Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Dwi Jayanti
"Skripsi ini membahas tentang implementasi PP No.33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion di instalasi radiologi Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Cross Sectional, dengan melakukan wawancara mendalam dengan purposing informan yang mengacu pada prinsip kesesuaian dan kecukupan guna mendapatkan hasil yang akurat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian PP No.33 tahun 2007 tentang keselamatan radiasi pengion. Manfaat penelitian ini bagi rumah sakit yang dijadikan tempat penelitian adalah sebagai bahan evaluasi atas implementasi keselamatan radiasi pengion yang telah dilakukan dan masukan atas hal- hal yang belum dilaksanakan dari hasil penelitian menunjukan bahwa pengimplementasian PP No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion di Instalasi Radiologi Pusat Jantung Nasional Harapan Kita sudah baik namun memiliki beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Diantaranya: Pada Persyaratan Manajemen, Tenaga ahli dengan pendidikan yang sesuai belum ada (S2 fisika medis), pelaksanaan tugas masing- masing anggota PPR belum maksimal. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih peran, dimana Tenaga ahli juga merupakan anggota PPR dan Radiografer. Dan jenis pemeriksaan kesehatan khusus dan pemeriksaan rutin selama bekerja belum maksimal. Pada Persyaratan Proteksi Radiasi belum diketahuinya tentang pembatasan dosis, belum adanya pembagian daerah kerja secara tertulis,dan belum adanya pengadaan alat ukur dosis personal bagi pasien dan pendamping pasien. Pada verifikasi keselamatan belum dilaksanakannya pengukuran paparan radiasi pada alat yang mengalami perbaikan dan pengukuran paparan radiasi secara rutin.

This research discusses the implementation of Goverment Regulation Number 33 of 2007 on Ionizing Radiation Safety at Radiology Department National Cardiovascular Centre Harapan Kita in 2013. This study used a cross sectional qualitative methods, by conducting in-depth interviews with informants purposing which refers to the principle of suitability and adequacy in order to obtain accurate results. The purpose of this study is to investigate the implementation of Government Regulation Number 33 of 2007 on ionizing radiation safety. The benefits of this research for the hospital where the study was used as an evaluation of the implementation of the safety of ionizing radiation that has been done and input on matters that have not been implemented. From the results of the study showed that the implementation of Government Regulation Number 33 of 2007 on Ionizing Radiation Safety at Radiology Department National Cardiovascular Center Harapan Kita has been good but has some shortcomings in implementation. Among them: In the Requirements Management, experts with appropriate education unmet (medical physics S2), the implementation of tasks of each member of the PPR is not maximized. This is due to the overlap of roles, where the expert is also a member of the PPR and Radiografer. And a kind of special medical examination and routine check has not been carreid out. On Radiation Protection requirements not already know about the dose limitation, the lack of regional division of labor in writing, and the lack of provision of personal dose measurement tool for patients and patient attendants. And yet the implementation of measurement of radiation exposure to the tools and the improved measurement of radiation exposure on a regular basis."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setio Adi Saputro
"Aktifitas praktikum radiologi di Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 yang dilakukan calon radiografer memiliki risiko bahaya radiasi. Perilaku tidak aman merupakan salah satu penyebab yang memperbesar risiko kecelakaan radiasi. Perilaku tidak aman dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Upaya-upaya yang sudah dikembangkan oleh Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 sudah mengarah pada pencegahan perilaku tidak aman, namun masih tetap ditemukan perilaku tidak aman pada saat aktivitas praktikum radiologi, sehingga masih diperlukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor perilaku tidak aman pada calon radiografer dalam aktifitas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman calon radiografer pada aktivitas tersebut, hubungannya dengan faktor-faktor perilaku tidak aman dan mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi perilkau tidak aman calon radiografer. Desain penelitian cross-sectional, menggunakan kuisoner, analisis data memakai uji chi square dan regresi logistik berganda, dengan jumlah reponden 172 orang. Hasil penelitian ini didapatkan 57,6% calon radiografer berperilaku tidak aman pada saat aktivitas praktikum radiologi dan masing-masing variabel seperti pengetahuan, persepsi, motivasi dan dukungan rekan berhubungan signifikan terhadap perilaku tidak aman calon radiografer, sedangkan dukungan sarana prasarana tidak berhubungan signifikan terhadap perilaku tidak aman calon radiografer. Berdasarkan analisa regresi logistik berganda, variabel pengetahuan mempunyai nilai OR paling besar yaitu 3,039 sehingga pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya perilaku tidak aman. Saran bagi Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 perlunya dilakukan review kurikulum praktikum yang mengedepankan aspek keselamatan radiasi praktis, mengintegralkan keselamatan dalam kurikulum pendidikannya dan mendorong kolaborasi dan komunikasi aktif antara calon radiografer selama praktikum.

Radiology practicum activities at Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 carried out by prospective radiographers have a risk of radiation hazards. Unsafe behavior is one of the causes that increase the risk of radiation accidents. Unsafe behavior is influenced by many factors, both internal and external. Efforts that have been developed by the Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 have led to the prevention of unsafe behavior, but unsafe behavior is still found during radiology practicum activities, so studies are still needed to determine the factors of unsafe behavior in prospective radiographers in these activities. This study aims to explain the factors that influence the unsafe behavior of radiographer candidates in these activities, their relationship with the factors of unsafe behavior and find out what factors are most dominant in influencing the unsafe behavior of radiographer candidates. Cross-sectional research design, using questionnaires, data analysis using chi square test and multiple logistic regression, with 172 respondents. The results of this study found that 57.6% of radiographer candidates behaved unsafely during radiology practicum activities and each variable such as knowledge, perception, motivation and peer support were significantly related to the unsafe behavior of radiographer candidates, while infrastructure support was not significantly related to the unsafe behavior of radiographer candidates. Based on multiple logistic regression analysis, the knowledge variable has the largest OR value of 3.039 so that knowledge is the most dominant factor influencing the occurrence of unsafe behavior. It is recommended that the Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 is the need to review the practicum curriculum that prioritizes practical radiation safety aspects, integrates safety in its educational curriculum, and encourages collaboration and active communication between radiographer candidates during practicum."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriatno
"Electric Arc Furnace Dust (EAFD) sebagai limbah dari pengolahan besi baja terkontaminasi oleh zat radioaktif Cs-137 secara tidak disengaja karena ketidakmampuan fasilitas pengolah melakukan deteksi terhadap keberadaanya. Masalah penelitian ini adalah pengelolaan EAFD sebagai material terkontaminasi radioaktif belum dinyatakan dapat dilakukan dengan aman dan selamat. Dalam penelitian ini dilakukan serangkaian analisis meliputi perhitungan konsentrasi aktivitas radionuklida, penetapan tingkat klierens, penerimaan masyarakat terhadap pengolahan material terkontaminasi radioaktif, keselamatan radiasi dan lingkungan serta nilai ekonomi dari pemanfaatan EAFD. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah kegiatan pemanfaatan material tekontaminasi radioaktif dapat dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan parameter keselamatan radiasi dan lingkungan, penerimaan masyarakat dan nilai ekonomi. Metode analisis penelitian menggunakan statistik deskriptif dan Structural Equation Modeling – Partial Least Square (SEM-PLS). Hasil riset ini adalah konsentrasi aktivitas radionuklida dari Cs-137 pada Paving Block berada dibawah tingkat klierens dan telah mendapatkan persetujuan badan pengawas untuk dapat mengelola EAFD terkontaminasi radioaktif. Penerimaan masyarakat dipengaruhi signifikan oleh manfaat yang dirasakan (perceived benefit) sebesar 63,1% dan risiko yang dirasakan (perceived risk) sebesar 0,16%. Produk Paving Block melewati nilai baku mutu TCLP A dan TCLP B untuk unsur Barium (Ba) yaitu sebesar 8,66 mg/L. Untuk unsur Chromium Hexavalent (Cr6+) berada pada level TCLP B yaitu sebesar 0,15 mg/L. Hasil uji kuat tekan menunjukan paving block tidak memenuhi uji kuat tekan sesuai semua mutu SNI 03-0691-1996 yaitu sebesar 7,36 Mpa (campuran 20% EAFD), 8,3 Mpa (campuran 25% EAFD) dan 7,19 Mpa (campuran 30% EAFD). Pemodelan Resrad Onsite 7.2 menunjukan nilai batas dosis sebesar 1 mSv/tahun bagi masyarakat tidak terlampaui untuk skema jalur pajanan radiasi eksternal, inhalasi dan soil ingestion. Nilai ekonomi dari pemanfaatan EAFD dalam pembuatan paving block tidak signifikan menurunkan harga produksi yaitu Rp. 2.213,77 per buah atau Rp. 97.405 per meter persegi. Mekanisme klierens mampu menghemat biaya pengelolaan material terkontaminasi radioaktif yaitu Rp. 572.137.153 jika dikelola sebagai limbah radioaktif.

Electric Arc Furnace Dust (EAFD) as waste from steel processing is unintentionally contaminated with radioactive substance Cs-137 due to the inability of the processing facility to detect its presence. The problem of this research is that the management of EAFD as radioactive contaminated material has not yet been declared can be done safely. In the study, a series of analyses were carried out including the calculation of the concentration of radionuclide activity, the determination of clearance levels, public acceptance of the processing of radioactive contaminated materials, radiation and environmental safety and the economic value of the use of EAFD. The ultimate objective of this study is that the activities of the utilization of radioactive contaminated materials can be carried out sustainably based on radiation safety and environmental parameters, public acceptance and economic value. Methods of research analysis using statistical descriptives and Structural Equation Modeling – Partial Least Square (SEM-PLS). The result of this research is that the concentration of radionuclide activity of Cs-137 on the paving block is below the clearance level and has obtained regulatory approval to be able to manage radioactive contaminated EAFDs. Perceived benefits accounted for 63,1% and perceived risks for 0,16%. The paving block product passes the TCLP A and B quality standards for the barium (Ba) element, which is 8,66 mg/L. For the element Chromium Hexavalent (Cr6+) is at the level of TCLP B which is 0,15 mg/L. The pressure test results showed that the paving block did not meet the pressure test according to all SNI quality 03-0691-1996 which is of 7,36 Mpa (mixture 20% EAFD), 8,3 Mpa (25%) and 7,19 Mpa (30%) EAFD. The modeling of Resrad Onsite 7.2 shows the dose limit value of 1 mSv/year for the population not to be exceeded for external radiation exposition pathway schemes, inhalation and soil ingestion. The economic value of the use of EAFD in paving block production does not significantly lower the price of production, which is Rp. 2.213,77 per fruit or Rp. 97.405 per square meter. The cleerens mechanism can save the cost of managing radioactive contaminated material, which is Rp. 572.137.153 if managed as radioactive waste.."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Hastuti
"International Atomic Energy Agency (IAEA) mengeluarkan rekomendasi kepada badan pengawas untuk menunjuk Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang berkompeten di radiologi diagnostik dan intervensional (RDI). Penelitian bertujuan mengetahui kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) PPR, faktor yang berpengaruh, indikator pengetahuan, keterampilan dan sikap yang signifikan serta hubungan antar variabel pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rancangan penelitian rancangan cross sectional bersifat deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 41,6 % PPR memiliki tingkat kompetensi rata rata 69,0 dengan kategori sedang. Faktor mempengaruhi pengetahuan adalah latar belakang pendidikan, pekerjaan selain sebagai PPR di RS, perlengkapan keselamatan radiasi, paparan informasi, frekuensi rekualifikasi, pelatihan serta komitmen pemegang izin. Faktor mempengaruhi keterampilan adalah peminatan studi/jurusan, pekerjaan selain sebagai PPR di RS, perlengkapan keselamatan radiasi, sumber informasi, frekuensi rekualifikasi, pelatihan serta komitmen pemegang izin. Faktor yang mempengaruhi sikap adalah tingkat pendidikan, peminatan studi/jurusan, umur, seberapa sering bekerja dengan radiasi, perlengkapan dan komitmen pemegang izin. Hasil uji multivariat diperoleh indikator pengetahuan yang signifikan adalah pengetahuan tentang konsep verifikasi kesesuaian dan kepatuhan persyaratan dan standar proteksi dan keselamatan radiasi. Indikator keterampilan yang signifikan adalah keterampilan menyusun dokumen program proteksi dan keselamatan radiasi dan Indikator sikap signifikan adalah pro aktif mendorong dokter radiologi untuk menetapkan kriteria pemeriksaan yang boleh, yang dilarang dan yang perlu konsultasi dokter. Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap keterampilan, pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap sikap dan keterampilan berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hasil penelitian menyarankan adanya perbaikan pada unit kompetensi, persyaratan sertifikasi, mekanisme penyegaran, pembuatan SKKNI PPR dan pelatihan berkelanjutan bagi PPR di fasilitas RDI.

The International Atomic Energy Agency (IAEA) urges regulatory organizations to hire a radiation protection officer (PPR) who is proficient in both diagnostic and interventional radiology (RDI). This research aimed to determine the competency (knowledge, skills and attitudes) of PPR, influencing factors, significant indicators of knowledge, skills and attitudes and the relationship between knowledge, skills and attitudes variables. The research employed descriptive quantitative method with a cross sectional design. The findings revealed that average competency score is 69,0 had moderate levels. Knowledge is influenced by educational background, occupation other than PPR in hospitals, radiation safety equipment, exposure to information, frequency of requalification, training and commitment of permit holders. Meanwhile, skills are influenced by study/departmental specialization, work other than PPR in hospitals, radiation safety equipment, sources of information, frequency of requalification, training and commitment of permit holders. In addition, attitudes influenced by education level, study/department interest, age, how often to work with radiation, equipment and permit holder commitment. The multivariate test results revealed that comprehending the idea of validating conformity and compliance with radiation protection and safety criteria and standards was a significant indicator of knowledge. A significant skill indication is the skill to compile radiation protection and safety program documentation. Significant attitude indication is actively encouraging radiology doctors to establish standards for examinations that are allowed, prohibited, and require medical consultation. Knowledge has a significant effect on skills, skills have a significant effect on attitudes, and attitudes have a significant effect on knowledge. The research suggest improvements to competency units, certification requirements, refresher mechanisms, making SKKNI PPR and ongoing training for PPR at RDI facilities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library