Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Farhan Khairi Akhdan
"Karya derivatif merupakan karya ciptaan baru yang diciptakan berdasarkan atas karya yang telah ada sebelumnya. Karya ini termasuk ke dalam jenis ciptaan yang dilindungi oleh UU Nomor 28 Tahun 2014. Salah satu contoh karya derivatif adalah fan art, sebuah karya gambar yang diciptakan penggemar di mana gambar tersebut menyerupai atau merujuk pada suatu tokoh atau karakter tertentu yang sudah ada atau pernah diciptakan sebelumnya. Permasalahan timbul ketika suatu penciptaan fanart melanggar hak moral dan hak ekonomi karena penggunaannya dilakukan tanpa izin (lisensi) dari pemegang hak cipta karakter tersebut. Adapun, penggunaan hak cipta oleh pihak ketiga dapat dilakukan tanpa izin dengan doktrin fair use/fair dealing di mana di Indonesia ketentuan doktrin tersebut berbeda dengan Amerika Serikat dan Perancis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hukum penciptaan karya gambar fan art menurut UU Nomor 28 Tahun 2014 dengan pendekatan doktrin fair use. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni pendekatan dengan menelaah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat, dan Perancis disertai dengan penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fanart (tanpa izin) melanggar hak moral atas karakter apabila terjadi modifikasi terhadap ciptaan karakternya dan melanggar hak ekonomi ketika terjadi transformasi (pengubahan format) apalagi ketika bersifat komersial. Hal ini dapat dikatakan tidak melanggar hak cipta ketika fan art ditentukan sebagai penggunaan yang wajar (fair use) berdasarkan analisis terhadap fakta-fakta dengan faktor-faktor fair use yang dilakukan Pengadilan.
A derivative work is a new work created based on a pre-existing work. This work is included in the types of creations protected by Law Number 28 Year 2014. One example of a derivative work is fan art, a drawing created by a fan in which the drawing resembles or refers to an existing or previously created character. Problems arise when a fanart creation violates moral rights and economic rights because its use is done without the permission (license) of the character's copyright holder. Meanwhile, the use of copyright by third parties can be done without permission with the doctrine of fair use/fair dealing where in Indonesia the provisions of the doctrine are different from the United States and France. Thus, this study aims to determine the legal status of the creation of fan art image works according to Law Number 28 of 2014 with the fair use doctrine approach. This research uses a normative legal approach that is descriptive qualitative in nature, namely an approach by examining the applicable laws and regulations in Indonesia, the United States, and France accompanied by library research. The results of this study show that fanart (without permission) violates the moral rights of the character when there is a modification of the character's creation and violates economic rights when there is a transformation (change of format) especially when it is commercial. It can be argued that it does not infringe copyright when fan art is determined to be fair use based on an analysis of the facts with fair use factors by the Court."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Immanuel Parulian Setiadi
"Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan mengenai aspek hak cipta terkait Undang-Undang Hak Cipta yang terdapat dalam karya lagu yang diciptakan dengan menggunakan metode digital song sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif normatif. Aspek hak cipta yang diteliti adalah mengenai bentuk ciptaan, orisinalitas serta kepemilikan dari hak cipta itu sendiri. Metode digital song sampling merupakan sebuah metode yang beberapa waktu kebelakang umum digunakan para produser lagu dalam menciptakan lagu, pada dasarnya dalam metode ini diambil sebagian hal dari lagu yang sudah ada dan terhadap bagian tersebut dilakukan pengolahan untuk kemudian diletakan ke dalam lagu yang baru. Dalam hal karya lagu yang diciptakan melalui metode digital song sampling diketahui bahwa bentuk yang dimiliki merupakan bentuk ciptaan turunan atau karya derivatif, hal ini dikarenakan lagu tersebut memenuhi unsur dari bentuk karya derivatif yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta. Karya ini bersifat orisinal namun hal orisinalitas tersebut terbatas pada elemen baru yang ditambahkan dalam karya tersebut sehingga tidak meliputi elemen lagu lain yang digunakan dalam karya tersebut meskipun terhadap elemen tersebut telah dilakukan modifikasi sedemikian rupa terhadapnya. Sementara itu mengenai kepemilikan hak cipta karya ini khususnya pada hak ekonomi dimiliki Pencipta sesuai dengan kesepakatan dari pemilik hak ekonomi dari lagu yang dilakukan sampling.
This writing is the result of research on the aspects of copyright related to the Copyright Law found in a song created using the digital song sampling method. The study employs a descriptive normative method, focusing on the form of creation, originality, and ownership of the copyright itself. Digital song sampling is a method commonly used by music producers to create songs by taking portions from existing songs and processing them into a new composition. In the case of songs created through digital song sampling, it is known that the form it takes is a derivative creation, meeting the criteria outlined in the Copyright Law for derivative works. While the work is original, this originality is limited to the new elements added, excluding elements from other songs used in the work, even though modifications have been made to those elements. Regarding copyright ownership, particularly economic rights, the Creator holds them according to the agreement with the owner of the economic rights of the sampled song."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hasibuan, Aryani Nauli
"Tesis ini membahas tentang peran pemerintah dalam melindungi karya turunan (derivative) dalam Hak Cipta di Indonesia dan menganalisis bagaimana penafsiran Undang-undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Hak Cipta mengenai hal ini. Penelitian ini bersifat Normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang didukung oleh pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil peran pemerintah dalam usaha melindungi karya derivatif dalam Hak Cipta. Dimana untuk dapat digolongkan sebagai karya derivatif, tentunya versi baru harus memiliki perbedaan yang mencukupi dan memiliki konten atau material baru dalam jumlah tertentu. Dan sebagai materi baru yang ditambahkan haruslah orisinil. Mengenai kepemilikan hak cipta atas karya derivatif pun terpisah dengan hak cipta atas ciptaan asli.
Dan berdasarkan studi kasus buku Ensiklopedia AL Quran: Al Maushuah Al Quraniyah Al Muyassarah yang menjadi sorotan utama adalah mengenai kepemilikan hak cipta di antara para pihak dan kewenangan para pihak untuk memberikan dan mendapatkan perizinan lisensi untuk mencetak dan memperbanyak buku Ensiklopedia Al Quran tersebut. Kepemilikan hak cipta ditafsirkan berdasarkan pemahaman menurut ketentuan-ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Hak Cipta yang kemudian menguraikan mengenai kewenangan para pihak berdasarkan status kepemilikan hak cipta di antara para pihak.
This thesis discusses the role of government in protecting derivative works of the Copyright in Indonesia and how the interpretation of Law No. 12 of 2009 on Copyright on this matter. This was a normative research, approach to legislation (Statute approach) which is supported by conceptual approach and the comparative approach. Based on research results obtained by the government's role in efforts to protect derivative works in copyright. Where to be classified as a derivative work the new version should have a sufficient difference and have a content or a certain number of new materials. And the newly added material must be original. About the ownership of copyright, the copyright of derivative work is separate from the copyright in the original creation. And based on case studies the book Encyclopedia of Al Quran: Al Maushuah Al Quraniyah Al Muyassarah which the main focus is on copyright ownership among the parties and the authority of the parties to give and get a permit license to print and reproduce the Encyclopedia of the Qur'an book. Ownership of copyright is interpreted based on the understanding according to the provisions of Act No. 12 of 2009 on Copyright which then elaborate on the authority of the parties based on the status of copyright ownership among the parties."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T 28700
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Angga Priancha
"Budaya pop Jepang adalah salah satu produk ekonomi kreatif yang terkenal di ranah internasional dan seluruh dunia. Didalam budaya pop jepang, dikenal sebuah konsep bernama ldquo;doujinshi rdquo;, sebuah kegiatan dari para pengemar karya kreatif terkenal untuk membuat karya derivative dari karya-karya yang mereka sukai. Tidak hanya membuat, para pembuat karya derivative juga menjual karya derivative mereka di acara konvensi doujinshi dari sejak tahun 1975 di Jepang dan 2012 di Indonesia. Walaupun kegiatan doujinshi ini sudah berjalan cukup panjang, kegiatan ini masih sering dipandang sebagai ldquo;zona abu-abu rdquo; didalam hukum hak cipta Indonesia dan Jepang. Ini dikarenakan para penggiat kegiatan doujinshi umunya melakukan kegiatanya tanpa mendapatkan izin dari pemilik hak cipta karya yang menjadi rujukan karya derivatif. Skripsi ini akan menganalisa mengenai bagaimana konsep doujinshi diatur dalam hukum hak cipta ke-dua Negara dan legalitas kegiatan doujinshi yang berfokus pada karya musik doujinshi.
Japan pop culture is one of the internationally known creative economic industry products across the globe. Among Japan pop culture, there are known the concept of ldquo doujinshi rdquo , a practice of fans creating derivative works from an existing creative works made by famous artist. Not only creating, the creator rsquo s of doujin works worldwide, sometimes they also sell their derivative works during a doujin convention since 1975 in Japan and starting at 2012 in Indonesia. Despite the long existence of doujinshi practice in Japan and Indonesia, the practice is still somewhat in the ldquo grey zone rdquo under the concept of both Indonesian and Japanese copyright law. This is because the doujinshi practice is commonly done without prior permits from the copyright holder. This thesis will analyze how the concept of doujinshi being regulated in both countries rsquo copyright law and the legality of doujinshi practices focusing on doujin musical works."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69520
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jessica Virginita
"Dalam permainan online, program cheat digunakan untuk memperoleh kemenangan secara tidak adil lewat alterasi tampilan visual yang dihasilkannya. Dengan metodologi yuridis-normatif yang didukung oleh wawancara dengan pihak terkait, penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan hak cipta yang yang timbul mengenai status karya derivatif dari program cheat dan legalitas penggunaanya menurut doktrin kepentingan yang wajar. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa program cheat, terlepas dari fungsi dan tujuan penggunaannya yang merugikan, dilindungi oleh undang-undang hak cipta sebagai program komputer dan tidak dapat dikategorikan sebagai karya derivatif dari permainan online terkait, melainkan sebagai karya asli yang berdiri sendiri. Selain itu, penggunaan program cheat kemungkinan melanggar prinsip penggunaan berdasarkan kepentingan yang wajar, mengingat potensi dampaknya pada pasar permainan online. Penelitian ini menegaskan kebutuhan akan pertimbangan yang cermat dalam menghadapi program cheat dalam permainan online.
In online games, cheat software is used to gain unfair advantage through the alteration of visual elements it produces. With a juridical-normative methodology supplemented by interviews with relevant parties, this research aims to address copyright-related questions surrounding the derivative work status of cheat software and its legality under the doctrine of fair use. The findings of this study reveal that cheat software, regardless of its detrimental function and purpose, is protected by copyright law as a computer program and cannot be categorized as a derivative work of the related online game but rather as an original work in its own right. Moreover, the usage of cheat software may potentially violate the principles of fair use, given its impact on the online gaming market. This research emphasizes the need for careful considerations in dealing with cheat software in online games."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library