Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hary Olya Adriansyah
"ABSTRAK
Geopolimer telah mendapat perhatian yang sangat besar sebagai teknologi hijau
dalam material kontruksi khususnya beton dan alternatif pengganti semen. Salah
satu pengembangan teknologi geopolimer saat ini adalah geopolimer berbahan
abu terbang. Proses sintesis geopolimer berbahan abu terbang dalam penelitian ini
dilakukan pada konsentrasi larutan NaOH 6,5M, 8,6M, 10,5M dan 12.5M dengan
penggantian sebagian kecil abu terbang yaitu 0%, 5%, 10% dan 15% pada
termperatur curing 600C selama 24 jam. Hasil investigasi menunjukkan bahwa
semakin besarnya konsentrasi larutan NaOH maka semakin besar sifat mekanik
yang dihasilkan yaitu kekuatan tekan (compresive strength) 60,3MPa (12,5M) dan
kekuatan lentur (flexural strength) 16MPa (10,5M), namun semakin tingginya
kosentrasi larutan NaOH juga menyebabkan terbentuknya karbonasi pada pasta
geopolimer. Disamping itu, penggantian silica fume diharapkan memberikan
kekuatan lebih tinggi pada pasta geopolimer berdasarkan rasio Si/Al ternyata tidak
sesuai yang diinginkan, kekuatan tekan turun dengan penambahan silica fume.
Namun demikian, semakin tingginya kosentrasi larutan NaOH membuat kekuatan
tekan pada penggantian silica fume sebesar 5% pada kosentrasi larutan NaOH 12,
5M meningkat menjadi 58,9 MPa.

Abstract
Geopolymers have attracted extensive attention as a green technology in
construction materials, especially concrete and cement alternative. One of the
current development in geopolymer technology is geopolymers made from fly
ash. In this study, synthesis of geopolymer have been performed at concentration
of 6,5 M NaOH, 8,6 M, 10,5 M and 12,5M by the replacement of fly ash fraction
is 0%, 5%, 10% and 15% with silica fume at 60oC curing temperature for 24
hours. The result of investigation showed that the compressive strength 60,3 MPa
(12,5M) and flexural strength 16 MPa (10,5M), but the higher concentration of
NaOH causes formation of carbonated in geopolymer paste. In addition, the
replacement of silica fume is expected to provide higher strength geopolymer
pastes based on the ratio of Si/Al was not desired, the compressive strength
decreased with addition of silica fume. However, the higher concentration of
NaOH by the replacement of fly ash fraction 5% with silica fume, increased to
58,9 MPa at concentration of 12, 5M NaOH."
2012
T31535
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Arijoeni Basoenondo
"Dengan berkembangnya pembangunan yang dilaksanakan dewasa ini, penggunaan beton sebagai suatu bahan struktur sangat umum digunakan. Adapun dalam pembuatannya terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing material pembentuk beton tersebut. Air sebagai salah satu komponen pembentuk beton memegang peranan penting bagi berlangsungnya proses hidrasi semen. Sejalan dengan kurangnya perhatian khusus terhadap syarat mutu air (air yang tidak mengandung alkali. garam, minyak, asam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangan) sebagai campuran beton, masih banyak parencana menggunakan sumber air yang dekat dengan lokasi pekerjaannya. Sumber air tersebut dapat berupa air tanah maupun air laut dan sudah tentu mengandung berbagai unsur yang dapat mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan. Air laut mengandung lebih dari 35,000 ppm garam-garam terlarut dimana 78% dari garam~garam tersebut dalam bentuk natrium klorida, dan 15% dalam bentuk magnesium klorida dan magnesium sulfat. Dengan adanya intrusi air laut yang membengkak akhir-akhir ini akan menyebabkan air tanah bersifat payau. Dimana pada air payau ini akan mengandung garam-garam klorida dan sulfat hasii intrusi air laut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan persyaratan air pengaduk beton yang telah ditentukan. Konsentrasi garam yang terdapat pada air payau maupun air laut bervariasi, sehingga pengaruh yang timbul pun akan bervariasi pula. Tujuan dari penelitian ini menyelidiki pengaruh kuantitas ion klorida dan sulfat terhadap kuak tekan beton mutu sedang atau beton dengan kekuatan tekan rencana 350 - 500 kg/cm2. Hasil yang didapat dibandingkan dengan beton yang menggunakan air pencampur aquades. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perencana untuk mendapatkan konstruksi yang kuat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Widodo
"Arang hidro adalah produk padat dari proses karbonisasi hidrotermal (KHT). Arang hidro dapat digunakan sebagai bahan tambah mortar. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penambahan arang hidro dapat mempengaruhi sifat mekanik, ketahanan penetrasi air, dan kemampuan pemulihan retak mortar. Namun, penelitian tentang penggunaan arang hidro sebagai bahan tambah dalam mortar masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan mortar dengan ketahanan terhadap penetrasi air menggunakan arang hidro serat sabut kelapa. Proses karbonisasi hidrotermal dilakukan pada serat sabut kelapa pada suhu 150°C selama 4 jam untuk menghasilkan arang hidro. Arang hidro dihaluskan menjadi tiga ukuran partikel yang berbeda, yaitu 75-150 µm, 150-250 µm, dan 250-425 µm. Karakterisasi arang hidro meliputi komposisi kimia serat sabut kelapa, analisis proksimat, analisis komponen organik, analisis luas permukaan relatif, kekuatan tarik, dan analisis ikatan kimia arang hidro. Spesimen uji mortar dibuat dengan menambahkan arang hidro dalam tiga rasio berbeda, yaitu 1%, 2%, dan 3% dari berat semen. Pengujian spesimen mortar meliputi pengujian densitas, kekuatan tekan, ketahanan penetrasi air, persentase luas rongga udara, dan kemampuan memulihkan retak.. Kekuatan tekan tertinggi didapat mortar M22 dengan nilai 33,39 MPa. Ketahanan penetrasi air terbaik dimiliki oleh mortar M21 dengan nilai presentase rongga udara 20,831%, daya serap awal 7,498 x 10-3 mm/√s dan daya serap sekunder 1,249 x 10-3 mm/√s. Semua variasi mortar dengan penambahan arang hidro memiliki kemampuan memulihkan retak. Penambahan 2% arang hidro dengan ukuran 150–250 µm pada mortar menghasilkan mortar terbaik dengan kekuatan tekan 33,39 MPa, daya serap awal 4,093 x 10-3 mm/√s, daya serap sekunder 2,658 x 10-3 mm/√s, dan persentase volume rongga udara 23,94%.

Hydrochar is a product of the hydrothermal carbonization process. Hydrochar can be used as an additive in mortar. Previous research has shown that the addition of hydrochar can influence the mechanical properties, permeability, and crack recovery of mortar. However, research on the use of hydrochar as an additive in mortar is still limited. This study aimed to develop water resistance mortar using coconut coir fiber hydrochar. The hydrothermal carbonization process was carried out on coconut coir fiber at a temperature of 150°C for 4 hours to produce hydrochar. Hydrochar was grounded into three different particle sizes, 75-150 µm, 150-250 µm, and 250-425 µm. Characterization of hydrochar involved the chemical composition, proximate, organic component, relative surface area, tensile strength, and chemical bonding analysis. Mortar test specimens were prepared by adding hydrochar in three different ratios, 1%, 2%, and 3% of the weight of cement. Mortar testings included mortar density, compressive strength, water resistance, percentage void area, and mortar crack recovery ability. The highest compressive strength was achieved by M22 mortar, at 33.39 MPa. The best value of water penetration was observed in M21 mortar with initial absorption, secondary absorption, and void percentage of, 7.498 x 10-3 mm/√s, 1.249 x 10-3 mm/√s, and 20,831%, respectively. All mortars with different hydrochar contens demonstrate the ability to recover from cracks. The M22 specimen (2% hydrochar, with 150–250 µm particle size) was the best performance with compressive strength, initial absorption, secondary absorption, and void percentage of 33.39 MPa, 4.093 x 10-3 mm/√s, 2.658 x 10-3 mm/√s, and 23.94%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Meilani
"Komposit sandwich merupakan salah satu material yang berpotensi untuk diterapkan sebagai material penyusun rancang bangun struktur ringan. Telah dilakukan penelitian mengenai sifat mekanik pada komposit sandwich woven S-glass/epoxy dengan inti Polyvinyl chloride foam. Komposit sandwich, yang terdiri dari dua jenis yaitu 00/900/PVC/00/900 dan 00/900/PVC/-450/450, dibuat dengan menggunakan metode hand lay-up, diikuti dengan metode vacuum bagging. Pengukuran massa jenis, pengujian mekanik berupa uji tekuk tiga titik dan uji tekan untuk mengetahui sifat mekanik komposit sandwich ini, serta pengamatan kerusakan menggunakan Scanning Electron Microscope dilakukan. Didapatkan massa jenis yang relatif kecil untuk kedua komposit sandwich, yaitu (0.20 ± 0.01) gr/cm3 dan (0.21 ± 0.01) gr/cm3. Sifat mekanik terbaik didapatkan pada komposit sandwich 00/900/PVC/00/900 dengan kekuatan tekuk, kekuatan geser, dan kekuatan tekan sebesar (51.04 ± 2.49) MPa, (0,39 ± 0.02) MPa dan (4.79 ± 0.12) MPa. Moda kegagalan yang terjadi adalah indentation dan buckling dengan kerusakan pada kulit dan inti.

Sandwich composites are materials that have potential to be used in lightweight structure design. A research on the mechanical properties of a woven S-glass/epoxy sandwich with polyvinyl chloride foam core has been done. The sandwich composites were classified into two types, 00/900/PVC/00/900 and 00/900/PVC/-450/450 and were manufactured with hand lay-up method, followed by vacuum bagging method. Density measurement, three-point bending test, edgewise compression test, and failure observation with Scanning Electron Microscope (SEM) were conducted. Relatively small densities were achieved for these two sandwich composites, (0.20 ± 0.01) gr/cm3 and (0.21 ± 0.01) gr/cm3. The best mechanical properties were obtained in sandwich composite 00/900/PVC/00/900 , with flexural strength, core shear strength, and compression failure stress of (51.04 ± 2.49) MPa, (0,39 ± 0.02) MPa, and (4.79 ± 0.12) MPa. Mode of failure that occured is indentation and buckling with damage to the skin and core."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Lokatili
"Jembatan lengkung batu Wollondilly di Sydney, Australia telah dioperasikan selama lebih dari 100 tahun hingga sekarang. Tetapi, jembatan lengkung batu bersejarah ini masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan, yang menunjukkan ketahanan yang dimiliki oleh material batu bata tua tanpa penguatan. Namun, setiap infrastruktur milik masa lalu yang telah melewati zaman kita, dianggap layak untuk dilestarikan dan diperiksa karena jenis-jenis batu warisan ini dapat dibangun dari berbagai teknik, yang berbeda dari standar yang disarankan dari satu periode ke periode lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji penilaian kekuatan batu bata melalui pengujian inti yang diambil dari bagian struktur Jembatan Wollondilliy di Sydney, Australia secara langsung. Infrastruktur yang monumental, seperti ini, diperlukan untuk memiliki penyelidikan menyeluruh untuk menentukan kekuatan dan sifat mekanik lainnya. Proyek ini menggunakan sampel inti silindris dari jembatan itu sendiri untuk diuji sesuai UIC 778-3, sebanyak 30 sampel dikirim ke laboratorium untuk diuji. Sampel inti asli dipotong menjadi sampel yang lebih kecil untuk mendapatkan data yang lebih banyak, sehingga hasil penelitian yang dihasilkan lebih akurat. Metode yang diusulkan adalah untuk menentukan kekuatan tekan sampel dengan melakukan pengujian inti. Tes kompresi dilakukan pada 29 sampel inti silinder yang diatur dengan mengembangkan capping mortar kekuatan tinggi di sisi atas dan bawah dari masing-masing sampel inti. Setelah pengeringan, sampel diuji dengan beban kompresi yang sama. Kekuatan rata-rata 10,55 MPa diperoleh yang menunjukkan bahwa kekuatan jembatan masih memadai setelah 100 tahun. Metode Digital Image Correlation telah digunakan dalam pengujian eksperimental ini untuk mengukur regangan dan perpindahan sampel. Oleh karena itu, tujuan akhir dari percobaan ini tercapai, yaitu menghasilkan kurva tegangan-regangan sampel. Young’s Modulus dari masing-masing sampel juga ditentukan dan hubungan antara kekuatan pasangan bata dan moduli elastisitas pasangan batu tua telah dianalisis.

The masonry arch bridge of Wollondilly Bridge in Sydney, Australia has been operated for more than 100 years up until now. That being said, this historic masonry arch bridge is still in a good and serviceable condition, which indicates the resilience that old brick masonry has without any reinforcement. However, any utilitarian infrastructure belonging to the past that has reached our times is deemed worthy of conservation due to the fact that those types of heritage masonry can be constructed with various techniques, which differ from the standard suggests from one period to another one. Therefore, this research aims to examine the strength assessment of the bricks masonry through testing of cores that were taken from the piers of Wollondilly Bridge in Sydney, Australia. A monumental infrastructure, like this one, is required to have a thorough investigation for determining the strength and other mechanical properties. This project uses cylindrical core samples from the bridge itself to be tested as per UIC 778-3, as many as 30 samples were sent to the laboratory to be tested. The original core samples were cut into smaller samples for more data, resulting in more accurate results and fewer outliers. The proposed method is to find the compressive strength of the samples by doing the core testing. The compression test was conducted on 29 cylindrical core samples that were regularised by developing a high strength mortar capping at the top and bottom side of each core samples. After curing, the samples were tested under uniform compression. An average strength of 10.55MPa was obtained which shows that the bridge strength is adequate still after 100 years. Digital image correlation method, has been used in this experimental testing to measure the strain and displacement of the samples. Hence, the ultimate goal of producing stress-strain curves of the samples was achieved. Young’s Modulus of each sample was also determined and a relationship between the masonry strength and elastic modulus of old brick masonry has been established."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library