Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S9835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ristriana Rachmawati
"Emergency Response Preparedness (ERP) merupakan salah satu program yang terdapat pada Sistem Manajemen K3 (SMK3). Tujuan dari program ini adalah untuk mencegah kejadian darurat yang saat itu terjadi tidak menjadi lebih buruk dan dapat melindungi pekerja dan masyarakat sekitar dari bahaya lebih lanjut, yang dikarenakan adanya karakterisitik bahaya yang berbeda-beda pada tiap industri. Penilaian program ERP di PT McDermott Indonesia, di latar belakangi oleh terdapatnya beberapa kenaikan jumlah kasus kejadian yang terjadi khususnya kasus kebakaran yang trennya meningkat. Penilaian program ERP ini berdasarkan audit International Safety Rating System (ISRS) elemen ke tujuh tentang Emergency Response Preparedness yang terdiri dari 13 komponen penilaian. Dari hasil penilaian, PT McDermott Indonesia mendapatkan skor 608 atau 91% pemenuhan, dengan nilai tertinggi 100%, nilai terendah 25% dan rata-rata tingkat pemenuhan yaitu 87%. Dari hasil penilaian, manajemen sebaiknya meninjau dan meriview terhadap program ERP lebih lanjut.
ERP is one of the programs within the Health and Safety Working Management system. The idea of this program is to prevent the worst thing happen in the emergency situation and of course to protect the employee and people aroundfrom the hazard which is caused by different characteristics of hazard in each industry. The assessment of ERP program in PT Mcdermott Indonesia is derived on the increment of some cases especially fire which is tended to increase. This assessment is also based on International System Rating System (ISRS) audit 7th element regarding ERP which are consisting of 13 components of assessment. Based on final result, PT Mcdermott Indonesia has score 608 or 91% compliance, with the highest score is 100%, the lowest score is 25% and the average of compliance is 87%. Therefore, management team should observe and review the ERP in advance.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Tania
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3563
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Masrura Mailany
"[ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi telah merambah ke berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Salah satu wujud pemanfaatan teknologi informasi di bidang pendidikan adalah munculnya e-learning. E-learning telah menjanjikan peningkatan kualitas belajar mengajar. Namun hingga saat ini jumlah institusi perguruan tinggi yang menerapkannya masih sangat sedikit. Sementara itu, penggunaan beberapa sistem informasi yang saat ini sudah diterapkan, masih belum dapat memberi gambaran mengenai sejauh mana kesiapan terhadap implementasi e-learning. Melihat kondisi tersebut, maka dirumuskan metode yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kesiapan perguruan tinggi terhadap implementasi e-learning. Metode tersebut terdiri dari 4 tingkat kesiapan yang diperoleh dari kuesioner yang menggunakan 5 skala Likert. Hasil analisis menghasilkan lima faktor-faktor, yaitu policies, technology infrastructure, human resources, financial dan content. Faktor-faktor tersebut diujikan terhadap tiga perguruan tinggi dan diperoleh bahwa UMJ dan USNI berada pada level 3, sedangkan UIN Jakarta berada pada level 4. Hasil analisis berdasarkan karakteristik perguruan tinggi diperoleh bahwa perguruan tinggi dengan status negeri dan memiliki akreditasi yang tinggi cenderung lebih siap dibandingkan dengan perguruan tinggi dengan status swasta dan memiliki akreditasi yang rendah. Berdasarkan faktor yang butuh peningkatan, maka disusun strategi untuk meningkatkan tingkat kesiapan yang terdiri dari, faktor policies, (1) memasukkan rencana penggunaan e-learning dalam rencana strategis organisasi; faktor human resources, (2) meningkatkan kemampuan dalam menggunakan sarana TI; dan (3) mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi dan memberikan pendapat; faktor financial, (4) merencanakan dan mengalokasikan anggaran untuk e-learning dalam jangka pendek dan jangka panjang; dan faktor content, (5) mendigitalisasi semua konten materi perkuliahan.

ABSTRACT
The development of information technology has penetrated into various sectors, one of which is education. One of IT utilizations in education is e-learning. The presence of e-learning has been able to improve the quality of teaching and learning. But now the number of higher education institutions that implement e-learning is still scarce. Meanwhile, the use of information system, is still not be able to measure the extent of readiness to the implementation of e-learning. Therefore, a method was formulated which consists of factors to measure the extent to which the level of higher education institution readiness for the implementation of e-learning. This method has four levels that obtained from questionnaire using Likert rating scale: 1-5. The research revealed five factors, namely, policies, technology infrastructure, human resources, financial and content. These factors were tested against three universities and the results showed that UMJ and USNI are at level 3, while UIN Jakarta is at level 4. Based on analysis of characteristics of the universities revealed that the public universities with high accreditation are more ready than the private universities with low accreditation. Based on the factors that need improvement, was prepared a strategy to improve the level of readiness that consists of, policies factor, (1) enter the planned use of e-learning in the organization's strategic plan; human resources factor, (2) improve the ability to use IT facilities; and (3) encourage students to be more active in discussing and giving opinions; financial factor, (4) plan and allocate budgets for e-learning in the short term and long term; and content factor, (5) digitizing all the content of lecture material., The development of information technology has penetrated into various sectors, one of which is education. One of IT utilizations in education is e-learning. The presence of e-learning has been able to improve the quality of teaching and learning. But now the number of higher education institutions that implement e-learning is still scarce. Meanwhile, the use of information system, is still not be able to measure the extent of readiness to the implementation of e-learning. Therefore, a method was formulated which consists of factors to measure the extent to which the level of higher education institution readiness for the implementation of e-learning. This method has four levels that obtained from questionnaire using Likert rating scale: 1-5. The research revealed five factors, namely, policies, technology infrastructure, human resources, financial and content. These factors were tested against three universities and the results showed that UMJ and USNI are at level 3, while UIN Jakarta is at level 4. Based on analysis of characteristics of the universities revealed that the public universities with high accreditation are more ready than the private universities with low accreditation. Based on the factors that need improvement, was prepared a strategy to improve the level of readiness that consists of, policies factor, (1) enter the planned use of e-learning in the organization's strategic plan; human resources factor, (2) improve the ability to use IT facilities; and (3) encourage students to be more active in discussing and giving opinions; financial factor, (4) plan and allocate budgets for e-learning in the short term and long term; and content factor, (5) digitizing all the content of lecture material.]"
2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farini
"Latar belakang: Puskesmas adalah salah satu bentuk fasilitas pelayanan primer yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan perseorangan. Penguatan pelayanan kesehatan primer menjadi fokus utama yang dikembangkan di dunia oleh WHO, dimana negara-negara berkembang didorong untuk melakukan reformasi dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan primer. Sesuai dengan Peraturan yang ada puskesmas menjalankan fungsinya dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, puskesmas wajib di akreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Tujuan akreditasi adalah untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan puskesmas untuk penilaian akreditasi dengan tujuan khusus adalah mengetahui kesiapan puskesmas dari segi administrasi manajemen, kualitas pelayanan UKM dan UKP, kesiapan dari segi ketersediaan SDM kesehatan dan diketahuinya kesiapan puskesmas dari segi pembiayaan kesehatan.
Metode : Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan administrasi manajemen, ketersediaan sarana dan prasarana dan SDM kesehatan serta pembiayaan cukup siap untuk mendukung penilaian puskesmas agar mendapat kategori terakreditasi.
Kesimpulan : Puskesmas yang diusulkan untuk penilaian akreditasi telah siap untuk dilakukan survei oleh tim survior.
Saran : Puskesmas masih harus terus mempertahankan dan meningkatkan kesiapan dengan melakukan penyegaran dan penguatan komitmen serta melakukan kaji banding ke puskesmas yng talah terkareditasi.

Background: Puskesmas is one form of primary care facilities that provide health services to communities and individuals. Strengthening primary health care becomes the main focus being developed in the world by the WHO, where developing countries are encouraged to implement reforms in order to strengthen primary health care. In accordance with Rule existing health centers to function more priority promotive and preventive efforts, goals to health level as high. In order to improve the quality of services, community health centers regularly accreditation mandatory in at least 3 (three) years. The purpose of accreditation is to improve performance in providing individual and community health services.
Objective: This study aimed determine the readiness of health centers for accreditation with the specific aim was to determine the readiness of puskesmas terms of administrative management, quality of service UKM and UKP, readiness in terms of availability of health human resources and health centers in terms of knowing the readiness of health financing.
Method: This study used a qualitative method with case study approach.
Results: The results showed that the administration's readiness management, availability of infrastructure and health human resources and finance are quite prepared to support the assessment of health centers in order to get accredited category.
Conclusion: The proposed health center for the accreditation assessment has been prepared for a survey conducted by a team survior.
Suggestion: Puskesmas must continue to maintain and enhance the readiness to conduct refresher and strengthening the commitment and conduct a review of an appeal to the clinic accredited.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Risnawaty
"Fenomena Wedding Package yang kian marak beberapa tahun terakhir ini merupakan salah satu indikator bahwa pernikahan masih menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia. Namun, sayangnya meningkatnya kuantitas pernikahan tidak disertai peningkatan kualitas pernikahan itu sendiri. Berdasarkan survei tahun 1995, fakta menunjukkan bahwa 1 dari 11 pernikahan di Indonesia berakhir dengan perceraian. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu tindakan preventif, dan persiapan pernikahan merupakan salah satu bentuk pencegahan perceraian yang disarankan.
Dalam rangka menyikapi fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk merancang suatu inventori yang dapat mengukur kesiapan pasangan yang akan menikah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan uji coba awal di lapangan guna melihat keterbatasan-keterbatasan inventori tersebut. Inventori ini berperan sebagai alat untuk menyeleksi dan mengidentifikasi pada domain mana pasangan yang bersangkutan mengalami masalah atau pada domain mana pasangan tersebut belum melakukan persiapan pernikahan.
Penelitian ini melibatkan 5 pasangan (10 subjek penelitian), yang terdiri atas 5 perempuan dan 5 laki-laki. Mereka berusia 25 tahun ke atas dan akan menikah dalam jangka waktu maksimal 6 bulan ke depan. Pernikahan tersebut merupakan yang pertama bagi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pada awalnya, ditetapkan dahulu domain-domain yang akan diukur, kemudian menuliskan item-itemnya serta skala respons yang sesuai. Selanjutnya, inventori ini diserahkan pada dosen pembimbing selaku expert judgment yang berperan menganalisis inventori tersebut untuk mendapatkan masukan. Setelah mengalami revisi, inventori ini diujicobakan pada subjek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa inventori ini cukup berfungsi untuk melakukan identifikasi masalah, yaitu mendeteksi pada domain mana pasangan yang bersangkutan masih bermasalah atau kurang melakukan persiapan berkaitan dengan hal-hal yang diukur dalam domain tersebut.
Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, disarankan untuk mengurangi jumlah item, menambah keluasan cakupan teori, dan melanjutkan penelitian sampai tersusun norma kelompok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman
"ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri 4 Kendari, karena
berdasarkan uji kompetensi yang diadakan oleh Kementerian pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 2012, guru-guru di sekolah ini kompetensinya masih rendah
dengan rata-rata hanya 44,58. Selain rendahnya kompetensi tersebut, pada Januari
2013, sekolah ini dikembalikan statusnya menjadi sekolah regular dari sebelumnya
berstatus sebagai RSBI. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan kompetensi
serta penyempurnaan kesiapan SMA Negeri 4 Kendari pasca beralih status SMA
Negeri 4 Kendari menjadi sekolah regular. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan menjadikan sekolah ini menjadi organisasi pembelajar. Tesis ini
mengangkat 4 permasalahan yaitu; Seberapa siap SMA Negeri 4 Kendari untuk
menuju organisasi pembelajar?; Seberapa siap individu guru dan staf administrasi
pada institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari?; Seberapa siap sistem organisasi
pembelajar pada institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari? ; Faktor-faktor apa
saja yang menjadi penghambat institusi pendidikan SMA Negeri 4 Kendari untuk
menjadi organisasi pembelajar? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori learning organization yang dari Peter Senge dan Marquardt.
Penelitian ini menggunakan paradigm positivism dengan pendekatan
kuantitatif, dengan teknik survey yang dikombinasikan dengan wawancara
mendalam serta studi dokumen. Survey tersebut dilakukan terhadap guru dan staf
administrasi SMA Negeri 4 Kendari dengan menggunakan dua variabel yang terdiri
dari sepuluh indikator; lima indikator berhubungan dengan kesiapan individu,
yaitu: dinamikan pembelajaran individu, disiplin mental model, disiplin personal
masteri, disiplin berbagi visi serta disiplin berpikir sistemik serta lima indikator
lagi berhubungan dengan sistem organisasi pembelajar, yaitu; dinamika
pembelajaran tim, transformasi organisasi, sistem pemberdayaan manusia, sistem
pengelolaan pengetahuan, dukungan aplikasi teknologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan guru lebih baik bila
dibandingkan dengan staf administrasi sekolah serta tingkat kesiapan sistem
organisasi pembelajar pada SMA Negeri 4 Kendari berada pada posisi siap dan
lebih baik bila dibandingkan dengan kesiapan individu guru dan staf administrasi SMA Negeri 4 Kendari, namun kedua variabel tersebut belum mencapai tingkat
kesiapan yang sempurna pada nilai modus 5,00 atau pada posisi siap menyeluruh
atau sempurna. Penelitian ini menyarankan agar institusi pendidikan SMA Negeri 4
Kendari melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada disiplin mental model dan
disiplin personal mastery bagi guru serta seluruh indikator pada variabel kesiapan
untuk staf administrasi. SMA Negeri 4 Kendari juga perlu meningkatkan kesiapan
dukungan teknologi.
Untuk meningkatkan tingkat kesiapan individu tersebut, diperlukan system
penilaian dan pengawasan terhadap aktivitas pembelajaran, terutama penilaian dan
pengawasan implementasi hasil pelatihan sehingga aktivitas observe, asses, design
dan implement (OADI) dapat terjadi sebagai suatu siklus yang berkaitan dan
berkelanjutan bukan sesuatu yang parsial. Selain aktivitas aktivitas observe, asses,
design dan implement (OADI) tersebut diperlukan adanya perimbangan
pembelajaran terutama pelatihan antara guru dengan staf . SMA Negeri 4 Kendari
dapat melakukan perbaikan yang berkelanjutan dengan melakukan survey kesiapan
menuju organisasi pembelajar . (learning organization) secara berkala

ABSTRACT
The rationale of this study applied at Public Senior High School 4 Kendari is
based on the competence test developed by Ministry of education in 2012. Teachers
at this school still get low competence under the achievable average 44.58. Besides
the entire low competence, in January 2013, this institution was returned the status to
become regular school which was previously as International oriented based school.
Therefore, it needs some efforts to increase the competence and improve the
readiness of Public Senior High School 4 Kendari post-reform status to become a
regular school. An effort being done is that, to develop the entire school becomes a
learning organization. This thesis applies 4 basic problems; How far is the readiness
of Public Senior High School 4 Kendari towards organization learning?; How far is
the readiness of individual teacher and administrative staffs at the educational
institution of Public Senior High School 4 Kendari?; How far is the readiness of
learning organization system at educational institution of Public Senior High School
4 Kendari?; What factors which affect educational institution of Public Senior High
School 4 Kendari to become learning organization? Theory which is developed in
this study is learning organization theory from Peter Senge and Marquardt.
This study is applied using positivism paradigm through quantitative
approach, in developing survey technique which is combined with in depth interview
and then documentary study. Survey is applied towards teachers and administrative
staffs of Public Senior High School 4 Kendari using two variables which consist of
ten indicators; five indicators are related to individual readiness, namely: individual
learning dynamics, discipline of mental model, personal mastery, shared vision and
then disciple of systems thinking ; while other five indicators are related to the system
of learning organization, namely; team learning dynamics, organizational
transformation, human empowering system, knowledge management system,
technological application support.
The result of the study shows that the level of teacher?s readiness is more
better than school administrative staffs and then the level of learning organization
system at Public Senior High School 4 Kendari is ready and is better than individual
readiness of teachers and school administration staffs of Public Senior High School 4
Kendari, however, both variables do not achieve the readiness level perfectly on
mode value 5.00 or at the whole perfect readiness position. This study suggested
educational institution of Public Senior High School 4 Kendari to do improvements
on the discipline of mental model and discipline of personal mastery towards
teachers then all indicators of variable readiness towards school administrative staffs of Public Senior High School 4 Kendari and it should develop the provision of
technological support.
In order to improve the individual readiness, there has to be evaluation
system and monitoring towards instructional activity, specifically the implementation
of evaluation and monitoring of training result in order that the activities to observe,
asses, design and implement (OADI) could happen as a cycle which is interrelated
and continues not as a partial matter. Besides those entire activities, observe, asses,
design and implement (OADI), there has to imbalance learning through training for
teachers and school administrative staffs. Public Senior High School 4 Kendari could
do continues improvement through developing survey readiness towards (learning
organization periodically."
2013
T35307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AM. Unggul Putranto
"Semua orang pasti mengalami pensiun. Karyawan swasta atau wirausahawan, pimpinan atau pegawai, semua orang akan memasuki masa pensiun. Beberapa orang menganggap masa pensiun sebagai waktu untuk rehat, menjauh dari dunia kerja, dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga. Beberapa yang lain menganggap masa pensiun sebagai kesempatan untuk mengerjakan hal-hal yang belum pernah dilakukan ketika bekerja, mengembangkan hobi, dan memperbanyak kegiatan sosial. Terlepas dari semua pilihan yang ada, kita tetap harus mempersiapkan masa pensiun sebaik mungkin. Pensiun Tanpa Waswas berusaha merangkum hal-hal yang perlu kita lakukan untuk mempersiapkan masa pensiun, terutama yang berkaitan dengan kesiapan mental dan finansial. Tanpa kesiapan mental, masa pensiun bisa menimbulkan stres berlebih. Pun tanpa kesiapan finansial, kita harus menjalani masa pensiun dengan bergantung pada orang-orang terdekat dan membebani mereka. Dilengkapi contoh nyata dan cara-cara praktis, buku ini bisa menjadi panduan bagi kita untuk menjalani masa pensiun dengan bahagia."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2023
155.672 UNG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>