Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Martha Yuniati
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26533
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Budhiarto
"Persepsi resiko merupakan hal mendasar dalam pembentukan prilaku selamat dan sehat. Pekerja akan memahami aspek positif terhadap penggunaan alat pelindung diri. Dari prilaku positif ini, pekerja akan berusaha untuk menurunkan dan mengendalikan kondisi bahaya yang ada di tempat bekerja. Pembentukan persepsi resiko kebisingan yang positif ini, diharapkan akan membentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan pada setaip jenjang jabatan. Tesis ini meneliti faktor pembentuk persepsi dengan menggunakan teori psikometrik bahwa pembentukan persepsi resiko dipengaruhi oleh internal pribadi. Pembentuk persepsi ini didapat dari tingkat pendidikan serta lama kerja responden yang diteliti. Dari hasil penelitian ini ternyata kedua variabel tersebut tidak memberikan efek positif terhadap prilaku positif bagi responden yang diteliti. Hasil penelitian ini menyarankan agar manajemen puncak dan departemen keselamatan dan kesehatan kerja membuat kebijakan hukuman dan penghargaan bagi semua tingkatan jabatan dengan membuat beberapa perencanaan serta monitoring tingkat keberhasilan dan kekurangan yang ada secara berkala.

Risk perception is a fundamental aspect to develops safety and health behavior. Workforce will understand the positif aspect when using personal protective equipment. In this positif behavior, workforce will try to reduce or control hazard condition in their workplace. In performing of positif noise risk perception, it is wished that will shape safety and health culture at company in every level of title. This thesis research of perseption forming is use psicometric theory that risk perception Is formed by internal condition. The form of risk perception were gotten by level of education and works duration of respondent. The results of this research that the two variables did not give positif effect to respondent This research give recommendation to top management and department of ocupational safety and health to develop reword and punishment for every title with make some plan and monitoring of success and failure in regular time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41261
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Nur Annisa
"Sarana pendidikan merupakan perlengkapan sekaligus penopang yang menjadi bagian penting dalam kemajuan dunia pendidikan. Terbatasnya ketersediaan lahan dalam pendirian sekolah di perkotaan, disebabkan oleh pesatnya pembangunan pada berbagai sektor sehingga menyebabkan kondisi lingkungan sekolah yang beragam dan terjadi di SMA Negeri di kota Bogor. Beberapa lokasi SMA Negeri di kota Bogor berada pada lokasi yang kurang sesuai sebagai area yang semestinya dapat memberikan suasana kondusif yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan berpotensi menimbulkan kebisingan. Penelitian ini dilakukan di 10 lokasi SMA Negeri di kota Bogor dengan variabel penelitian yakni sebaran sekolah, jarak dengan jalan raya dan fasilitas, kepadatan penduduk dan tingkat kepemilikan kendaraan di sekitar lokasi sekolah. Hasil pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan sekolah digunakan dalam menganalisis dampak kebisingan tersebut terhadap siswa sekolah, dengan banyaknya responden pada setiap sekolah sebanyak 64 siswa menggunakan teknik kuesioner skala likert yang berisi pengetahuan siswa terhadap kebisingan, gangguan komunikasi, gangguan emosional, dan gangguan konsentrasi, dan hasilnya tingkat kebisingan tertinggi berada pada sekolah di lingkungan pusat kota dan area terbangun, yaitu SMA Negeri 1 kota Bogor, SMA Negeri 3 kota Bogor dan SMA Negeri 9 kota Bogor, adapun siswa yang teridentifikasi mengalami dampak kebisingan tertinggi berupa gangguan komunikasi dan gangguan emosional dirasakan oleh siswa SMA Negeri 1 kota Bogor, dan gangguan konsentrasi tertinggi dirasakan oleh siswa SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 9 kota Bogor.

Educational facilities serve as essential equipment and support that play a crucial role in the advancement of the education sector. Limited land availability for school establishment in urban areas is a result of rapid development across various sectors. This leads to diverse environmental conditions in schools, particularly in State High Schools located in the city of Bogor. Several public high school locations in Bogor are situated in areas that are unsuitable for providing a conducive learning atmosphere due to potential noise disturbances. This study was conducted across 10 public high school locations in Bogor, focusing on variables such as school distribution, proximity to roads and facilities, population density, and surrounding vehicle ownership levels. The study aims to analyze noise levels in school environments and their impact on students. The research involved 64 students from each school, using a Likert scale questionnaire to assess students' awareness of noise, communication disruptions, emotional disturbances, and concentration disorders.The findings reveal that the highest noise levels are observed in schools located in central and densely populated areas, namely SMA Negeri 1 Bogor City, SMA Negeri 3 Bogor City, and SMA Negeri 9 Bogor City. High school students from SMA Negeri 1 Bogor City reported experiencing the highest impact of noise in terms of communication disruptions and emotional disturbances. Additionally, students from SMA Negeri 5 and SMA Negeri 9 Bogor City reported the highest levels of concentration disturbances."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rani
"Pajanan bising di tempat kerja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi pendengaran seseorang. PT. Indomobil Suzuki International (PT. ISI) Plant Cakung sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif khususnya dalam memproduksi dan merakit komponen-komponen engine kendaraan roda dua dan roda empat dalam jumlah yang besar setiap harinya, tidak terlepas dari pajanan bising akibat penggunaan mesin mesinindustri yang mengeluarkan bising dalam setiap proses produksi.
Section Produksi Assembling (2W) merupakan salah satu section di PT. ISI Plant Cakung yang memiliki pajanan bising yang berpotensi menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerjanya. Berdasarkan data pengukuran kebisingan ruang kerja Bulan Maret tahun 2008, beberapa area kerja di section ini, khususnya area pencucian crank case Assembling Line 1 dan Sub Assy Crank Shaft memiliki tingkat bising > 85 dBA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat dosis pajanan bising harian yang diterima pekerja dan keluhan pendengaran yang dirasakan pekerjaselama bekerja di section tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan di PT. ISI Plant Cakung khususnya di section produksi Assembling (2W), yang berlokasi di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2008 selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses perakitan komponen engine kendaraan bermotor roda dua yaitu operator perakitan di Assembling Line 1, 2, 3, 4, dan Sub Assy Crank Shaft,dengan besar sampel sebanyak 146 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran dosis pajanan bising pada pekerja, yang secara langsung dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat ukur Noise Dosimeter Quest-400 dan pembagian kuisioner kepada pekerja yang telah dinyatakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum PT. ISI Plant Cakung beserta alur proses produksi dan deskripsi lokasi penelitian, aktivitas kerja, waktu kerja, shift kerja, dan jumlah pekerja secara keseluruhan, yang diperoleh dari dokumen tertulis dan Indomobil Suzuki Operational Standard (ISOS) yang terdapat di Section Produksi Assembling (2W).
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu nilai dosis pajanan bising harian pada seluruh sampel pekerja yang diukur, melebihi 100 %. Terdapat sekitar 21,9 % pekerja yang dijadikan sebagai sampel penelitian, mengalami keluhan pendengaran subjektif. Jenis keluhan pendengaran yang secara subjektif sering dirasakan oleh pekerja adalah telinga berdenging, kesulitan berkomunikasi baik secara langsung maupun melalui telepon, dan perbedaan persepsi daya dengar antara sebelum dan sesudah bekerja. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan pendengaran yang dirasakan pekerja pada masing-masing area kerja adalah usia dan masa kerja. Saran-saran yang dapat diberikan peneliti dalam menurunkan kejadian keluhan pendengaran pada pekerja akibat pajanan bising ini adalah dengan menerapkan Program Pemeliharaan Pendengaran (Hearing Conservation Programme)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afriman Djafri
"Kebisingan merupakan risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja yang kemungkinan timbulnya penyakit terkait kerja (work related diseases) disebabkan oleh suatu faktor yang berasal dari tempat kerja dalam bentuk gangguan kesehatan, penyakit, kecelakaan, cacat, dan kematian. Pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, di dalamnya ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebesar 85 dBA sebagai intensitas tertinggi dan merupakan nilai yang masih dapat diterima oleh pekerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Data Tahun 2000 di Amerika Serikat menunjukkan lebih dari 9 juta pekerja setiap hari terpajan kebisingan sebesar 85 dBA. Ada sekitar 5,2 juta pekerja terpajan kebisingan > 85 dBA pada Manufacturing dan Untilities atau sekitar 35 % dari total pekerja pada industri manufacturing di Amerika. Departemen pekerja Amerika memperkirakan ada 19,3 % pekerja pada manufacturing dan untilities terpajan kebisinganSOH 90 dBA, 34,4 % terpajan kebisingan > 85 dBA dan 53,1 % terpajan kebisingan > 80 dBA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri pada 103 orang pekerja di perusahaan PT. Sanggar Sarana Baja ditemukan adanya penurunan status pendengaran pada frekuensi 4000 Hz sebanyak 52,4 %, terlihat bahwa separuh pekerja dari sampel yang diperiksa pada penelitian ini telah mengalami gangguan fungsi pendengaran tidak normal.
PT. Sanggar Sarana Baja adalah salah satu perusahaan berspesialisasi dalam desain dan manufaktur dari peralatan-peralatan proses, fabrikasi baja umum, dan pemeliharaan dan konstruksi untuk minyak dan gas, petrokimia dan industri pembangkit listrik yang beroperasi sejak tahun 1977. Produk permintaan tinggi lainnya yaitu Vessel Pressure, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. Dalam proses kerjanya perusahaan ini menggunakan mesin yang menimbulkan suara yang cukup keras seperti mesin welding, Mechining, bending, rolling, setting dan alat tersebut dioperasikan oleh pekerja, sehingga para pekerja setiap harinya akan terpapar oleh suara bising tersebut, hal ini bagi pekerja/karyawan PT. Sanggar Sarana Baja dapat berpeluang untuk terganggu oleh suara tersebut Besarnya risiko kesehatan yang disebabkan suara bising pada masyarakat khususnya pada karyawan / pekerja dapat berpeluang terhadap gangguan fungsi pendengaran.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran pada pekerja pabrik di PT. Sanggar Sarana Baja tahun 2010.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan studi yang digunakan Cross Sectional, yaitu melakukan pengamatan dan wawancara pada subyek penelitian dan diikuti pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 di bagian/unit kerja produksi PT. Sanggar Sarana Baja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, tingkat pajanan kebisingan PT. Sanggar Sarana Baja melebihi nilai ambang batas yang telah di tetapkan, yaitu berkisar antara 82 dB(A) - 89 dB(A) di bagian/unit kerja produksi. Tingkat pajanan kebisingan tertinggi terdapat di unit/bagian kerja/seksi area Vessel II yaitu 89 dB(A) dan tingkat kebisingan terendah yaitu di unit/bagian kerja/seksi area Engineering dan terdapatnya hubungan antara Tingkat pajanan kebisingan dengan fungsi pendengaran.
Berdasarkan hasil penelitian, perlunya peranan Pihak perusahaan agar mengembangkan program pengendalian kebisingan yang telah ada dengan penerapan komponen Hearng loss Prevention Program (HLPP) sebagai upaya meminimalisasi pajanan kebisingan yang diterima oleh pekerja sampai ke titik dimana bahaya terhadap pendengaran dapat dikurangi atau dihilangkan. Contoh; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering control, dan administrative control.

Noise is a health risk for workers in the possibility of work-related illness (work related diseases) is caused by a factor derived from the workplace in the form of health problems, illness, accident, disability, and death. The Government has issued Decree No Minister of Labor. Kep-51/MEN/1999 about Threshold Limit Value (TLV) of physical factors in the workplace, in which established Threshold Limit Values (TLV) of 85 dBA noise as the highest intensity and a value that can still be accepted by the workers without causing disease or disorder health in their daily work for a period not exceeding eight hours per day or 40 hours a week.
Data Year 2000 in the United States showed more than 9 million workers daily exposed to noise at 85 dBA. There are about 5.2 million workers exposed to noise> 85 dBA at the Manufacturing and Untilities or approximately 35% of the total workers in manufacturing industry in America. United workers Department estimates there are 19.3% of workers in manufacturing and untilities SOH 90 dBA noise exposure, 34.4% exposed to noise> 85 dBA and 53.1% exposed to noise> 80 dBA.
Based on the results of audiometry in 103 people working in the company of PT. Sarana Baja studio found a decrease in hearing status on the frequency 4000 Hz were 52.4%, showed that half the workers from the sample examined in this study had impaired hearing function is not normal.
PT. Sanggar Sarana Baja is one company specializing in the design and manufacturing of process equipment, general steel fabrication, and maintenance and construction services to oil and gas, petrochemical and power industries operating since 1977. Other high demand products are Pressure Vessel, Glycol Dehydration Packages, CO2 Removal Plants, and Heater Treatment Package. In the process his company uses the machines that create a loud enough voice like welding machines, Mechining, bending, rolling, setting and the equipment operated by workers, so workers will be exposed to everyday noises such, this is for the workers / employees of . Steel Facility workshop can expect to distracted by the voice. The magnitude of health risks caused by noise in the society especially in the employee / worker can expect to auditory dysfunction.
The purpose of this study is to determine the correlation between noise exposure on hearing function of factory workers in PT. Sanggar Sarana Baja 2010. This study was a descriptive study was analytic approach used in study design was cross sectional, that is to make observations and interviews on the subject of research and followed by measuring the intensity of noise in the workplace. When the study was conducted in April-May 2010 in unit of PT Sanggar Sarana Baja.
The results showed that noise exposure level of PT Sanggar Sarana Baja exceeds the threshold value that has been on the set, ranging from 82 dB (A) - 89 dB (A) in the unit of production. Have the highest noise exposure levels in the unit / working part / section II Vessel area that is 89 dB (A) and the lowest noise level that is in the unit / working part / section area of Engineering and the presence of the relationship between the level of noise exposure on hearing function.
Based on this research, the need for companies to develop the role of party noise control programs that already exist with the implementation of component loss Hearng Prevention Program (HLPP) in an effort to minimize the noise exposure received by workers to the point where the danger of hearing loss can be reduced or eliminated. Example; HLPP audit, Audiometric Evaluation, engineering controls, and administrative control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T29375
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nugroho Setiyadi
"ABSTRAK
Nama : Ari Nugroho SetiyadiNPM : 1406505494Program Studi : Ilmu GeografiJudul : Pola Spasial Tingkat Kebisingan Di Lingkungan Pendidikan Studi Kasus: SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta Kebisingan merupakan bagian dari kondisi lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan antara manusia dan lingkungannya. Kebisingan di lingkungan pendidikan yang berada di Kecamatan Tanah Abang bersumber dari lalu lintas yang berdekatan dengan SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola spasial tingkat kebisingan dan membandingkan nilai kebisingan di SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta, berdasarkan faktor-faktor fisik seperti: kendaraan bermotor, fasilitas umum, dan karakteristik bangunan sekolah. Penentuan tingkat kebisingan melalui pendekatan spasial dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis GIS dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukan tingkat kebisingan di SMA Negeri 24 Jakarta melebihi ambang batas baku >55 dB yang telah ditetapkan untuk lingkungan pendidikan. Untuk tingkat kebisingan di SMA Negeri 35 Jakarta, masih sesuai dengan batas baku yang ditetapkan

ABSTRACT
Name Ari Nugroho SetiyadiNPM 1406505494Major GeographyTitle Spatial Pattern Noise in Environmental Education Case Study SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta Noise is part of the environmental conditions that need serious attention because it could affect the balance between human life and the environment. The noise in the educational environment is in Tanah Abang sourced from traffic adjacent to SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta. The purpose of this study to determine the spatial patterns and comparing the value of the noise level of noise in SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta, based on physical factors such as motor vehicles, public facilities, and the characteristics of the school building. Determining the level of noise through the spatial approach by utilizing Geographic Information Systems GIS and statistical analysis. The results showed noise levels in SMA Negeri 24 Jakarta exceed standard limits 55 dB that have been assigned to the educational environment. For noise levels in SMA Negeri 35 Jakarta, still in accordance with the specified standard limits "
2017
T47292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kurniawati
"Kebisingan lalu lintas menjadi sumber utama dari kebisingan yang ada di perkotaan. Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Paparan kebisingan dapat meningkatkan kerusakan fisik yang dinilai sebagai bahaya kesehatan seperti risiko penyakit kardiovaskuler. Paparan jangka panjang dari kebisingan transportasi telah terbukti berhubungan dengan prevalensi kejadian hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyakit pembuluh darah yang sering tidak menimbulkan gejala, disebut silent killer. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kebisingan lalu lintas di pelabuhan Tanjung Priok dengan terjadinya hipertensi pada petugas pelabuhan tahun 2015. Desain studi yang digunakan adalah studi crossectional dengan populasi adalah petugas operasional pelabuhan Tanjung Priok. Subjek penelitian ini adalah petugas operasional pelabuhan Tanjung Priok yang terpajan bising sejumlah 178 orang. Hasil analisa multivariat didapatkan bahwa petugas pelabuhan yang terpapar kebisingan >70 dBA berisiko 2,249 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan petugas pelabuhan yang terpapar kebisingan ≤70 dBA dengan dikontrol oleh variabel usia, status perkawinan, status gizi dan jam kerja responden. Penyakit hipertensi pada petugas pelabuhan Tanjung Priok dapat terjadi karena tingkat kebisingan lalu lintas yang melebihi NAB, usia pekerja yang lebih dari 39 tahun, status gizi berlebih dan jam kerja yang lama sehingga perlunya upaya-upaya untuk menurunkan morbiditas hipertensi pada petugas pelabuhan dengan melakukan penamanan pohon untuk mereduksi suara bising, melakukan olahraga secara rutin, memperbaiki pola makan, dan memenuhi waktu kerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang.

The traffic noise was a major source of noise in urban areas. It was one of the factors that may influence public health. It is become a health hazard as its exposure may physically damaging. For example, the risk of cardiovascular disease. It has been proven that there is a relationship between long-term exposures of traffic noise with the prevalence of hypertension. Hypertension is one of blood vessels diseases without symptoms and called the silent killer. This study aims to examined the relationship between traffic noise at the Tanjung Priok port and the prevalence of hypertension amongst the port officers in 2015. A cross sectional studied was assigned in this study. 178 Tanjung Priok port operations officer who are exposed to noise were asked to complete self-administered questionnaires to gain the respondents characteristics and to undergone physical assessment to gain their health data. After controlled by the variable age, working hours, marital and nutritional status of the respondents, the multivariate analysis shows that the officers who are exposed with > 70 dBA noise are 2.249 times higher the risk of suffering from hypertension compared to the port officials who are exposed to noise ≤70 dBA. The hypertension disease suffered by Tanjung Priok port officers occur due to traffic noise levels that exceed the NAB, workers aged over 39 years, excessive nutritional status and working hours. Therefore, there was need to reduce noise in order to the morbidity of hypertension suffered by the port officers. It can be done by planting trees, regular exercise, managing diet, and work at as the stipulated hours in the Act."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linardita Ferial
"Aktivitas di terminal berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan antara lain kebisingan. Tingkat kebisingan yang tinggi berpotensi untuk terjadinya gangguan kesehatan bagi manusia khususnya gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat kebisingan terhadap gangguan pendengaran penduduk di lokasi pemukiman sekitar Terminal Pakupatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada enam pemukiman di sekitar Terminal Pakupatan, Kota Serang, Provinsi Banten pada Januari-Mei 2018. Besar sampel sebanyak 100 orang dengan metode proposional random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan di lokasi pemukiman sekitar Terminal Pakupatan mencapai 81,09 dB dimana telah melewati baku mutu kebisingan yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 sebesar 55 dB. Variabel confounding yaitu umur, riwayat penyakit, status bekerja, konsumsi rokok, konsumsi alkohol dan lamanya tinggal. Masyarakat yang tinggal di lokasi dengan tingkat kebisingan lebih dari 55 dB memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di lokasi dengan tingkat kebisingan kurang dari 55 dB 3,39; 0,61-26,91, setelah dikontrol oleh jenis pekerjaan dan lama tinggal sehingga perlu adanya upaya pencegahan rambatan bising kepemukiman dengan menerapkan jalur hijau atau penanaman pohon.

potential to cause environmental pollution, such as noise. High noise levels have the potential to cause health problems for humans especially hearing loss. This study aimed to identify the relationship between noise level to hearing loss in residential locations around Pakupatan Bus Station. This study used cross sectional study design in six settlements around Pakupatan Bus Station, Serang City, Banten Province conducted in January May 2018. The number of samples is 100people with proportional random sampling method.
The results of the analysis showed that the noise level at the residential area around Pakupatan Bus Station reached 81.09dB where it has passed the noise quality standard based on the Decree of the Minister of the Environment Number 48 Year 1996 of 55 dB and found that people exposed to noise ge 55dB have lower risk compared to people exposed to noise.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, faktor karakteristik pekerja (usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat diabetes, riwayat hipertensi), dan faktor perilaku pekerja (penggunaan APT dan perilaku merokok), dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining PT X tahun 2019. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang pekerja bagian refining. Data gangguan pendengaran pada pekerja diperoleh dari hasil Medical Check Up rutin yang dilakukan oleh perusahaan, sedangkan data tingkat kebisingan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan Sound Level Meter di area kerja bagian refining. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), masa kerja (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747, dan perilaku merokok (OR 7,8; 95% CI: 0,925-65,747) dengan gangguan pendengaran pada pekerja bagian refining. Selain itu, didapatkan rata-rata tingkat kebisingan yang berbeda pada setiap unit kerja bagian refining, yakni unit kerja Peleburan sebesar 87,08 dBA, Pemurnian Perak sebesar 89,04 dBA, Pemurnian Emas sebesar 83,25 dBA, dan Waste Management sebesar 77,85 dBA.

This study aims to analyze noise level, characteristics of worker (age, work period, work duration, history of diabetes, history of hypertension), worker behaviour (use of ear protector and smoking behaviour) with hearing loss among refining unit workers at PT X in 2019. A cross-sectional study was conducted involving 66 refining workers. Data on hearing loss among workers are obtained from the results of routine medical check up conducted by the company, while noise level data is obtained through direct measurement using the Sound Level Meter in the refining section work area. Chi Square test results showed that there was a significant relationship between age (OR 7; 95% CI: 1,608-30,474), work period (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747, and smoking behavior (OR 7.8; 95% CI: 0.925-65,747) with hearing loss among refining workers. In addition, different noise levels were obtained for each refining work unit, the Smelting work unit was 87.08 dBA, Silver Refining was 89.04 dBA, Gold Refining was 83.25 dBA, and Waste Management was 77, 85 dBA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Khoirotin Novaisa
"Kebisingan merupakan salah satu bahaya fisik di tempat kerja yang memiliki risiko terhadap terjadinya gangguan pendengaran kepada pekerja. Diantara beberapa sektor industri, konstruksi merupakan industri yang memiliki kebisingan dalam pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebisingan serta hubungan karakteristik dan perilaku pekerja terhadap gangguan pendengaran pada pekerja. Pada penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 106 pekerja dan pengukuran titik kebisingan pada 30 titik yang tersebar pada area konstruksi. Berdasarkan pengukuran kebisingan yang dilakukan, rentang kebisingan pada lokasi konstruksi BUMN Center ialah 67.9 – 100.8 dBA dan kejadian ganggguan pendengaran pada pekerja sebesar 44.3%. Uji Mann- Whitney U Test dilakukan pada variabel tingkat kebisingan dan gangguan pendengaran dan menunjukkan hasil tidak adanya perbedaan signifikan tingkat kebisingan terhadap gangguan pendengaran pada pekerja (p=0.904). Adapun pada variabel karakteristik dan perilaku pekerja, hanya usia yang memiliki hubungan signifikan dengan gangguan pendengaran (p=0.000) dengan OR 7.8. Penelitian ini menemukan adanya tingkat kebisingan yang melebihi NAB dan pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, sehingga disarankan untuk adanya tindakan pencegahan dan meminimlaisir risiko dengan prinsip kontrol hirarki.

Noise exposure is one of the physical hazards in the workplace that can cause of hearing loss to workers. Among some industrial sectors, construction sector has a lot of noise in its workplace. The study aimed to analysis the differences in noise intensity and the association between characteristics and behavior to hearing loss among construction workers Gedung BUMN Center. The study used cross-sectional study design with 106 respondents and measurements of noise points at 30 points spread across the construction area. Based on noise measurements, the noise range at the construction site of the BUMN Center is 67.9 - 100.8 dBA and the incidence of hearing disorders in workers is 44.3%. The Mann-Whitney U Test was conducted on variable noise levels and hearing loss and showed results no significant differences in noise levels and hearing loss among workers (p=0.904). As for the characteristic variables and behavior of workers, only age has a significant association with hearing loss (p=0.000) and OR 7.8. This study found that there was a noise intensity that exceeded NAB and workers with hearing loss, so minimze the risk with hierarchy control is recommended as preventive action."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>