Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Muttaqin
"Latar Belakang: Tingginya angka kambuh (relapse) pada para pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) secaxa umum diasumsikan tidak akan berbeda jauh dengan angka relapse pada para pecandu jenis opiat. Masih saja angka relapse terbilang tinggi, bahkan dapat dikatakan penyalahgunaan ulang (relapse) opiat tersebut merupakan penyakit kronik yang berkali-kali muncul. Dari studi Pattison E.M (1980) yang dikutip Hawari (2000) menunjukkan bahwa angka relapse cukup tinggi yaitu 43,9%.
Tujuan: Diketahuinya faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya relapse pada pasien ketergantungan opiat di RSKO Jakarta tahun 2003-2005, menggunakan data sekunder (data rekam medik pasien). Variabel-variabel yang diteliti yaitu faktor individu (jenis keiamin, tingkat pendidikan, golongan umur, status perkawinan, status pekerjaan, dan status infeksi hepatitis) serta faktor vat (pola punggunaan, lama pakai, cara pakai, iiekuensi pakai, dan kadar Zat).
Rancangan Penelitian: Penelitian epidemiologi observasional analitik kasus kontrol.
Metode Sampel yang didapatkan 72 kasus dan 84 kontrol, kcmudian dilakukan mndom menggunakan simple random sampling dengan dipilih 72 kasus dan 84 kontrol (1:1). Kasus adalah pasien ketcrgantungan opiat yang menurut catatan dari buku rekam medis; berkunjung berturut-tumt 6 bulan tanpa menggunakan opiat dan kembali berkunjung dcngan keluhan kembali menyalahgunakan opiat, kontrol adalah pasien kctcrganlungzm opiat yang menurut catatan dari buku rekam medik berktmjung berturut- turut 6 bulan tanpa mcnggunkaan opiat dan tetap betkunjung tanpa ada keluhan mcnyalahgunakan opiat. Data dianalisis mengunakan software komputer secara bivariat dan multivariat.
Hasil: Variabel yang berhubungan dengan tcrjadinya relapse opiat antara lain tingkat pendidikan, status perkawinan, status hepatitis, lama pakai, dan cara pakai. Sedangkan variabel yang paling dominan adalah status hepatitis, aninya pasien yang menderita hepatitis lebih berisiko untuk relapse dibandingkan pasien yang tidak menderita hepatitis setelah dikontrol variabel lain.
Saran: RSKO dapat memberikan pelayanan khusus bagi pasien perempuan serta di bagian rekam rnedik perlu membuat format kajian (pertanyaan) yang lebih lengkap terutama faktor lingkungan sekitar pasien serta penyimpanan data seharusnya sudah menggunakan komputerisasi. Pada pasien diharapkan dapat mengenali diri sendiri terhadap kondisi saat ini sehingga mampu mengatasi hal-hal yang menyebabkan terjadinya relapse. Program studi diharapkan menjadi inisiator penelitian yang lebih mendalam, serta pada peneliti lain diharapkan menyertakan faktor lingkungan dan dilakukan dengan desain kohort prospekryfdengan jumlah sample yang lebih memadai.

Background: It is assumed that the high rate on relapse among drugs addictive in general (addicted to narcotics, psychotropic, and other substances/NAPZA) will not be different with the rate of relapse on opiate addictive. However, relapse occurrence on opiate addictive is relatively high and can be said as chronically disease that always relapse and relapse again. Study by E. M. Pattison (1980) cited by Hawari (2000) showed that relapse rate of the opiate is as high as 43.9%.
Objective: To Gnd out factors related to the occurrence of opiate relapse among opiate addictive patients at the drugs addiction hospital (RSKO) in .Takana 2003 - 2005. Study is using secondary data of patient's medical record. Variables of the study are consist of individual factors (sex, age, level of education, marriage status, occupational status, and hepatitis infection status); and substance factors (substance use practical pattems, duration of substance use, way of employ, frequency of using, and level of substance concentration).
Study Design: The study is an analytic observational epidemiology research that using a case-control design.
Method: Sample is achieved by a simple random sampling and it`s comprised of 72 cases and 84 controls (lzl). The case is deiine as an opiate addictive patient, who has record on being clean from opiate for six months, but retuming to RSKO because of opiate relapse. Meanwhile, the control is an opiate addictive patient, who has record on being clean from opiate and visiting RSKO regularly in six months, and still visiting RSKO without any medical problem of being opiate relapse. Data is analyzed by using statistical software on the computer in bivariate and multivariate analysis.
Result: Variables related to thc occurrence of opiate relapse are: level of education, marriage status, hepatitis status, the duration of using substance, and the way of employing the substance use. And the most dominant variable is the hepatitis status, which is mean that patient suffer from hepatitis is more likely to be relapse compare to patient without hepatitis, after it controlled by other variables.
Suggestion: RSKO can address special services towards female patient. For the medical record unit, there is c need on improving the assessment forms, especially the assessment of factors surrounding the patient?s environment. It is also suggested that patient's data storage is should be computerized. To the patients, it is suggested to be having more self contentment. Therefore, they have the ability to deal with any problems that trigger the occurrence of relapse. To the study program, it is expected that the program could be as an initiator for other intense and profound research, and other researcher should includes the environ factors and using design of prospective cohon with adequate sample size.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erny Prian Kusuma
"Ketergantungan zat pada remaja merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Berduka dapat menjadi efek yang timbul akibat hospitalisasi dari penyelesaian ketergantungan zat. Karya ilmiah ini adalah analisis dari penerapan asuhan keperawatan berduka disfungsional akibat dari hospitalisasi pada remaja dengan ketergantungan amfetamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa asuhan keperawatan berduka disfungsional dapat diberikan kepada klien untuk menyelesaikan setiap fase berduka. Fase berduka akibat hospitalisasi yang tidak selesai dapat mengganggu proses pemberian program terapi pada klien dengan ketergantungan zat. Hasil tersebut menyarankan pemberi asuhan meningkatkan dukungan dan melibatkan support system secara optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liendha Andajani
"Rumah Sakit Ketergantungan Obat ( RSKO ) Jakarta merupakan organisasi pemerintah yang mengemban tugas sebagai pusat rujukan nasional dalam penanganan masalah gangguan NAPZA. Pengukuran kinerja dan pertanggungjawaban yang dilakukan, sebagaimana organisasi pemerintah Iainnya menggunakan metode Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Penelitian ini mencoba mengukur kinerja organisasi RSKO Jakarta dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi penelitian meliputi seluruh karyawan RSKO Jakarta untuk perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sampel penelitian sejumlah 44 orang karyawan yang diambil dengan metode simple random sampling. Populasi untuk perspektif customer adalah penerima Iayananlcustomer RSKO Jakarta. Sampel diambil dengan metode porpos:ve sampling sebanyak 88 orang.
Hasil penelitian menunjukkan kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencapai hasil cukup baik. indikator kinerja yang digunakan adalah peningkatan ketrampilan karyawan yang mencapai hasil cukup. Sementara itu indikator kedua adalah kepuasan karyawan yang mencapai hasil kurang baik. Perspektif proses bisnis internal menggunakan indikator peremajaan peralatan yang digunakan organisasi. Kinerja yang dicapai kurang baik.
Perspektif customer menggunakan kepuasan customer akan pelayanan organisasi yang mencakup empat aspek pengukuran yaitu aspek tangibility, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Aspek tangibility, responsiveness, assurance dan empathy mencapai hasil yang cukup baik. Sementara aspek reliability mencapai hasil yang kurang baik. Secara keseluruhan perspektif customer mencapai hasil yang cukup baik.
Perspektif finansial mencapai hasil yang kurang baik. Indikator yang digunakan adalah peningkatan penerimaan operasional organisasi yang akan meningkatkan ratio cost recovery biaya operasional organisasi. Secara keseluruhan kinerja organisasi RSKO Jakarta mencapai hasil yang kurang baik.
RSKO Jakarta harus melakukan banyak perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya. Memperbaiki manajemen merupakan hal sangat mendesak untuk dilakukan. Demikian pula inovasi peralatan yang digunakan untuk melaksanakan proses pelayanan. Perbaikan - perbaikan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

RSKO Jakarta is a government organization that has vision as national reference to deal with drug abuse. Its performance measurement and accountability, as other government organization, use Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP ).
This research tries to measure organization's performance of RSKO Jakarta with Balanced Scorecard approach. The Balanced Scorecard approach contains four perspectives, i.e: financial perspective, customer perspective, business process perspective and learning and growth perspective.
This research is a descriptive research. The population for learning and growth perspective and business process perspective is RSKO Jakarta's entire employee. Simple random sampling methode used to determine sample amount. Sample amount for that perspective is 44 employees. The population for customer perspective is all drug abuse patient of RSKO Jakarta. Sample amount is 100 patients which determined with purposive sampling methode.
The result of the research shows that performance of learning and growth perspective gets mediocre score. Performance indicators for this perspective are employee skill improvement and employee satisfaction. Employee skill improvement gets mediocre score and employee satisfaction get poor score. Performance of business process perspective, that uses equipment innovation as performance indicator, gets poor score too.
Customer perspective use customer satisfaction as performance indicator. This indicator contain of five dimensions, i.e: tangibility, reliability, responsiveness, assurance and empathy. Performance of this perspective gets mediocre score. The last perspective, financial perspective gets very poor score. Ratio cost recoveries of operational cost, which use as performance indicator, not fulfill the target.
Comprehensively, performance of RSKO Jakarta gets poor score. Improvement has to be done to increase performance of RSKO Jakarta. First, management improvement is very urgent to be done. Second, equipment innovation to present service. Those improvements will increase service quality and at the end will increase customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Purwanto
"Instalasi Farmasi yang merupakan suatu bagian pelayanan (servicing departement) terhadap bagian-bagian medis dalam organisasi rumah sakit yang bertang gung jawab terhadap pengelolaan obat-obatan yang meliputi kegiatan penyediaan, penyimpanan dan penyaluran obat-obatan serta pengadministrasiannya. Mengingat Rumah Sakit Ketergantungan Obat merupakan suatu rumah sakit khusus yang berbeda dari rumah sakit umum lainnya, maka perlu diketahui peranan bagian Instalasi Farmasi dalam mengelola obat dan masalah-masalah yang dihadapi.
Tujuan dari penelitian mengenai pengelolaan obat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat adalah memperoleh deskripsi tentang pelaksanaan fungsi-ftingsi kegiatan dalam pengelolaan obat, mengidentifikasi masalah pada komponen input yaitu tenaga kerja, sarana dan tata Iaksana (prosedur) serta masalah-masalah pada proses pelaksanaan pengelolaan obat, dan menganalisis obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Data dihimpun melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif.
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pelaksanaan fiingsi-ftingsi logistik pada bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat, secara umum sudah berjalan dengan baik, pengembangan proses dari fungsi logistik dan administratif tergantung pada pengembangan dari komponen input. Tidak adanya tata laksana (prosedur) tertulis dalam kegiatan pengelolaan obat di rumah sakit, menyebabkan tidak adanya ketentuan standar yang disepakati bersama oleh berbagai pelaksana yang terkait dalam pelayanan penge!olaan obat. Obat-obatan yang digunakan dalam terapi pada Rumah Sakit Ketergantungan Obat Iebih banyak digunakan dari golongan Neuroleptik (Trankuilizer) dari pada golongan Anti Depresan, selain itu digunakan pula obat-obatan dari golongan Antibiotik, Vitamin, Neuromialgikum, obat saluran pernapasan, obat saluran cenna; Anti Influenza, Anti Alergi, Anti Radang dan Antiseptik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S31986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wesmira Parastuti
"Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalarn masyarakat dan memiliki fungsi penting dalam tiap kehidupan individu. Salah satu masalah yang muncul pada masa remaja adalah pemakaian obat. Pemakaian obat ini terdiri dari tahapan yang berakhir pada ketergantungan obat (atau disebut juga dengan tahap kompulsif). Menurut Kaufman & Kaufmann (1992) terdapat faktor-faktor keluarga yang berhubungan dengan pemakaian obat pada remaja. Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran fungsi dalam keluarga yang ada pada tiap tahapan sebelum mencapai tahap ketergantungan obat pada remaja. Metode penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki fungsi penting dalam proses ketergantungan obat pada remaja, namun juga terdapat hal lain yang penting, yaitu teman sebagai agen penyedia obat dan efek dari obat itu sendiri yang memiliki daya ketergantungan yang kuat (terutama purau, yang diakui oleh seluruh subyek dalam penelitian ini membawa mereka pada tahap ketergantungan yang sangat dalam). Fungsi keluarga sebagai faktor pendorong remaja pada proses ketergantungan obat ditemukan ada sebelum remaja memakai obat (yaitu keluarga sebagai model pemakaian obat, kurang komunikasi, dan pengawasan serta kontrol dari orangtua), dan saat remaja mulai memakai obat (yaitu adanya toleransi dari keluarga terhadap pemakaian obat dan tidak peka terhadap pembahan yang ditampilkan remaja saat memakai obat, sehingga tidak mengambil tindakan apa pun). Keluarga juga memiliki fungsi sebagai sumber dukungan sosial dalam hal mengurangi atau memberhentikan pemakaian obat pada remaja. Keluarga (khususnya orangtua) diharapkan memperkaya pengetahuan rnengenai obat-obatan dan efeknya, sehingga jika salah satu anggota keluarga ada yang mulai terlibat dengan pemakaian obat dapat segera mengambil tindakan yang sesuai dengan tahap sampai dimana pemakaian obat pada remaja. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditiya Putra
"Skripsi ini membahas pengecualian jaminan kesehatan bagi penderita gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat yang termuat di dalam Pasal 25 huruf i Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013. Dalam penelitian ini penulis juga hendak meninjau peranan asuransi dalam konteks pemenuhan hak dasar atas kesehatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penderita gangguan kesehatan/sakit akibat ketergantungan obat tidak sepatutnya dikecualikan mengingat mereka memiliki hak yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini menyarankan agar pemerintah dapat mencabut ketentuan yang mengecualikan jaminan kesehatan bagi penderita ketergantungan obat. Apabila tidak dimungkinkan pemerintah dapat menyediakan program jaminan kesehatan khusus untuk penderita ketergantungan obat demi terpenuhinya hak dasar atas kesehatan mereka.
The focus of this study is about the exclusion in health security for people who used drugs which contained at Article 25 (i), Presidential Regulation No. 111 Year 2013 as amendment of Presidential Regulation No. 12 Year 2013 regarding Health Security. This study is also getting to know about the role of insurance in the right to health. This study is qualitative descriptive interpretative. This study found that people who used drugs should not exclude because they are equal with the others to get access in health care. I suggest that the government should revoke the provision, which conclude people who used drugs to get health security. Another option is the government can provide health security program specifically for people who used drugs in order to respect and fulfillment their right to health"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library