi and Dongkal, Pakualam District, South Tangerang City which is located around Alam sutra lsquo s gated community.
This research was found the presence of Alam Sutera rsquo s gated community which have walls and gates, there built guard posts which disrupt the life of the local people. In addition, the existence of public and social facilities at gated may improve the interconnection with kampong in its surround. By using the Actor network theory approach found various actors both human and non human involved in the relation to gated community and Kampong. Then in building residance for the future, particularly the gated community needed a regulation to consider the locality in urban areas, particularly Kampong.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library