Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Amalia
"Kawasan Pasar Tanah Abang merupakan kawasan yang lukratif. Tidak heran apabila di kawasan ini terjadi pengklaiman dan penguasaan ruang oleh berbagai kelompok dengan tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik-praktik klaim ruang oleh kelompok-kelompok penguasa Kawasan Pasar Tanah Abang serta memetakan teritori yang terbentuk. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data didapatkan melalui studi literatur, observasi dan wawancara. Metode analisis yang diterapkan yaitu triangulasi sumber data. Analisis spasial dilakukan dengan menelaah mental maps ataupun sketsa lapang hasil observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian, ada dua bentuk praktik klaim ruang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok penguasa di Kawasan Pasar Tanah Abang. Pertama, yaitu klaim langsung dengan cara meletakkan objek, simbol, atau tanda pada ruang. Kedua, yaitu klaim melalui kerjasama dengan pemilik lahan. Batas ruang terwujud dalam bentuk objek-objek seperti bendera, spanduk, tiang, pagar dan tembok. Untuk kelompok formal seperti ormas, batas ini mudah diidentifikasi karena tercantum simbol kelompok yang jelas. Sementara untuk kelompok kecil informal, batas ruang lebih sulit diidentifikasi karena tidak memiliki simbol kelompok. Teritori kelompok ada yang terbentuk mengikuti jalan dan ada yang berbentuk area yang tidak dilewati jalan. Kelompok yang teritorinya mengikuti jalan biasanya saling berbatasan langsung satu sama lain, sementara kelompok yang teritorinya berbentuk area cenderung lebih terpisah dari kelompok-kelompok lain. Secara umum, tempat-tempat yang paling menjadi incaran kelompok penguasa adalah tempat yang dekat dengan pusat keramaian seperti gedung-gedung pasar dan stasiun. Hal ini sebab setiap kelompok memiliki motif ekonomi. Selain motif ekonomi, beberapa kelompok juga memiliki motif sosial dalam melakukan klaim ruang. Kelompok dengan motif sosial memiliki tempat kumpul resmi di teritorinya, yakni berupa pos atau kantor.

Tanah Abang Market area is a lucrative area. Thus, it is plausible that there are groups, with certain goals, who would attempt to claim and control this area. This study aims to examine the practices of space claims by the ruling groups of the Tanah Abang Market Area and to map the territories that formed. This research was conducted with a qualitative approach. Data were collected through literature study, observation, and interviews. The analytical method applied was a triangulation of data sources. Spatial analysis was carried out by examining mental maps or field sketches from observations and interviews. Based on the research, there were two forms of space claims done by the ruling groups in this area. The first was direct claims by placing objects, symbols, or signs in space. The second was claims through mutual partnerships with the landowners. Space boundaries were manifested in the form of objects such as flags, banners, poles, fences, and walls. For formal groups such as mass organizations, these boundaries were easy to identify because the group's symbols were displayed. For informal small groups, their boundaries were more difficult to identify because they did not depict the group's identity. Some groups' territories run parallel to the main roads, while others formed as an area without any road passing through it. Groups whose territory runs parallel to the main roads were located directly adjacent to or near each other. Groups whose territory was in the form of areas tend to be more separate from other groups. In general, the places most targeted by them were those with close proximity to the crowds, such as the market buildings and the train station. This was because each group has economic motives. Apart from it, some groups also have social motives. Groups with social motives tend to have official meeting places in their territory, in the form of a guardhouse or office."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaza Adissa Rachma
"Brigata Curva Sud merupakan suporter ultras PSS Sleman yang menduduki peringkat 1 Asia Tenggara. Berbekal fanatisme, aktivitas yang dilakukan di dalam dan di luar stadion bervariatif, beberapa diantaranya merujuk pada klaim ruang kekuasaan yang mengarah pada konflik suporter. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis bentuk klaim ruang yang dilakukan Brigata Curva Sud di D.I Yogyakarta serta memetakanya secara spasial. Setelah didapatkan bentuk klaim ruang suporter secara keruangan, akan dilihat eskalasi konflik yang terjadi pada klaim tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan analisis triangulasi sumber data. Sementara, analisis spasial dilakukan dengan melakukan visualisasi pada hasil wawancara, observasi, dan mental maps informan. Bentuk klaim ruang yang didapatkan dari penelitian ini dibagi menjadi di dalam dan di luar stadion. Di dalam lapangan berupa klaim dengan tanda seperti giant flag, mini flag, dan lagu. Mulanya klaim ruang dilakukan karena persaingan dengan Slemania, lambat laun berganti dengan persaingan antarkomunitas ultras. Eskalasi konflik terjadi saat perebutan klaim terhadap tribun dengan Slemania dan tidak ada insiden serupa setelahnya. Sementara di luar stadion klaim ruang berbentuk ‘penghijauan’ atau penyebaran identitas PSS kepada masyarakat, keberhasilan penghijauan ditandai dengan mural atau giant flag, penghijauan gencar dilakukan di jalan utama dan jalan yang berbatasan dengan kelompok suporter lain. Eskalasi konflik akibat klaim di luar stadion disebabkan karena pengrusakan mural dengan suporter lain.

Brigata Curva Sud represents the ultras of PSS Sleman, ranking first in Southeast Asia. Their fanaticism drives them to engage in various activities both inside and outside the stadium, some of which revolve around territorial claims leading to conflicts. This research aims to identify and analyze the space claims by Brigata Curva Sud in D.I Yogyakarta and map them. After identifying the supporters' space claims, we'll analyze how conflicts escalate due to these claims. The study employs a qualitative approach and triangulates data sources. Spatial analysis is conducted by visualizing the results from interviews, observations, and informant’s mental maps. The territorial of space claims identified in this research are categorized into those inside and outside the stadium. In the stadium, these claims are shown through symbols like giant flags, small flags, and chants. At first, Brigata Curva Sud were competing with Slemania, but later turned into rivalry between different Brigata Curva Sud as ultras communities. Conflict escalated over territory with Slemania, but there haven't been any similar incidents since then. Outside the stadium, territorial claims involve "Penghijauan" or spreading PSS identity. “Penghijauan” success is shown by murals or giant flags, especially on main roads and borders with other groups. Conflict outside the stadium usually escalates when opposing supporters vandalize these murals. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library