Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adiansyah
"ABSTRAK
Lansia merupakan kelompok rentan dengan berbagai risiko kesehatan. Kelompok rentan lebih mudah terpapar masalah kesehatan, salah satunya adalah kekerasan fisik dan psikologis. Kelompok rentan yang berada dalam tempat berisiko, salah satu tempat berisko adalah lemabaga pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kekerasan fisik dan psikologis pada narapidana lansia di lembaga pemasyarakatan Jawa Barat. Penelitian menggunakan sampel total berjumlah 36 responden yang terdapat di tiga lembaga pemasyarakatan. Instrumen penelitian merujuk pada Hwalek-Sengstock Elder Abuse Screening Test (H-S/EAST) dengan menggunakan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan fisik yang terjadi di lembaga pemasyarakatan sebesar 41,67% dan kekerasan psikologis 36,11%. Suku Sunda adalah suku yang mengalami kekerasan fisik dan psikologi paling besar dibandingkan dengan suku lainnya. Hasil penelitian merekomendasikan perawat, psikolog dan petugas lapas untuk bekerjasama dalam melakukan pencegahan kekerasan fisik dan psikologis, serta meningkatkan sarana keagamaan dan spiritual sebagai koping yang dilakukan oleh narapidana lansia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jeferson Margasaputra Muchlis
"Remaja merupakan populasi yang rentan terhadap perilaku kekerasan fisik karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan emosi yang masih belum stabil serta belum matang dalam melakukan pengambilan keputusan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 382 Remaja dengan rentang usia 15-19 tahun di 2 SMA yang ada di Kota Bandar Lampung yakni SMA N 3 dan SMA N 14 Bandar Lampung. Sampel didapatkan dengan teknik probability sampling jenis simple random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dengan nilai R hitung lebih besar daripada R tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini valid. Sementara itu uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach's Alpha 0,731. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara kontrol diri dengan perilaku kekerasan fisik pada remaja dengan hasil p value 0,002 (P< 0,05). Implikasi dari analisa ini adalah semakin rendah kontrol diri yang dimiliki remaja maka semakin tinggi perilaku kekerasan fisik pada remaja tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku kekerasan fisik pada remaja tersebut. Hal ini disebabkan karena kontrol diri yang baik dapat membantu remaja untuk dapat menahan diri dari hal-hal yang tidak baik untuk dilakukan. Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini ialah Perawat perlu berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti pendidik, psikolog dan dinas terkait dalam penyelenggaraan program dukungan pengasuhan yang secara khusus disesuaikan dengan kondisi remaja.

Adolescents are a population that is vulnerable to physical violent behavior because adolescence is a period of self-discovery and emotions that are still unstable and immature in making decisions when compared to adults. This research is a quantitative study with a cross-sectional research design. The research sample amounted to 382 adolescents with an age range of 15-19 years in 2 high schools in Bandar Lampung City, namely SMA N 3 and SMA N 14 Bandar Lampung. The sample was obtained using probability sampling technique of simple random sampling type. This study uses a questionnaire that has been tested for validity with a calculated R value greater than the R table, so it can be concluded that the data in this study are valid. Meanwhile, the reliability test showed a Cronbach's Alpha value of 0.731. The results of the study analyzed using the chi-square test showed that there was a relationship between self-control and physical violent behavior in adolescents with a p value of 0.002 (P <0.05). The implication of this analysis is that the lower the self-control of adolescents, the higher the physical violent behavior of these adolescents. Conversely, the higher the self-control of adolescents, the lower the physical violent behavior of these adolescents. This is because good self-control can help adolescents to be able to refrain from things that are not good to do. Recommendations related to this study are Nurses need to collaborate with other stakeholders such as educators, psychologists and related agencies in the implementation of parenting support programs that are specifically tailored to the conditions of adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniella Pia Darmanto
"Tulisan ini meneliti perlindungan hukum pelaksanaan restorasi terhadap anak yang melakukan kekerasan fisik selama pelaksanaan masa pemidanaan penjara, khususnya melalui program pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Jakarta. Melalui pendekatan sosiolegal, tulisan ini menguji dampak pembinaan dari aspek hukum dan non-hukum bagi anak yang melakukan kekerasan fisik melalui penerapan keadilan restoratif, terkhusus pada tahap pasca-adjudikasi. Tulisan ini menemukan bahwa hak-hak yang berorientasi pada pemberian restorasi bagi anak yang menjalani masa pemidanaan hanya dilindungi pada regulasi hukum tentang pemasyarakatan. UU SPPA dan UU Perlindungan Anak hanya merumuskan perlindungan dan restorasi bagi anak yang masih dalam proses peradilan. Dalam praktiknya, pembinaan anak yang melakukan kekerasan fisik di LPKA Kelas II Jakarta telah terlaksana sesuai dengan perumusan hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum. Meskipun demikian, program pembinaan LPKA Kelas II Jakarta tidak berjalan paralel dengan dampak restorasi bagi anak binaanya. Hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum dalam program pembinaan diberikan secara minimal dan kurang menyasar pada kebutuhan sosial dan perkembangan personal anak, dua faktor utama yang melatarbelakangi anak melakukan kekerasan fisik. Akibatnya, pembinaan yang diberikan belum efektif mewujudkan restorasi anak yang berkonflik dengan hukum sesuai konsep keadilan restoratif.

This paper examines the legal protection of restorative justice implementation for children who commit physical violence during their imprisonment, particularly through rehabilitation programs at the Special Child Development Institution Class II Jakarta. Using a socio-legal approach, it investigates the impact of rehabilitation from legal and non-legal perspectives for children who engage in physical violence, focusing on the post adjudication stage. The paper finds that restoration-oriented rights for children in incarceration are protected only under regulations related to corrections. The Juvenile Justice System Law and Child Protection Law provide protection and restoration for children only during the judicial process. In practice, the rehabilitation of children who commit physical violence at the LPKA Class II Jakarta aligns with the formulated rights for children in conflict with the law. However, the LPKA Class II Jakarta rehabilitation program does not effectively parallel the restorative impact for its inmates. The rights of children in conflict with the law are minimally provided, lacking focus on social needs and personal development, the primary factors underlying children's violent behaviour. Consequently, the rehabilitation provided has not effectively achieved the restoration of children in conflict with the law as per the restorative justice concept."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Arif Sumawiharja
"Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khusus dalam sistem pendidikan. Yang menjadi ciri khusus dalam pendidikan pesantren adalah pendidikan berbasis karakter dan berasrama. Kehidupan asrama di Pesantren menciptakan kondisi hirarki yang muncul dari Kyai atau pemimpin Pesantren yang mendapatkan pengkultusan dari para santri dan tenaga pendidik di Pesantren, struktur hirarki itu disalurkan dari atas ke bawah kepada Pengasuh dan Ustad di Pesantren, dan kemudian didelegasikan dalam pendisiplinan kepada Santri senior. Struktur hirarki tersebut memunculkan extreme authority. Kondisi tersebut mendorong adanya pelaku yang termotivasi dan menciptakan suatu kondisi yang memposisikan santri junior sebagai korban yang tepat atau rentan dari kasus kekerasan fisik. Hal ini diperparah dengan kurangnya pengawasan dan ditambah dengan adanya pengawasan yang bersifat extreme guidance. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan penelitian di tiga Pondok Pesantren yang pernah terjadi kasus kekerasan fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Untuk menganalisa faktor penyebab terjadinya kekerasan fisik di Pesantren teori yang digunakan adalah teori aktivitas rutin, teori relasi kuasa. Sementara untuk meneliti bagaimana pencegahan kasus kekerasan fisik menggunakan teori control sosial. Untuk mendukung analisa teori beberapa konsep digunakan. Diantaranya, konsep kekerasan terhadap anak, konsep pendidikan di Pesantren dan konsep pencegahan kejahatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kasus kekerasan fisik terjadi disebabkan oleh adanya kepemimpinan kharismatik dan paternalistik yang menyebabkan adanya pengkultusan, adanya penyalahgunaan otoritas dalam penerapan disiplin, minimnya pengawasan dan tidak adanya standar baku dalam sistem pengasuhan di Pesantren. Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa semua teori dan konsep dapat menjelaskan bagaimana kasus kekerasan fisik terjadi dan pencegahannya. Selain itu, peran Kementerian Agama menjadi krusial dalam pengawasan terhadap sistem pengasuhan di Pesantren. 

Islamic boarding schools are Islamic educational institutions that have special characteristics in the education system. What characterises pesantren education is character-based and boarding school education. Dormitory life in the pesantren creates a hierarchical condition that arises from the Kyai or leader of the pesantren who gets the cult of the students and educators in the pesantren, The hierarchical structure is channelled from top to bottom to the carers and Ustad in the pesantren, and then delegated in discipline to the senior santri. The hierarchical structure gives rise to extreme authority. These conditions encourage motivated perpetrators and create a condition that positions junior Santri as appropriate or vulnerable victims of physical violence cases. This is exacerbated by the lack of supervision, coupled with the existence of supervision, which is extreme guidance. This study uses a qualitative method by conducting research in three Islamic boarding schools where cases of physical violence have occurred, causing the victim to die. To analyse the factors that cause physical violence in Pesantren, the theory used is routine activity theory and power relations theory. Meanwhile, to examine how to prevent cases of physical violence using social control theory, To support the theoretical analysis, several concepts were used. Among them are the concepts of violence against children, the concept of education for pesantren, and the concept of crime prevention. The results showed that cases of physical violence occurred due to the existence of charismatic and paternalistic leadership which led to a cult, the abuse of authority in applying discipline, the lack of supervision and the absence of standardized standards in the care system in Pesantren. The conclusion of the research shows that all theories and concepts can explain how cases of physical violence occur and their prevention. In addition, the role of the Ministry of Religious Affairs is crucial in supervising the care system in Pesantren."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Hidayatullah Al Bahri
"ABSTRAK
Kekerasan fisik pada anak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Salah satu yang banyak dilakukan adalah memukul anak sebagai bentuk hukuman akan kesalahan anak. Kekerasan fisik pada anak dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain gangguan depresi, gangguan kecemasan, kepercayaan diri yang kurang, dan kemungkinan perilaku berisiko di masa selanjutnya. Berbagai macam dampak ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Akan tetapi, penelitian di Indoensia mengenai hubungan kekerasan fisik terhadap prestasi belajar masih belum banyak dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat kekerasan fisik terhadap prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Beji, Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Data kekerasan fisik diambil melalui kuisioner Childhood Trauma Questionnaire, sedangkan data mengenai prestasi belajar diambil melalui pengumpulan nilai rapor 209 subjek yang merupakan siswa dari SMAN 11 Depok, SMA IT Al Qudwah, SMA Muhammadiyah Beji dan SMA Tarbiyah Islamiyah. Childhood Trauma Questionnaire memiliki sensitivitas 38 dan spesifisitas 80 dalam mendeteksi kekerasan fisik. Dari 209 subjek penelitian, 36 siswa mengalami kekerasan fisik dimana 19 siswa diantaranya memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata. Pada kelompok yang tidak mengalami kekerasan fisik, 90 siswa memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata dan 83 sisanya memiliki prestasi belajar di atas rata-rata. Hasil uji Chi-Square hubungan kekerasan fisik terhadap prestasi belajar memeberikan hasil nilai p = 0,934 dengan RR = 1,015 95 CI 0,72-1,43 . Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat kekerasan fisik terhadap prestasi belajar.

ABSTRACT
Physical abuse in children can be manifested in various forms. One of the most common is to hit children as a form of punishment for children 39 s mistakes. Physical abuse in children can cause various effects. These kinds of impacts will affect the child 39 s growth and development, including social functions such as academic performance. However, research in Indonesia regarding the relationship of physical abuse to academic performance is still not widely practiced. The purpose of this research is to know the relationship of history of physical abuse to high school student rsquo s academic performance in Beji, Depok. This study used cross sectional study design. The data of physical violence was taken through the questionnaire of Childhood Trauma Questionnaire, while the data on academic performance was taken through the collection of 209 report cards which were students from SMAN 11 Depok, Al Qudwah IT Senior High School, SMA Muhammadiyah Beji and SMA Tarbiyah Islamiyah. Childhood Trauma Questionnaire has a sensitivity of 38 and a specificity of 80 on detecting physical abuse. Of the 209 study subjects, 36 students experienced physical abuse. Of the 36 students who experienced physical abuse, 19 students had below average learning achievement. While 17 others have above average learning achievement. In the non violent group, 90 students had below average learning achievement and the remaining 83 students had above average learning achievement. Result of Chi Square test of physical abuse relation to academic performance gives result p value 0,934 with RR 1,015 95 CI 0,72 1,43 . This shows that there is no statistically significant relationship between the history of physical abuse to the academic performance. This study can illustrate that physical abuse is not a single risk factor for under average learning achievement."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Susanti Prasetyo
"Kekerasan fisik pada mahasiswa masih marak terjadi di Indonesia. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan terkait dengan pola kekerasan fisik tersebut. Tulisan ini menggunakan teori aksi situasional untuk menjelaskan pola kekerasan fisik pada mahasiswa yang pernah terjadi di Indonesia. Melalui teori ini, mahasiswa melakukan kekerasan fisik sebagai aksi situasional terhadap motivasi yang ada dan didukung oleh moralitas individu dan kontrol saat peristiwa terjadi. Motivasi seperti provokasi atau godaan bagi individu, kemudian didukung oleh pembenaran penggunaan kekerasan fisik dan relasi kuasa serta rendahnya kontrol eksternal membuat mahasiswa terdorong untuk melakukan kekerasan fisik

Physical violence against students is still rampant in Indonesia. This then raises questions related to the pattern of causes of the physical violence. This paper uses situational action theory to explain the pattern of causes of physical violence against students that has occurred in Indonesia. Through this theory, students commit physical violence as a situational action against existing motivations and are supported by individual morality and control when events occur. Motivation such as provocation or temptation for individuals, which is then supported by justification for the use of physical violence and power relations as well as low external control makes students compelled to commit physical violence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Oktabio Galanda
"Pers yang terjamin kebebasannya bertanggung jawab atas informasinya kepada masyarakat, karena tujuan utama dari jurnalisme sendiri adalah untuk melayani masyarakat dengan menyediakan informasi yang diperlukan agar masyarakat bisa membuat keputusan berdasarkan informasi (making an informed decision). Akan tetapi, pada kenyataannya perlindungan wartawan masih belum sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia 1945. Pemerintah sendiri sudah memberikan peraturan yang menjadi fondasi yang cukup bagi para pihak untuk mencegah ataupun memitigasi kekerasan terhadap wartawan. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat kasus penyerangan terhadap wartawan Nurhadi yang terjadi pada bulan Maret 2021. Nurhadi, yang merupakan koresponden Tempo, ditangkap secara tidak sah dan disiksa oleh dua orang polisi di Surabaya ketika Nurhadi meminta keterangan pada Angin Prayitno Aji, mantan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Pajak yang menjadi tersangka kasus gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menganalisis instrumen perlindungan wartawan terhadap kekerasan fisik dari aspek perundang-undangan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan juga jaminan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode doktrinal dengan menggunakan studi kepustakaan dan wawancara kepada informan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah perlindungan wartawan terhadap kekerasan fisik yang ada masih belum sempurna. Ini dikarenakan Tempo belum memberikan alat perlindungan diri dan juga fasilitas K3 seperti Pertolongan Pertama Kepada Kecelakaan. Akan tetapi, dalam aspek perundang-undangan dan perlindungan dari berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, dan juga Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sudah cukup memadai untuk membantu Nurhadi hingga selesai kasusnya pada tahap Kasasi.

A press that is guaranteed its freedom is responsible for its information to the public, because the main purpose of journalism itself is to serve the public by providing the necessary information so that the public can make an informed decision. However, in reality, the protection of journalists is still not in accordance with Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. The government itself has provided regulations that serve as a sufficient foundation for the parties to prevent or mitigate violence against journalists. In this research, the author raises the case of the attack on journalist Nurhadi which occurred in March 2021. Nurhadi, who is a Tempo correspondent, was unlawfully arrested and tortured by two policemen in Surabaya when Nurhadi asked for information on Angin Prayitno Aji, the former Director of Tax Audit and Collection who is a suspect in a gratification and money laundering (TPPU) case. This thesis is written by analyzing journalists' protection instruments against physical violence from the aspects of legislation, occupational safety and health (K3), and social security. The method used in this research is the doctrinal method using literature study and interviews with informants. The approach used in this research is a qualitative approach with a case study. The result of this research is that the protection of journalists against physical violence is still imperfect. This is because Tempo has not provided personal protective equipment and occupational safety and health (K3) facilities such as First Aid Equipments. However, in terms of legislation and protection from various nongovernmental organizations (NGOs), professional organizations, and also the Witness and Victim Protection Agency (LPSK) are sufficient to help Nurhadi until the completion of his case at the Cassation stage."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktyah Rochnita
"ABSTRAK

Kekerasan fisik pada anak merupakan tindakan melukai fisik anak dengan sengaja. Orang tua umumnya menganggap kekerasan fisik pada anak merupakan hal yang wajar dalam pengasuhan anak. Penelitian ini bertujuan menggambarkan persepsi sikap orang tua yang melakukan kekerasan fisik pada anak yang berusia dibawah 5 tahun (balita). Desain penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif sederhana. Sampel Ibu yang melakukan kekerasan fisik pada anak balita dan memiliki tipe keluarga inti di wilayah Sukabumi Utara Jakarta Barat sebesar 129 responden (total sampling) dan metode pengambilannya dengan metode cluster random sampling. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 76 responden (58.9%) sikap orang tua mendukung perilaku kekerasan fisik. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi perawat jiwa dan perawat anak untuk memberikan pencegahan bertambahnya perilaku kekerasan fisik oleh orang tua dengan konseling dan

membentuk komunitas orang tua sebagai sistem pendukung.


ABSTRACT

Physical child abuse is threat and bodily injury action for children by their parents or caregivers. Commonly, parent argued that physical abuse is normal for parenting style. The purpose of this descriptive research was to identify attitude perception’s abusive mother toward physical child abuse for children 0-5 years old. This research use simple descriptive design. 129 physical abusive mothers in Kelurahan Sukabumi Utara Jakarta Barat were being the sample (total sampling). The technique sampling was using cluster random sampling. The result showed that 76 respondents (58.9%) mothers had good attitude toward physical child abuse that means mother agree to used physical abuse for her parenting. This study provided recommendations to pshyciatric nurses and also pediatric nurses to increase the prevention of physical child abuse by their parents or other care giver with provide counseling institutional and parents group for improve their support system.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetyo Nugroho
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas peran Parental Control terhadap kekerasan pacaran remaja
putra di Kecamatan Kebumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh tingkat Parental Control terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja
putra di Kecamatan Kebumen. Studi ini memakai pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner, serta diperkuat dengan wawancara. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari tingkat Parental
Control terhadap kekerasan pacaran pada remaja putra di Kecamatan Kebumen.
Serta memiliki arah hubungan negatif. Berdasarkan hasil analisis terdapat
kecenderungan dari responden dengan Parental Control rendah untuk melakukan
kekerasan dalam pacaran tinggi, dan sebaliknya bagi responden dengan Parental
Control tinggi cenderung untuk menghindari kekerasan dalam pacaran.

ABSTRACT
This paper discusses the role of Parental Control againts teen dating violence in
the District of Kebumen. The purpose of this study was to determine the effect of
Parental Control to dating violence the young men in the district of Kebumen. The
study uses a quantitative approach using a questionnaire, and is reinforced by
interviews. The results of this study indicate that there is a significant correlation
of the level of Parental Control against dating violence in young men in the
district of Kebumen. As well as having a negative direction of the relationship.
Based on analysis of the inclination of the respondents with low Parental Control
for violence in dating is high, and vice versa for respondents with high Parental
Control tends to avoid violence in courtship."
2017
S65838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library