Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurwahida
"Penelitian ini menganalisis wacana dalam iklan produk kosmetik dari Kahf yang mulai ditayangkan sejak tahun 2020. Peneliti memilih iklan Kahf karena iklan tersebut memasukkan unsur komodifikasi agama Islam melalui wacana dalam iklan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis wacana komodifikasi agama dalam iklan Kahf dan bagaimana gaya penyebaran yang dilakukan dalam iklan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana Teun A. Van Dijk.  Hasil penelitian menunjukkan  bahwa iklan merupakan salah satu media yang tidak hanya menawarkan produk atau membangun citra produk secara positif, namun juga terdapat nilai-nilai dan ideologi yang dibangun oleh produsen dan gaya penyebaran kedua iklan ini menggunakan penggunaan suara dan visualisasi nuansa Islami.

This study analyzes the discourse in advertisements for cosmetic products from Kahf which began airing since 2020. The researcher chose Kahf's advertisements because these advertisements incorporate elements of the commodification of the Islamic religion through discourse in advertisements. This research was conducted to analyze the commodification of religious discourse in Kahf advertisements and how the style of dissemination is carried out in the advertisements. The research method uses qualitative methods with discourse analysis by Teun A. Van Dijk. The results of the study show that advertising is one of the media that not only offers products or builds a positive product image, but also contains values ​​and ideology built by producers and the style of dissemination of these two advertisements uses the use of sound and visualization of Islamic nuances."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dafin Delian
"Penelitian ini membahas mengenai komodifikasi agama melalui goshuin dan pengaruhnya pada pariwisata religi di Jepang. Komodifikasi goshuin menunjukkan bahwa agama dapat mengubah bentuknya menyesuaikan masyarakat untuk dapat bertahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan alasan seseorang mengunjungi kuil, menjelaskan bagaimana goshuin mampu menggerakkan pariwisata religi kuil di Jepang, dan menjelaskan bagaimana dukungan kuil dalam menjaga keberlangsungan fenomena goshuin boom. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komodifikasi oleh Christoph Hermann. Metode analisis menggunakan kualitatif dan dijelaskan secara deskriptif. Teknik mengumpulkan data adalah dengan wawancara. Data dijabarkan dalam bentuk narasi sebanyak 10 responden dan data wawancara kuil dimasukkan ke dalam pembahasan. Hasil yang didapatkan adalah goshuin menjadi faktor penarik seseorang saat mengunjungi kuil karena dianggap sebagai penanda bahwa seseorang pernah pergi ke suatu tempat. Kemudian, goshuin memiliki potensi untuk memajukan pariwisata religi di Jepang dengan memasukkan daftar goshuin di dalam peta pariwisata. Terakhir, kuil mendukung adanya fenomena goshuin boom dengan menyediakan desain-desain terbatas yang baru setiap bulannya, di samping munculnya dampak negatif dari tren, yaitu kemunculan tenbaiyā.

This study discusses religion commodification through goshuin and its influence on religious tourism in Japan. The commodification of goshuin shows that religion can change its form to adapt to society in order to survive. The purpose of this study is to explain why people visit shrines, explain how goshuin can drive shrine religious tourism in Japan, and explain how shrines support the sustainability of the goshuin boom phenomenon. The theory used in this research is Christoph Hermann’s Commodification Theory. The analytical method used is qualitative and described descriptively. The technique of collecting data is by interview. The data is described in the form of a narrative of 10 respondents and the interview with monk and priest in the temple are included in the discussion. The result obtained is that goshuin is an attractive factor for someone when visiting a shrine because it is considered a marker that someone has gone to a place. Furthermore, goshuin has the potential to promote religious tourism in Japan by listing goshuin on tourism maps. Lastly, the temple supports the goshuin boom phenomenon by providing new limited designs every month, beside the negative impact of the trend, namely the emergence of tenbaiyā."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rafiqah Putri
"Komunitas Muslim mengisi lebih dari 26% populasi dunia, menjadikannya salah satu komunitas terbesar di seluruh dunia. Namun, komunitas Muslim dianggap minoritas di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Meskipun demikian, beberapa merek masih menggunakan nilai-nilai Islam untuk menonjolkan produk mereka saat memasarkan produk di negara-negara tersebut. Fokus dari penelitian ini adalah penggunaan istilah Islam dalam iklan di negara barat. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki nilai-nilai apa yang ditunjukkan produk-produk tersebut mengenai Muslim di Australia, Inggris, dan AS, serta motif di balik penggunaan strategi tersebut di negara-negara di mana target pasarnya adalah minoritas. Analisis kualitatif dilakukan melalui Analisis Wacana Kritis tiga tingkat yang pertama kali diperkenalkan oleh Fairclough (1997) dan dikembangkan oleh Janks (2005). Setiap level menganalisis wacana dari perspektif yang berbeda: wacana sebagai teks, wacana sebagai praktik diskursif, dan wacana sebagai praktik sosial. Temuan menunjukkan bahwa keberadaan Islamofobia di tiga negara tersebut masih menonjol. Hasil penelitian merujuk pada argumen bahwa nilai-nilai Islam hanya dilibatkan sebagai strategi pemasaran yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi.

The Muslim community fills over 26% of the world population, making it one of the biggest communities around the globe. However, the Muslim community is considered a minority in the Western countries (the US, the UK, and Australia). Despite such a fact, some brands still use Islamic values to highlight their product while marketing the products in said countries. The concern of this research is the use of Islamic terms in western advertising. This research aims to investigate what it shows of Muslims in Australia, the UK, and the US, as well as the motives behind using such a strategy in countries where the target market is a minority. The qualitative analysis is conducted through three-level Critical Discourse Analysis, initially introduced by Fairclough (1997) and developed by Janks (2005). Each level analyzes the discourse from a different perspective: discourse as text, discourse as a discursive practice, and discourse as a social practice. The findings show that the existence of Islamophobia in the three countries is prominent, and it calls for attention that the usage of Islamic values is merely for marketing strategy and maximizing economic gains."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library