Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kawira, Jack David
"ABSTRAK
Pelayanan misi Nommensen merupakan suatu kegiatan luar biasa akan penginjilan dialogis dan lintas budaya. Keinginannya mempelajari budaya orang Batak toba dan bahasa Batak telah menajamkan kepekaannya akan budaya di dalam penginjilan yang membuat pelayanan misinya berhasil. Dalam artikel ini, konsep Alkitabiah akan mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dalam pemikiran Nommensen akan diteliti dan dibandingkan dengan pengertian orang orang Batak Toba dalam empat dimensi dari kepercayaan, kepemilikan, kebiasaan, dan pengalaman. Selanjutnya, bagaimana pendekatan dialogis Nommensen dapat menyampaikan konsep ini dengan baik di dalam komunitas Batak toba yang selalu hidup di dalam peperangan akan dibahas."
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2018
230 JTRI 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sujiwo Tejo (Agus Hadi Sudjiwo), 1962
Yogyakarta: Bentang, 2018
899.221 SUJ s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Swerys Deviasi Pidjath
"ABSTRAK
Sebagai sebuah pusat terapi dan rehabilitasi milik Badan Narkotika Nasional, yang merupakan focal point terhadap pencegahan, pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan narkoba (P4GN), Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi (BKSPS) dituntut agar dapat terus memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan pemerintah pada umumnya serta masyarakat pada khususnya. Karena itulah, penulis tertarik untuk meneliti Persepsi tentang Aspek-aspek organisasi yangberhubungan dengan kualitas pelayanan lewat 7s McKinsey framework (strategy, structure, system, staff, skiff, style dan shared value) terhadap kualitas pelayanan menurut Service Quality (Zeithami,Valerie, et al, 1990) dengan dimensi pelayanan yaitu tangibility, reliability, responsiveness, assurance dan empathy di BKSPS.

Penelitian ini melihat hubungan yang terjadi antara aspek-aspek organisasi tersebut terhadap kualitas pelayanan melalui korelasi. Uji empiris terhadap data penelitian dilakukan dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS (Statistical Product for Service Solution) versi 12. 0. Besarnya koefisien hubungan antara Aspekaspek organisasi yang berhubungan dengan kualitas pelayanan terhadap kualitas pelayanan sebesar +0.752, yang artinya, Aspek-aspek organisasi yang berhubungan dengan kualitas pelayanan berhubungan kuat terhadap kualitas pelayanan. Nilai F test sebesar 81,871 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 menunjukkan bahwa variabel Aspek-aspek organisasi yang berhubungan dengan kualitas pelayanan secara signifikan mempengaruhi kualitas pelayanan. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dari 56,5% pengaruh Aspek-aspek organisasi yang berhubungan dengan kualitas pelayanan, masing-masing faktor memberikan sumbangan efektif terhadap kualitas pelayanan sebagai berikut: aspek staff memberikan sumbangan sebesar 29,6%; aspek shared value memberikan sumbangan sebesar 10,2%; aspek sistem memberikan sumbangan sebesar 7,8%; aspek skill memberikan sumbangan sebesar 6,8%; aspek strategy memberikan sumbangan sebesar 2,3%; aspek style memberikan sumbangan sebesar 1 ,7%; aspek structure memberikan sumbangan sebesar -1,8%.

Aspek staf paling dominan mempengaruhi kualitas pelayanan terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, maka kualitas pelayanan yang baik dapat diberikan oleh penyedia jasa pelayanan kepada para pengguna jasanya bila penyedia jasa pelayanan tersebut memiliki sumber daya manusia yang baik.

Dengan demikian, untuk melaksanakan pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu bagi korban penyalahgunaan narkoba , BKSPS perlu melakukan peningkatan kualitas SDM secara berkesinambungan melalui pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan teknis, peningkatan ketrampilan lewat magang pada panti-panti rehabilitasi dan mengadakan studi banding ke pusat-pusat rehabilitasi di luar negeri. Melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan permasalahan tentang pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu, agar memacu perkembangan tempat pelayanan terapi dan rehabilitasi yang lebih komprehensif dalam menangani korban penyalahgunaan narkoba. Pimpinan juga harus segera membuat sebuah pola penilaian/daftar penilaian prestasi pegawai bagi para staf yang kemudian tisa dijadikan dasar dalam pemberian insentif bagi para staf secara adil dan proporsional dan pada akhirnya lebih memacu staf untuk memberikan pelayanan terbaik kepada klien BKSPS.

"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kartika
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian umpan balik dari penerima surat terima kasih terhadap kebahagiaan pengirimnya. Ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa menulis surat terima kasih dapat meningkatkan kebahagiaan (Seligman et al., 2005; Toepfer et al. 2012), tetapi belum meneliti pengaruh waktu pemberian umpan balik dari penerima surat. Partisipan sejumlah 45 mahasiswa diminta membuat serta menyampaikan satu surat terima kasih setiap pekannya selama tiga minggu dan secara acak dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan waktu pemberian umpan balik dari penerima surat, yakni kelompok umpan balik langsung (n = 22) dan tertunda (n = 23).
Hasil penelitian mendukung hipotesis, yakni peningkatan kebahagiaan dari saat sebelum dan setelah periode penelitian pada kelompok umpan balik langsung lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok umpan balik tertunda, t (43) = 2,207, p < 0,05 (one-tailed), r2 = 0,1017. Dibandingkan umpan balik tertunda, partisipan yang menerima umpan balik langsung terpengaruh dan mempengaruhi emosi penerima surat secara timbal balik. Partisipan juga secara segera memperoleh penguat berupa ungkapan syukur kembali dari penerima surat, sehingga berdasarkan prinsip belajar dapat meningkatkan keinginan untuk memunculkan tingkah laku yang sama di kemudian hari.

The aim of this study is to know the effect of delayed feedback from receiver of gratitude letter towards sender?s happiness. This study is the continuation of the previous researches that showed writing a gratitude letter can increase happiness (Seligman et al., 2005; Toepfer et al. 2012), but had not yet investigated the effect of delayed feedback from receivers. 45 college participants were asked to write and deliver one gratitude letter every week for three weeks and were randomly assigned to two experimental groups based on the moment of feedback from receivers, direct (n=22) or delayed (n=23).
The result of this study supports the hypothesis that the gained score of happiness of direct feedback group from before and after the experiment is higher than delayed feedback group, t (43) = 2,207, p < 0,05 (one-tailed), r2 = 0,1017. Compared to delayed feedback group, participants in direct feedback group can be affected by and influence receivers? emotion reciprocally. Participants also receive reinforcers such as expressions of gratitude in return from receivers immediately, and thus in accordance with learning principle, can increase the emergence of the same behavior in the future.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Ika Dian Oriza
"Memberikan sesuatu sebelum meminta memperbesar peluang untuk dikabulkan. Kebanyakan penelitian menggunakan pemberian dan permintaan yang bersifat normatif. Belum diketahui kesediaan mengabulkan jika pemberian ataupun permintaan kontranormatif. Tiga studi eksperimental dilakukan untuk memeriksa manakah di antara tipe pemberian dan tipe permintaan yang berpengaruh terhadap kesediaan mengabulkan. Penelitian ini juga memeriksa dua mekanisme potensial yang berperan dalam kesediaan mengabulkan, yaitu terima kasih dan utang budi. Studi pertama bertujuan untuk mengetahui efek biaya pemberian (low-cost, medium-cost, hi-cost) dan sifat permintaan (normatif vs. kontranormatif) terhadap kesediaan mengabulkan. Ditemukan semakin tinggi biaya, semakin dikabulkan pemberian. Studi kedua bertujuan menguji efek sifat pemberian (normatif vs. kontranormatif) dan sifat permintaan (normatif vs. kontranormatif) terhadap kesediaan mengabulkan. Hasil menunjukkan orang yang menerima pemberian kontranormatif, lebih bersedia mengabulkan permintaan. Meskipun demikian, permintaan normatiflah yang cenderung dikabulkan. Hasil juga menunjukkan semua pemberian (baik normatif maupun kontranormatif) menimbulkan rasa terima kasih dan utang budi. Ada indikasi utang budi memprediksi kesediaan mengabulkan permintaan normatif. Studi ketiga bertujuan untuk mengetahui respon emosi manakah (terima kasih vs. utang budi) yang berpengaruh terhdap kesediaan mengabulkan. Utang budi memprediksi kesediaan mengabulkan permintaan kontranormatif. Dapat disimpulkan, pemberian biaya tinggi dan pemberian kontranormatif meningkatkan kesediaan mengabulkan meskipun orang cenderung mengabulkan permintaan yang normatif saja. Utang budilah yang berperan dalam kesediaan mengabulkan permintaan normatif dan kontranormatif.

Studies have suggested that giving favor before asking for a request is more effective that request alone. Experiments have showed consistent results, in which favor and request exemined were limited to procosial-normative favor and request only. Little is known on how much a person is willing to comply to request that violates the norms after benefit from favor that also violates the norms (counternormative). Three experiments were conducted to investigate the types of favor and types of request that influence compliance. These experiments examined two potential mechanism contributed to compliance: gratitude and indebtedness. Experiment one was conducted to examine the effect of favor cost (low-cost, medium-cost, hi-cost) and type of request (normative and counternormative request) on compliance. Results found that the favor cost increased the compliance. Experiment two was conducted to examine the effect of type of favor (normative and counternormative favor) and type of request (normative and counternormative request) on compliance. The result found that counternormative favor increased compliance. However, normative request tended to be granted. Results also suggested that all favor evoked gratitude and indebtedness, however only indebtedness predicted compliance toward normative request. Experiment three was conducted to examine the role of gratitude and indebtedness on compliance. Results suggested that indebtedness predicted compliance toward counternormative request. In conclusion, hi-cost and counternormative favor increased compliance. Normative request was more to be granted than counternormative request. Indebtedness was found as a predictor for compliance toward normative as well as counternormatif request. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gies Andika
"Kebahagiaan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Terdapat berbagai macam dampak ppositif yang didapatkan jika individu dalam keadaan bahagia. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara belas kasih diri dan kebahagiaan pada emerging adulthood. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam jenis korelasional karena melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel belas kasih diri dan kebahagiaan. Adapun responden pada penelitian ini merupakan emerging adulthood (N=264) yang memiliki rentang usia 18-29 tahun berjumlah 264 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Cara mendapatkan responden dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu convenience sampling atau accidental sampling. Belas kasih diri diukur dengan menggunakan alat ukur Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), sedangkan kebahagiaan diukur dengan menggunakan Subjective Happiness Scale (SHS). Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa belah kasih diri berkorelasi positif dengan kebahagiaan pada emerging adulthood (r=0,471, n=264, p<0,01, two tails). Artinya semakin tinggi belas kasih diri seseorang maka kebahagiaannya juga tinggi.

Happiness is an important thing for human life. There are various kinds of positive impacts that can be obtained if the individual is happy. This study aims to look at the relationship between self-compassion and happiness in emerging adulthood. Based on the objective, this study is a correlational type because it sees the relationship between two variables, namely the variables of self-compassion and happiness. As for the respondents in this study were emerging adulthood (N = 264) which had an age range of 18-29 years totaling 264 people from various regions in Indonesia. How to get respondents using non-probability sampling techniques, namely convenience sampling or accidental sampling. Self-compassion is measured using the Self Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) measurement tool, while happiness is measured using the Subjective Happiness Scale (SHS). Findings from the study showed that self-compassion was positively correlated with happiness in emerging adulthood (r =0,471, n= 264, p<0,01, two tails). This means that the higher one's self-compassion, the higher one's happiness"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmalina
"Karya ini menampilkan pandangan Tolstoj terhadap hukum dan penerapannya yang berlaku baik dalam masyarakat maupun negara Rusia. Pada saat itu terdapat kehancuran dalam sistem hukum dan peradilan Rusia, dimana baik masyarakat maupun negara sating menghakimi satu sama lain. Melalui konsep umum dialektika yang terdiri dari tiga proses utama yakni tesis, antitesis, dan sintesis permasalahan ini dapat diungkap. Tesis dan antitesis merupakan sesuatu yang sating bertentangan yang direpresentasikan oleh masyarakat dan negara, dimana masyarakat menentang kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh negara dalam bidang peradilan dan hukum. Masalah ini bermuara pada sebuah solusi yang menjadi sintesa terhadap tesis dan antitesis. Sintesa tersebut berupa sebuah konsep hukum yang dilandaskan pada cinta kasih yang dikemukakan oleh Tolstoj. Dalam cinta kasih, Tolstoj tidak memihak pada apa yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun negara. Solusi yang ditawarkan oleh Tolstoj pada masaf%h kehancuran peradilan ini adalah bahwa pada dasarnya manusia tidak akan sating *rnenghakimi dan saling mencari-cari kesalahan satu sama lainnya jika di dalam diri mereka diisi dengan cinta dan kasih sebelum melihat kesalahan seseorang"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S15082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setyaningsih
"ABSTRAK
Kim dkk (2010) membuktikan bahwa self-enhancement pada domain kinerja
berdampak buruk terhadap subjective well-being (SWB). Penelitian ini akan
menguji apakah self-enhancement pada trait juga akan menunjukkan hasil yang
sama. Penelitian ini juga bertujuan menguji apakah emosi terima kasih
memoderasi hubungan antara meninggikan atau merendahkan diri dengan SWB.
137 partisipan diberi umpan balik palsu dan manipulasi terima kasih, kemudian
mengisi kuesioner SWB. Hasilnya, hanya terima kasih yang terbukti signifikan
dalam memprediksi tingkat kepuasan hidup, positif afek dan SWB secara
keseluruhan. Dugaan bahwa terima kasih memoderasi hubungan antara self-
enhancement atau self-effacement tidak terbukti.

ABSTRACT
Kim et al. (2010) proved that the self-enhancement in the performance domain
had negative impact on well-being (SWB). This study will test whether self-
enhancement on the trait will show the same results as Kim et al (2010). The
study also aims to examine whether gratitude emotion moderate the relationship
between self-enhancement or self-effacement with SWB. 137 participants were
given false feedback and gratitude manipulation, then fill out a SWB?s
questionnaire. As a result, only gratitude that proved significant in predicting the
level of life satisfaction, positive affect and overall SWB. Prediction that gratitude
moderate the relationship between self-enhancement or self-effacement to SWB is
not proven.

"
2013
T32712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Mirza
"Penelitian ini bertujuan melihat peran pemimpin dan tipe organisasi dalam perkembangan sebuah organisasi koperasi yang dilihat dengan menggunakan tipe organisasi normative-utilitarian menurut Amitai Etzioni. Sebagai suatu organisasi skala kecil, koperasi membutuhkan banyak aspek yang saling mendukung demi keberlangsungannya. Beberapa diantaranya adalah partisipasi anggota, kualitas pengelola dan anggota, aspek modal usaha dan kualitas managerial. Koperasi tidak hanya berperan sebagai organisasi bisnis tetapi juga organisasi sosial tentu saja banyak aspek-aspek sosial yang berperan di samping aspek managerial yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu aspek tradisi dan budaya lokal masyarakat, dan modal sosial. Aspek-aspek tersebut telah dikonfirmasi oleh penelitian sebelumnya bahwa memiliki dampak positif pada keberlangsungan sebuah organisasi koperasi. Keberadaan aspek yang telah disebutkan sebelumnya akan kurang maksimal jika pemimpin dari organisasi tersebut tidak berperan aktif dalam keberlanjutan koperasi yang kemudian juga didukung dengan tipe organisasi yang tepat. Berdasarkan temuan penelitian yaitu pemimpin yang mendorong karyawannya untuk terus berkembang dan juga tipe organisasi yang dibentuk oleh pemimpin merujuk pada tipe organisasi normative-utilitarian sangat efektif untuk diterapkan di organisasi koperasi. Pemimpin yang menerapkan pengendalian dan penghargaan pada karyawan yang merujuk pada tipe organisasi normative- utilitarian berpotensi untuk dapat menrtabilkan kebutuhan organisasi dan juga kebutuhan karyawan. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kasih Indonesia di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Dalam melakukan wawancara mendalam, peneliti memilih informan dengan teknik purposive sampling.
Abstract This study examines the role of the leader and the type of organization in the development of a union organization that is viewed by using normative-utilitarian type of organization according to Amitai Etzioni. As a small-scale organization, unions need a lot of aspects of mutual support towards continuity. Some of them are members of participation, quality managers and members, aspects of venture capital and managerial qualities. Unions not only act as a business organization but also the social organization, of course many social aspects that play a role in addition to the managerial aspect previously mentioned, the traditions and cultural aspects of the local community, and social capital. These aspects have been confirmed by previous studies that have a positive impact on the sustainability of a union organization. Based on research findings that leaders who encourage their employees to continue to grow and also the type of organization that was formed by leaders refer to the normative-utilitarian type of organization is very effective for application in the union organization. Leaders who implement the control and rewards to employees who refer to the normative-utilitarian type of organization have the potential to be able to stabilize the organization's needs and also the needs of employees. This research was conducted in Koperasi Kasih Indonesia in the area Cilincing, North Jakarta. Data collection techniques used are in-depth interviews and observation. In conducting in-depth interviews, the researchers chose the informant by purposive sampling technique."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stebby Julionatan
"Hukum Kasih dalah ajaran utama Kekristenan. Dengan Hukum Kasih maka umat Kristiani diajar untuk bersikap inklusi dan memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tertindas. Sayangnya, ketika Hukum Kasih diperhadapkan pada pemenuhan hak spiritualitas transpuan, maka “hukum” tersebut kehilangan sisi inklusinya. Wacana tentang heteronormatif dalam Kekristenan menjadi kontra narasi atas nilai inklusi Hukum Kasih. Bahkan, dalam konteks ini, Kekristenan justru menjadi hambatan terbesar terhadap penerimaan pada ketubuhan dan seksualitas kelompok transpuan. Namun, benarkah heteronormatif telah final dalam wacana Kristen? Bagaimana para pendeta menjembatani kontradiksi yang ada dalam amanat pelayanan spiritualitas jemaat, termasuk transpuan? Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pandangan dan pemahaman 6 (enam) pendeta sekutu Protestan mengenai Hukum Kasih guna membangun landasan pemaknaan atau peta tafsir alternatif yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spritiualitas kelompok transpuan. Menggunakan pendekatan fenomenologi dengan perspektif feminis yang berpihak kepada kelompok transpuan, penelitian ini mewawancarai 2 (dua) pendeta perempuan cis-gender heteroseksual, 3 (tiga) pendeta laki-laki cis-gender heteroseksual dan seorang pendeta laki-laki non-heteroseksual yang memiliki keberpihakan terhadap kelompok minoritas seksual. Studi ini mengungkap tiga hal, yaitu upaya membangun kesadaran dan keberpihakan terhadap kelompok minoritas seksual, agensi pendeta sekutu dan makna pemberkatan perkawinan transpuan bagi pendeta sekutu. Upaya yang telah dilakukan dari studi ini menunjukkan: Pertama, sekadar pemaknaan akan “kasih” yang inklusi, ternyata tidak cukup dalam membangun kesadaran kritis dan keberpihakan, para pendeta sekutu membangunnya melalui refleksi kesadaran akan privilese, makna panggilan dan pengutusan gerejawi, adanya perjumpaan dengan kelompok minoritas seksual dan menyadari bahwa kelompok minoritas kebutuhan spiritualitas. Kedua, dalam upaya membangun agensi, para pendeta sekutu menggunakan identitas kependetaan mereka (paspor) sebagai strategi untuk membangun tafsir baru, mengubah wacana inklusi menjadi DNA gereja dan melakukan gerakan inklusif SOGIESC. Ketiga, dalam memaknai pemberkatan perkawinan transpuan, para pendeta masih dihadapkan pada ragam tafsir yang menjadi tantangan dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas kelompok tranpuan. Pada akhirnya, penguatan wacana teologi feminis dan SOGIESC pada para pendeta dan pengambil kebijakan di gereja menjadi suatu yang niscaya untuk pengejawantahan nilai Hukum Kasih yang sebenarnya.

The Law of Love is the main teaching of Christianity. With the Law of Love, Christians are taught to be inclusive and fight for the rights of oppressed people. Unfortunately, when the Law of Love is confronted with fulfilling the spiritual rights of transgender women, the "law" loses its inclusion. Discourse about heteronormative in Christianity becomes a counter narrative on the inclusion value of the Law of Love. In fact, in this context, Christianity is actually the biggest obstacle to acceptance of the body and sexuality of transgender groups. However, is it true that heteronormative is final in Christian discourse? How do pastors bridge the contradictions that exist in the mandate of the church's spiritual ministry, including transwomen? This study aims to explore the views and understanding of 6 (six) allied Protestant pastors regarding the Law of Love in order to build a basis for interpretation or an alternative interpretation map that facilitates the fulfillment of the spiritual needs of the transgender group. Using a phenomenological approach with a feminist perspective that favors transgender groups, this study interviewed 2 (two) heterosexual cis-gender female priests, 3 (three) heterosexual cis-gender male priests and one non-heterosexual male priest who has a bias against sexual minorities. This study reveals three things, namely efforts to build awareness and alignment with sexual minority groups, the agency of allied priests and the meaning of the blessing of transgender marriages for allied priests. The efforts that have been made from this study show: First, the mere meaning of "love" which is inclusive, turns out to be insufficient in building critical awareness and partiality, the allied pastors build it through reflection on awareness of privilege, the meaning of ecclesiastical vocation and mission, the existence of encounters with groups sexual minorities and realize that minority groups need spirituality. Second, in an effort to build agency, allied pastors use their clerical identity (passport) as a strategy to build new interpretations, change the discourse of inclusion into the DNA of the church and carry out the SOGIESC inclusive movement. Third, in interpreting the blessing of transgender marriages, priests are still faced with various interpretations which are a challenge in meeting the spiritual needs of transgender groups. In the end, the strengthening of feminist theological discourse and SOGIESC among pastors and policy makers in the church is necessary for the realization of the true value of the Law of Love."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>