Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
Brakman, Willem
Amsterdam: Em. Querido's Uitgeverij B.V., 1997
BLD 839.313 6 Bra ge
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jovanka Gusti Ardiansyah
"
ABSTRAKJurnal berjudul ldquo;Adegan-Adegan Train to Busan Sebagai Simbol Kolektivisme Korea rdquo; ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena di dalamnya dijelaskan mengenai makna-makna kolektivisme yang terkandung dalam adegan-adegan film Train to Busan dilihat dari perspektif semiotik pragmatis. Data dalam penelitian ini adalah film Korea Selatan ldquo;Train to Busan rdquo; besutan sutradara Yeon Sang-ho. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana budaya kolektivisme yang telah mengakar pada bangsa Korea direpresentasikan melalui adegan-adegan film Korea modern. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembacanya memahami adegan-adegan dalam film Train to Busan sebagai simbol kolektivisme bangsa Korea.
ABSTRACTTHE SCENES OF TRAIN TO BUSAN AS THE SYMBOLS OF KOREAN COLLECTIVISM AbstractThe journal entitled The Scenes of Train to Busan as the Symbols of Korean Collectivism uses a qualitative research method because it describes the meaning of collectivism contained in scenes of the Train to Busan movie from the perspective of pragmatic semiotics. The data in this study is a South Korean movie Train to Busan made by director Yeon Sang ho. The purpose of this study is to explain how the culture of collectivism that has been rooted in the Korean nation is represented through scenes of modern Korean movie. The result of this study is expected to help the readers to understand the scenes of ldquo Train to Busan rdquo as the symbols of collectivism of Korean people.Keywords semiotic, collectivism, Train to Busan "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Muhamad Syihabuddin Naufal
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana peran aspek nilai budaya kolektivisme dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada komunitas Kampung Inggris Pare yang berada di desa Tulungrejo dan Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi etnografi digital untuk melihat fenomena sosial yang terjadi. Data yang utamanya didapatkan melalui observasi dan wawancara menunjukan bahwa TIK telah menjadi bagian dari aktivitas lembaga kursus yang ada di Kampung Inggris Pare baik sebagai sarana berbagi informasi, komunikasi, maupun dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya penggunaan TIK memberikan banyak alternatif kepada anggota komunitas dalam berkomunikasi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lembaga kursus. Namun penggunaan TIK yang agresif dirasa mulai melunturkan nilai-nilai budaya kolektivisme pada kelompok ini yang juga sering disebut dengan Kalendisme yang telah menjadi pondasi terbentuknya komunitas ini. Kalend Osen sebagai formal opinion leader di komunitas ini berperan dalam menyebarkan nilai-nilai kolektivisme sebagai budaya kelompok pada Kampung Inggris Pare. Sehingga peneliti menemukan sebuah fakta bahwa budaya kolektivisme di sini berperan dalam penggunaan TIK di komunitas ini khususnya pada lembaga kursus.
This study aims to explore how the role of aspects of collectivism culture in using information and communication technology (ICT) within community of Kampung Inggris Pare in Tulungrejo and Pelem villages, Pare Subdistrict, Kediri Regency, East Java. This study used a qualitative approach with a digital ethnographic strategy to see social phenomena that has occured there. The data that were mainly obtained through observation and interviews shows that ICT has become part of the daily activities in existing course institutions in Kampung Inggris Pare both as a means of sharing information, communication, and in teaching and learning activities. Basically the use of ICT has provided many alternatives to the community members in communication, as well as to increase the productivity of course institutions. However, the aggressive use of ICTs has been fading the cultural values of collectivism in this group which is also often referred to as Kalendisme which has been the foundation of this community formation. Kalend Osen as the formal opinion leader in this community played a role in spreading collectivism values as a group culture in Kampung Inggris Pare. So the researcher found that the culture of collectivism here plays a role in the use of ICT within this community, especially at the course institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55299
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dinayah Fitriany Sukma Putri
"Penelitian ini menganalisis pengaruh kolektivisme pada fenomena demam pendidikan di Korea Selatan. Kolektivisme merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk mengutamakan kepentingan kelompok daripada individu. Pada masyarakat yang menganut budaya kolektivisme, individu cenderung memiliki konstruksi diri interdependen yang berfokus pada hubungan sosial terutama ingroup. Dalam konteks pendidikan Korea Selatan yang sangat kompetitif, kolektivisme memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pola perilaku siswa, tekanan akademik, dan norma sosial terkait pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana budaya kolektivisme diterapkan dalam masyarakat Korea Selatan dan bagaimana perannya dalam unsur-unsur fenomena pendidikan, seperti respons siswa, orang tua, masyarakat, serta sistem pendidikan yang ada. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kolektivisme memengaruhi sekaligus mendasari sikap dan respons siswa, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan dalam fenomena demam pendidikan.
This study analyzes the influence of collectivism in the education fever phenomenon in South Korea. Collectivism refers to a society's tendency to prioritize the interests of the group over the individual. In societies that embrace a culture of collectivism, individuals tend to have interdependent self-constructions that focus on social relationships, especially the ingroup. In the highly competitive context of South Korean education, collectivism has a significant role in shaping student behavior patterns, academic pressures, and social norms related to education. This research aims to explain how the culture of collectivism in South Korean society and how it plays a role in elements of educational phenomena, such as the response of students, parents, society, and the existing education system. The author uses a qualitative method with a literature study approach. The results of this study show that collectivist culture influences and underlies the attitudes and responses of students, parents and society as a whole in the phenomenon of education fever."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ratnasari Kusumawardani
"
ABSTRAKJurnal ini membahas tentang budaya minum kopi yang sedang menjadi tren di kalangan masyarakat Korea. Kehadiran Starbucks di Korea pada akhir tahun 1990-an menjadi pemicu berkembangnya budaya minum kopi, khususnya di kafe. Dengan menggunakan metode kepustakaan bersifat deskriptif, tujuan jurnal ini adalah untuk menganalisis peran kolektivisme sehubungan dengan gaya hidup minum kopi dalam masyarakat Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup minum kopi di kafe sangat berkembang di Korea karena adanya latar belakang kolektivisme yang kuat dalam masyarakat Korea.
ABSTRACTThis journal discusses the coffee culture which is becoming a trend among South Korean society since Starbucks presence in the end of 1990. By using text review and descriptive review, this study is purposed to analize the role of collectivism and its relation with the coffee culture in Korean society. This journal concludes that the growing of coffee culture in Korea because of the cultural backgrounds along with strong collectivism in Korean society."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3002
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Beer, Samuel H.
London: Faber and Faber, 1971
324.241 BER m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Maghfira Muthia Khansa
"Korea lekat akan nilai-nilai Kolektivisme dalam kehidupan masyarakatnya. Korea yang identik dengan jeong sebagai salah satu karakteristik dari Kolektivisme kini mulai meninggalkan nilai tersebut. Dengan kata lain, dewasa ini nilai-nilai kolektivisme sudah tidak penting bagi masyarakat Korea. Rasa kolektivis yang memudar di Korea dapat terlihat dari munculnya perilaku dan gaya hidup individualis yang mendorong perkembangan fenomena budaya Honjok. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku dan gaya hidup masyarakat modern Korea dalam membentuk budaya Honjok berkaitan dengan nilai-nilai individualis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku dan gaya hidup individualis dalam budaya Honjok dan kaitannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku individualis seperti menjadi unit rumah tangga satu orang, memilih untuk tidak menikah, melakukan kegiatan makan dan minum sendiri, dan meluangkan waktu dengan diri sendiri adalah suatu gaya hidup individualis yang banyak dilakukan oleh masyarakat modern Korea yang membentuk perkembangan fenomena budaya Honjok. Gaya hidup ini memberikan perubahan dalam aspek sosial-budaya masyarakatnya. Perubahan aspek sosial yang muncul seperti, masyarakat Korea yang semakin individualis. Sedangkan perubahan dalam aspek budaya, yaitu perubahan gaya hidup dan perkembangan penyebaran budaya melalui teknologi digital.
Korean society lives alongside their strongly attached collectivism values. Korea which is characterized by jeong as one of the collectivism characteristics now begin to abandon that value. In other words, now the values of collectivism are not as important to them anymore. The fading collectivist sense in Korea is observed through the emergence of individualist behavior and lifestyles that encourage the development of the Honjok culture phenomenon. The research question is how the behavior and lifestyle of modern Koreans in shaping the Honjok culture are related to individualist values. This study aims to analyze the behavior and lifestyle of individualists in Honjok culture and its relation to the fading of collectivist values using a qualitative method. The results indicate that individualist behaviors such as being a single-person household unit, choosing not to marry, doing eating and drinking activities alone, and spending time with oneself are an individualistic lifestyle that is carried out by modern Korean society that shapes the development of Honjok culture phenomenon, thus change the socio-cultural aspects of the community. Changes in social aspects include Korean society becoming increasingly individualistic. While in cultural aspects include lifestyle changes and the development of culture spread through digital technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Shahnaz Khalila Najlana
"Skripsi ini membahas perundungan di kalangan pelajar Korea Selatan dan memudarnya nilai-nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perundungan dapat terjadi di kalangan pelajar Korea dan hubungannya dengan memudarnya nilai-nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menghasilkan data berupa data deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perundungan di kalangan pelajar Korea terjadi akibat beberapa faktor, seperti faktor individu, keluarga, teman, dan pendidikan, serta berhubungan dengan memudarnya nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea, seperti harmoni, jeong, dan woori. Kesimpulan penelitian ini adalah sistem pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter seorang pelajar dan menjadi salah satu faktor utama penyebab terjadinya perundungan di kalangan pelajar Korea. Perundungan tersebut kemudian menyebabkan memudarnya nilai- nilai kolektivisme dalam institusi pendidikan Korea.
The focus of this study is the bullying culture in South Korean students and the declining collectivism values in the education institution. The purpose of this study is to know how bullying can happen in Korean students and its relation with the declining collectivism values in the education institution. This study is a qualitative research and yield descriptive data. The result of this study shows that bullying in Korean student circle happens because of several factors such as personal, family, peer group, and education factors, and there is a relation with declining collectivism values in education institution, such as harmony, jeong, and woori. The conclusion of this study is the education system has an important role in developing student’s character and become one of the most important factor causing bullying in Korean students. Later, bullying is causing the decline of collectivism values in education institution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zahra Fathiyah
"Penelitian ini menganalisis representasi budaya kolektivisme masyarakat Korea Selatan dalam tren busana musim dingin di Korea Selatan. Kolektivisme merupakan salah satu nilai yang terdapat di tengah masyarakat Korea Selatan yang didasari oleh paham Konfusianisme. Kolektivisme merupakan nilai yang menekankan pada kepentingan dan identitas kolektif di atas individu. Pada masyarakat dengan nilai kolektivisme, individu cenderung memiliki konstruksi diri interdependen yang terfokus pada hubungan dan keselarasan sosial. Nilai kolektivisme yang terdapat di tengah masyarakat Korea Selatan dapat dilihat melalui perilaku mereka terhadap berbagai fenomena sosial, salah satunya tren busana yang berkembang. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah bagaimana tren busana musim dingin menunjukkan kolektivisme masyarakat Korea Selatan. Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menguak representasi nilai budaya kolektivisme masyarakat Korea Selatan melalui cara mereka menghadapi tren busana musim dingin. Hasil penelitian memperlihatkan respon masyarakat Korea Selatan terhadap tren busana musim dingin yang menunjukkan adanya nilai budaya kolektivisme yang didasari oleh konstruksi diri interdependen di masyarakat.
This study analyses the representation of South Korean collectivism seen in South Korea’s past winter fashion trends. Collectivism is one of Confucianism-based values that currently exist in the South Korean society. Collectivism is a value that puts an emphasis on collective identity and interests over individual. In a society with collectivistic values, individuals tend to have the interdependent self construal that focuses on social relationships and harmony. Collectivistic values that prevail in the middle of the South Korean society can be seen through the attitude of the people towards numerous social phenomenons, one of them being the fast-growing fashion trends. Therefore, the research question proposed for this study is how the winter fashion trends show the collectivistic values of the South Korean society. This literature study uses qualitative-descriptive method of research. The purpose of this study is to reveal the representation of collectivistic values of South Koreans through their ways of facing winter fashion trends. The results show the South Koreans’ ways of responsing to the winter fashion trends that exhibit collectivistic values as a result of the interdependent self-construal of the people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library