Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fini Rayi Arifiyani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S112
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Social class has been the interesting subject in consumer behavior studies,so does the collective decision making. This study explore the consumer decision making whether as individual or as family reganding some behavior
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Aulia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi kesenjangan kelas sosial yang terdapat dalam film Серебряные Коньки/Sepatu Luncur Perak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk menggambarkan kesenjangan kelas sosial yang terdapat dalam film Серебряные Коньки/Sepatu Luncur Perak, teori yang digunakan adalah teori representasi milik Stuart Hall. Gambaran kesenjangan kelas sosial yang terdapat dalam film tersebut dianalisis melalui enam adegan melalui penggunaan konsep stratifikasi sosial. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat kesenjangan kelas sosial yang dilihat dari indikator power (kekuasaan), privilege (hak istimewa), dan prestige (nilai kehormatan) yang hanya dimiliki oleh kelompok kelas atas. Indikator tersebut berdampak pada timbulnya kekerasan, diskriminasi, dan perbedaan gaya hidup pada masyarakat kelas bawah. Kesenjangan kelas sosial yang direpresentasikan melalui film Серебряные Коньки/Sepatu Luncur Perak menggambarkan adanya permasalahan sosial yang disebabkan oleh perbedaan posisi sosial seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

The aim of this research is to find out the representation of the social class inequality in the movie Cеребряные Kоньки/Silver Skate. The method used in this research is the qualitative descriptive method. In order to describe the social classs inequality in the movie Cеребряные Kоньки/Silver Skate, the representation theory of Stuart Hall is used. The representation of the social class inequality in this movie is analyzed in six scenes through the use of the social stratification concept. Based on this research, it can be known that there is a social class inequality that is seen from the indicators of power, privilege, and prestige, which the upper-class group only owns. Those indicators influenced the rise of violence, discrimination, and difference in lifestyle of the lower class. The social class inequality that is represented through the movie Cеребряные Koньки/Silver Skate describes the social issues resulting from the social position of a person in social life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
" Setiap masyarakat mempunyai caranya untuk meraikan upacara penting. Ia bukan sahaja membayangkan integrasi, tetapi juga mempelihatkan adat resam masyarakat itu. Kalau dalam masyarakat tradisional, perpaduan mekanikal penting dengan semua ahli mengambil bahagian, tetapi dalam masyarakat modern, ikatan sosial organik semakin dominan. Sebagai institusi sosial, keluarga terpisah daripada institusi ekonomi bila aktiviti itu tidak lagi dilakukan dalam keluarga dengan ahli keluarga dibayar upah karena tenaga kerja mereka. Makalah ini akanmengupas perubahan kepada upacara perkawinan. Pandangan yang dikemukakan ini adalah berdasarkan pemerhatian dan kajian ke atas keluarga kelas menengah Melayu di Bandar. Makna upacara perkawinan yang menjadi lambang perpaduan keluarga dan masayarakat masa dahulu telah semakin terhakis berikutan kebanyakan aktivitinya diambil alih agensi komersial. Kini upacara perkawinan lebih berupa lambang status keluarga."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
"ABSTRAK
Di dalam tradisi kehidupan masyarakat Jawa senantiasa akrab dengan unsur alam sekitarnya. Salah satu unsur hayati yang berhubungan erat dan akrab dengan kehidupan insan adalah bangsa unggas.
Sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayatnya lazim­nya terikat oleh upacara-upacara tradisi sepanjang daur hidupnya. Dalam hal ini kehadiran jenis unggas ikut berpe­ran serta di dalam kegiatan upacara adat itu baik sebagai unsur upacara ataupun kelengkapan upacara itu.
Masih di dalam kehiduan tradisi pula, apabila seseorang telah memiliki lima unsur pokok dalam hidupnya, yaitu wisma, wanita, curiga, turangga dan kukila (rumah kediaman, isteri, keris, kuda tunggangan dan burung) dianggap telah mapan kehidupan sosial ekonominya. Kukila (burung merupakan salah satu unsur yang meningkatkan tataran prestige pemiliknya.
Hingga saat ini di antara anggota kelompok etnis Jawa ada yang gemar memelihara burung perkutut, nuri, platuk bawang, puter, bekiser sampai burung merak, bahkan burung-burung dari mancanegara pun tidak luput dari sasaran perburuan untuk memeliharanya. Pemilihan jenis-jenis unggas itu mengisyaratkan status sosial pemiliknya dan derajat kemampuannya. Selain itu unggas-unggas yang dipelihava itu dianggap dapat memberi daya pengaruh tertentu yang sifatnya positif terhadap pemiliknya : derajat, pengkat, rejeki dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini dimaksud memberi jawaban atas perntanyaan yang dikemukakan di atas serta memberikan uraian keterlibatan jenis unggas di dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti : upacara adat, makna simbolis, kepercayaan, pengobatan, pantangan, ragam hias, tata gelar perang sampai kepada perhitungan Pakuwon dan sebagainya.
Didalam penelitian ini dipergunakan metode pengumpulan data yang materinya, sumber-sumbernya digali dari karya tulis naskah, karya tulis cetak serta sumber tradisi lisan, berupa donggeng, ibarat, peribahasa dan sebagainya.
Hasil yang dicapai adalah paparan mengenai peran serta unggas atau jenis burung selaku sumber daya hayati dalam kaitan hubungan yang akrab dengan kehidupan manusia yang ternyata dapat memberi pengaruh baik serta memiliki makna simbolis, kekuatan mistis, dan lain sebagainya bahkan sampai keberadaannya sebagai lambang negara Republik Indonesia, dalam upaya meningkatkan dan memperluas wawasan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Asmara Permana
"ABSTRAK
Gated community merupakan salah satu fenomena global mengenai pemukiman di daerah perkotaan dan sekitarnya. Namun perumahan gated community hanya dihuni oleh masyarakat kelas menengah ke atas sehingga semakin mencerminkan kesenjangan sosial. Penelitian ini bertujuan menjelaskan bagaimana distingsi masyarakat kelas menengah dalam gated community dengan tinggal di dalamnya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Hasil temuan menunjukkan bahwa masyarakat kelas menengah melakukan distingsi di dalam gated community untuk menekankan posisi sosial mereka. Penghuni memiliki habitus sebagai pekerja yang sibuk dari pagi sampai malam sehingga harus meninggalkan keluarganya di rumah. Penghuni juga memiliki modal untuk digunakan dalam arena sosial yaitu modal budaya dengan memiliki pendidikan tinggi, modal ekonomi dengan memiliki pekerjaan dan kepemilikan unit rumah, modal sosial sebagai anggota dalam ikatan perumahan, dan modal simbolik dengan identitas mereka sebagai penghuni gated community. Penghuni melakukan distingsi dalam arena sosial dengan habitus dan modal yang mereka miliki untuk menegaskan posisi kelas sosial mereka sebagai kelas menengah.

ABSTRACT
Gated community is one of global phenomenon about housing in urban area and its surrounding area. But gated community is only inhabited by upper middle class that increasingly reflect social inequalities. This study aims to explain how the distinction of middle class by living in it. The research approach in this study is qualitative approach.
The findings show that middle class do their distinction in gated community to emphasize their social position. Occupants have their habitus as busy worker that work from morning till night so had to leave their family at home. Occupants also have capitals to be used in social arena including cultural capital as highly educated person, economic capital as a worker and home ownership, social capital as a member of housing group, and symbolic capital as a resident of gated community. Occupants do their distinction in social arena with their habitus and capital to assert their class as middle social class.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S61746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Putri Resmana
"ABSTRAK
Kehidupan sosial dalam masyarakat urban sangat bersifat heterogen. Masyarakat terbentuk karena adanya berbagai perbedaan di dalam ruang lingkup tersebut. Keheterogenitasan tersebut dapat dilihat dari perbedaan ras, bahasa, pendapat, tingkat intelegensi, pekerjaan, budaya, serta perbedaan status sosial dan ekonomi. Adanya fenomena tersebut dapat mengakibatkan munculnya suatu masyarakat yang multikultural. Peningkatan batas-batas pemisahan kelas sosial seseorang juga tidak dapat dihindari dalam fenomena tersebut. Karakteristik-karakteristik tersebut tergambarkan dalam kedua korpus data Netzliteratur yang digunakan penulis yang secara tidak langsung menggambarkan pola interaksi heterogenitas pada masyarakat urban dalam cerita. Untuk mengungkapkan karakteristik tersebut, digunakan beberapa teori tentang urban, khususnya mengacu pada keheterogenitasan masyarakat urban.

ABSTRACT
The social life in urban society is very heterogenous and can be seen from the differences of race, language, opinion, intelligence level, employment, culture, as well as the differences of social and economic status. Due to these differences in the area, a society is formed which eventually results in a multicultural society. Moreover, the increase of discrimination against someone in a social class cannot be avoided in this phenomenon. These characteristics can be represented in both corpus of data of Netzliteratur, where interaction heterogeneity is indirectly reflected in story. To explain these characteristics, the author uses a few theories about urban, especially in heterogeneity of urban society. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Nida`uljanah
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas habitus kelas dominan dalam wacana buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2 dan habitus kelas terdominasi di dalamnya. Data utama yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data kebahasaan berupa kalimat dalam wacana yang digunakan dalam buku tersebut. Data tersebut dikumpulkan dengan metode simak teknik sadap terhadap buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2. Teknik sadap dilakukan dengan cara sadap bebas libat cakap, yaitu peneliti memerhatikan dengan cermat tanpa ikut berpartisipasi dalam penggunaan bahasa dalam buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2. Prnrlitian ini dilakukan pendekatan analisis wacana kritis yang dilakukan dengan menemukan kalimat dari wacana buku tersebut yang menunjukkan dan mengisyaratkan suatu habitus kelas sosial tertentu. Hasil penelitian yaitu sosialisasi habitus kelas atas lebih banyak dilakukan dalam buku Al-Arabiyah Bayna Yadaik jilid 2 daripada habitus kelas bawah. Banyak kalimat ditemukan dalam bacaan yang mengindikasikan bahwa pelaku cerita berasal dari kelas atas. Habitus kelas atas ditunjukkan dengan berbagai mekanisme sosialisasi berupa kebiasaan, simbolisasi maupun karakter kelas atas, sedangkan habitus kelas bawah hanya ditampakkan dalam pencitraan profil saja."
Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, 2017
805 HSB 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Noor Apriani
"Setelah dilanda krisis ekonomi di tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang semula berkembang pesat kini mulai melambat. Akibatnya muncul permasalahan sosial yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan sosial. Isu kesenjangan sosial ini digambarkan dalam film berjudul Gisaengchung karya sutradara Bong Joon-ho. Penelitian terdahulu yang membahas mengenai film Gisaengchung lebih banyak berfokus pada isu sosial seperti kemiskinan dan kekerasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana kesenjangan sosial dan dampaknya pada masyarakat Korea Selatan direpresentasikan dalam film Gisaengchung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan reflektif teori representasi Stuart Hall. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa penggambaran dampak dari kesenjangan sosial pada masyarakat Korea Selatan terlihat pada kemiskinan, kriminalitas, dan degradasi moral masyarakat. Kesenjangan sosial dalam masyarakat Korea Selatan pada film digambarkan melalui perbedaan kehidupan masyarakat kelas atas dan bawah yang sangat kontras. Kehidupan Keluarga Park direpresentasikan sebagai masyarakat kaya dan berkelas, sementara kehidupan Keluarga Kim direpresentasikan sebagai masyarakat bau yang tinggal di pemukiman kumuh.

After being stricken by the economic crisis in 1997, South Korea's economic growth which was initially developing rapidly is now slowing. As a result, social problems arise that result in social inequalities. The issue of social inequality is depicted in the movie titled Gisaengchung by director Bong Joon-ho. Previous research that discusses the film Gisaengchung focuses more on social issues such as poverty and violence. The aim of this study is to understand the social inequality and it`s impact within South Korean society through the representation of Parks and Kims in a Gisaengchung movie. The method used in this research is descriptive qualitative with reflective approaches to Stuart Hall`s representation theory. Through this research it can be seen that the depiction of the impact of social inequality on South Korean society is seen in poverty, crime, and moral degradation in society. The social inequalities in South Korean society in the film are illustrated through the contrasting lives of upper and lower class societies. The Park Family`s life is represented as rich and classy, while the Kim Family`s life is represented as a smelly family that lives in slums."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatihah Adhani Prasetyo
"

Penelitian ini mengkaji bagaimana merchandise menjadi simbol identitas kelas sosial kalangan penggemar K-Pop. Studi-studi terdahulu telah membahas mengenai merchandise dan konsumerisme di kalangan penggemar. Namun, studi sebelumnya cenderung membahas pengoleksian merchandise sebagai bentuk impulsive buying dan konsekuensi dari adanya globalisasi dan modernisasi secara umum. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori modes of consumption untuk menganalisis bagaimana merchandise dapat menjadi simbol identitas kelas melalui sign yang terlihat. Secara umum teori ini membahas mengenai pengonsumsian terhadap barang yang dapat menarik garis hubungan sosial seseorang. Dalam analisisnya, peneliti juga menggunakan konsep Distinction oleh Bourdieu untuk melihat bagaimana perbedaan lapisan kelas berdasarkan kemampuan ekonomi dan taste atau preferensi selera antara satu penggemar dengan yang lainnya dalam mendapatkan merchandise “terbatas”. Hasil temuan menyatakan bahwa merchandise, seperti halnya photocard limited dapat menjadi simbol identitas terhadap kelas sosial para penggemar K-Pop. Hal ini tercermin dari sign eksklusif yang terdapat pada benda tersebut, yang membuat para penggemar dengan preferensi selera yang bagus dan kemampuan ekonomi yang tinggi lah yang dapat memiliki dan mengoleksinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi dan in-depth interview terhadap para kolektor merchandise, penggemar K-Pop non-kolektor, dan pemilik group order jual-beli photocard.


This study examines how merchandise is a symbol of social class identity among K-Pop fans. Previous studies have covered merchandise and consumerism among fans. However, previous studies tended to discuss the collection of merchandise as a form of impulsive buying and the consequences of globalization and modernization in general. In this study, researchers used modes of consumption theory to analyze how merchandise can become a symbol of class identity through visible signs. In general, this theory discusses the consumption of goods that can draw a line of a person's social relationships.  In their analysis, researchers also used Bourdieu's concept of Distinction to see how class layers differ based on economic ability and taste or taste preferences between one fan and another in obtaining "limited" merchandise. The findings state that merchandise, like limited photocards, can be a symbol of identity towards the social class of K-Pop fans. This is reflected in the exclusive signs contained in the object, which makes fans with good taste preferences and high economic abilities who can own and collect it. This study used qualitative methods with observational data collection techniques and in-depth interviews of merchandise collectors, non-collector K-Pop enthusiasts, and group order owners buying and selling photocards.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>