Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widyastuti Samadi
"Limbah langkai kelapa sawit sangat berlimbah tapi belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan agar tangkai kelapa sawit dapat dibuat scbagai karbon aktif dengan mcnggunakan aktivalor HjPO*. Optimasi pembuatan karbon aktif dilakukan dengan menggunakan variasi waktu perendaman, konsentrasi H3PO4 dan suhu karbonisasi. Kondisi optimum didapatkan pada waktu perendaman 8 jam, konsentrasi HjPO4 6M dan suhu akhir karbonisasi 500°C. Luas permukaan dari karbon akiif optimum, karbon aktif bermerk X dan yang tanpa aktivasi diukur menggunakan ASAP 2400. Hasil pengukuran luas permukaan unluk karbon aktif 1088,527 IrnVg , karbon aktif merk X 982.2413 m2/g dan karbon tanpa aktivasi 903,7374 mVg. Pada uj! penyerapan iod untuk karbon aktif 95%, merk X 99% dan karbon tanpa aktivasi 39.50%. Uji penyerapan metilen biru untuk karbon aktif 99,96%, merk X 99.90 % sedang tanpa aktivasi 2.28% Pada uji penyerapar. zat wama Acid Orange 7, karbon aktif 98,80%, merk X 98.48% sedang tanpa aktivasi 29.06%. Untuk penyerapan zat warna metanil yellow karbon aktif menghasiikan 99,03%. merk X 98.67% dan yang tanpa aktivasi 20.35%"
2006
SAIN-11-2-2006-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yatri Hapsari
"Perkebunan kelapa sawit tersebar dl berbagal daerah di Indonesia.
Sebagian besar dari komponen kelapa sawit sudah banyak dimanfaatkan,
antara lain sebagai minyak goreng, nata de coco, sumber pupuk kalium dan
sebagainya. Namun tangkai kelapa sawit belum dimanfaatkan secara
optimal, karena tangkai kelapa sawit biasanya hanya dimanfaatkan sebagai
kayu bakar oleh penduduk sekitar. Penelitian ini bertujuan agar tangkai
kelapa sawit dapat digunakan sebagai karbon aktif.
Pembuatan karbon aktif dari tangkai kelapa sawit dilakukan melalui
tahapan yaitu dehidrasi, aktivasi dan kartxjnisasi. Aktivator yang digunakan
adalah H3PO4. Optimasi pembuatan karbon aktif dilakukan dengan variasi
waktu perendaman, konsentrasi H3PO4 dan suhu akhir karbonisasi. Kondisi
optimum didapatkan pada waktu perendaman 8 jam, konsentrasi H3PO4 6 M
dan suhu akhir karbonisasi 500° C. Luas permukaan karbon aktif optimum, karbon aktif Merck dan karbon
tanpa aktivasi H3PO4 yang diukur dengan ASAP 2400 didapat luas
permukaan karbon aktif optimum 1088,5271 m^/g, karbon aktif Merck
982,2413 m^/g dan tanpa aktivasi H3PO4 903,7374 m^/g.
Karbon aktif optimum, Merck dan karbon tanpa aktivasi H3PO4
digunakan untuk penyerapan zat warna Acid Orange 7 dan Metanil Yellow.
Hasil penyerapan zat warna Acid Orange 7 pada karbon aktif optimum
mencapai 98,80%, karbon aktif Merck 98,48% dan karbon tanpa aktivasi
29,06%.Pada penyerapan zat warna Metanil Yellow, karbon aktif optimum
dapat menyerap sebesar 99,03%, karbon aktif Merck menyerap sebesar
98,67% dan karbon aktif tanpa aktivasi H3PO4 menyerap sebesar 20,36%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianafitri R.
"Telah dilakukan studi kinetika pembentukan fasa MgO hasil dekomposisi dari mineral dolomit alam menggunakan teknik sinar-x. Mineral dolomit yang dipelajari memiliki struktur formula CaMg(CO3)2. Hasil DTA menunjukkan dekomposisi fasa mulai terjadi pada suhu 400 0C menjadi CaCO3 dan MgO dan stabil sebagai fasa campuran antara CaO dan MgO pada suhu > 7500C. Penentuan fraksi volum fasa terdekomposisi dilakukan menggunakan teknik kuantitatip XRD perbandingan langsung (direct comparison) berdasarkan ratio intensitas total dari puncak difraksi masing-masing fasa. Ratio R-value masing-masing fasa hasil dekomposisi diperoleh secara eksperimental melalui pengujian material sintetis berupa campuran fasa yang sama dengan material penelitian.
Berdasarkan ratio R-value yang diperoleh dengan cara ini, berhasil ditentukan fraksi volum fasa terdekomposisi dari material penelitian sebagai fungsi suhu dan waktu. Kinetika dekomposisi fasa diasumsikan mengikuti persamaan Johnson-Mehl-Avrami sehingga dari studi komprehensif tentang dekomposisi fasa dari mineral dolomit berhasil dibangun Time Temperature Transformation Diagram untuk mineral dolomit untuk rentang suhu 400-750°C.
Studi kinetika pembentukan MgO ini menyimpulkan bahwa proses ekstraksi MgO dari dolomit dimulai dengan pemanasan pada suhu efektif 750°C selama 90 menit. Besarnya energi aktivasi yang dibutuhkan untuk mentranformasikan fasa MgO adalah 378,68 kJ/mol. Dari proses ekstraksi MgO melalui hidrasi dan karbonisasi terhadap dolomit pasca pemanasan pada suhu efektif tersebut telah diperoleh material ekstraksi berupa serbuk MgO dengan tingkat kemurnian ~ 95 wt.%. Sedangkan tingkat pencapaian hasil (yield) dari proses adalah ~ 76 wt.%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Widyharto Ajiwibowo
"Hydrothermal treatment (HTT) is recognized as one of the promising thermochemical pre-treatments for biomass energy. It provides a low energy requirement and an elimination of pre-drying. Furthermore, water washing method for the treated biomass is also employed. One of the most promising biomass candidate, is the empty fruit bunch (EFB), due to the large yearly production in Indonesia. In this paper, the quality of hydrochars derived from EFB is assessed of its quality as solid fuel. Raw EFB is thermo-chemically treated by employing hydrothermal treatment. Moreover, its characteristics in regards to grindability is also studied. The study suggests that the commercial scale HTT produces a solid fuel with a high heating value (HHV) of similar value to Indonesian coal. In addition, it has lower ash content than the parent biomass, which reduces the probability of slagging and fouling in boilers. Furthermore the particle size distribution profile also suggested better characteristics than the parent biomass and also some types of coal.

Hydrothermal Treatment(HTT) diakui sebagai salah satu dari perlakuan termo-kimia yang menjanjikan untuk energi biomassa. Teknologi ini memiliki kebutuhan energi yang rendah dan menghilangkan proses pengeringan. Selanjutnya, metode water washing untuk biomassa yang diolah juga digunakan. Salah satu kandidat biomassa yang paling menjanjikan, adalah tandan kosong kelapa sawit (EFB), karena volume produksi besar tahunan di Indonesia. Dalam tulisan ini, kualitas hidrokarbon yang berasal dari EFB dinilai kualitasnya sebagai bahan bakar padat. Bahan baku EFB diberlakukan termo-kimia yang dilakukan dengan menggunakan perawatan hidrotermal. Selain itu, karakteristik dalam hal grindability juga dipelajari. Studi ini menunjukkan bahwa dalam skala komersial, HTT menghasilkan bahan bakar padat dengan nilai kalor tinggi (HHV) dari nilai yang sama dengan batubara Indonesia. Selain itu, ia memiliki kandungan abu yang lebih rendah daripada biomassa awalnya, yang mengurangi kemungkinan slagging dan fouling dalam furnace. Selanjutnya profil distribusi ukuran partikel juga menyarankan karakteristik yang lebih baik daripada biomassa induk dan juga beberapa jenis batubara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Maulida
"ABSTRAK
Prekursor dalam proses pembuatan karbon material adalah mesophase pitch, yang dapat dihasilkan dari vacuum residue (VR). Karbon aktif secara luas telah digunakan dalam bidang otomotif, dirgantara, dan komposit. Sebagai produk bawah distilasi minyak bumi, VR masih rendah pemanfaatannya dan berakhir hanya sebagai limbah. VR memiliki potensi sebagai bahan baku karena biayanya yang murah dan mengandung aromatik dan alifatik. Gondorukem yang ditambahkan dapat meningkatkan hasil mesophase pitch karena kandungan ikatan ganda terkonjugasinya. Pembentukan mesophase pitch dilakukan dengan metode ­co-pyrolisis di dalam reaktor berpengaduk pada suhu 450℃ dengan kondisi aliran gas nitrogen sebesar 100 mL/menit dengan laju pemanasan 5oC/menit dan ditahan selama 120 menit. Jumlah gondorukem yang ditambahkan sebesar 5, 10, dan 15 % dari bobot VR. Hasil prekursor didapatkan yield pada VR-G0%, VR-G5%, VR-G10%, VR-G15% secara berurutan sebesar 21,31; 23,61; 27,11; dan 29,60%. Untuk nilai indeks aromatisitas secara berurutan sebesar 0,375; 0,346; 0,344; dan 0,322. Nilai rasio atom C/H secara berurutan sebesar 2,43; 2,37; 2,28; dan 2,01. Prekusor kemudian diaktivasi dan dikarbonisasi. KOH dengan rasio 3:1 digunakan sebagai activating agent untuk prekursor karbon aktif yang selanjutnya dikarbonisasi di dalam reaktor tubular pada suhu 700℃ dengan laju pemanasan 5oC/menit dan ditahan selama 120 menit dan kondisi pada aliran gas nitrogen sebesar 100 mL/menit. Karbon aktif yang dihasilkan memberikan luas permukaan yang meningkat seiring dengan penambahan gondorukem dan nilai rasio C/H yang semakin menurun. Pada karbon aktif AC-G0%, AC-G5%, AC-G10%, dan AC-G15% menghasilkan luas permukaan secara berurutan sebesar 120.806, 194,560; 312,363; dan 462,188 m2/g. Kandungan karbon yang dihasilkan juga sudah cukup baik sekitar 85-89%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Yustanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Handoko
"Saat ini Indonesia sedang mengalami masalah dalam pasokan energi. Selain menurunya cadangan minyak dan semakin melambungnya harga minyak mentah sangat menguras uang negara untuk subsidi BBM. Indonesia adalah negara yang memiliki cukup banyak cadangan gas bumi. Dalam pendistribusiannya gas membutuhkan pipa atau bisa juga dikompresi ke dalam suatu tangki bertekanan tinggi. Pembuatan pipa untuk distribusi gas tentunya memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Penggunaan tangki bertekanan memiliki resiko karena gas dalam tangki bertekanan tinggi, selain itu dibutuhkan tangki dengan ketebalan yang cukup besar. Metode alternatif yang dapat digunakan untuk penyimpanan gas adalah adsorpsi. Dalam keadaan teradsorpsi suatu gas mempunyai densitas yang mendekati densitas cairnya. Dengan adsorpsi suatu tangki dapat menyimpan gas hingga dua kali lebih banyak dengan tekanan yang relatif kecil yaitu sekitar 1/10 nya sehingga ketebalan tangki pun dapat dikurangi. Salah satu material yang dapat digunakan untuk adsorpsi adalah karbon aktif. Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan melakukan proses oksidasi dan aktivasi. Penelitian ini berfokus pada pembuatan karbon aktif menggunakan aktivasi fisika dan aktivasi kimia. Karbon aktif hasil aktivasi kimia umumnya memiliki luas permukaan yang besar yaitu sekitar 3000 m2/g, sedangkan karbona aktif hasil aktivasi fisika memiliki luas permukaan paling besar sekitar 1100 m2/g. Bahan baku yang digunakan adalah batubara. Proses aktivasi fisika dilakukan dengan melakukan karbonisasi dan proses aktivasi. Temperatur aktivasi dapat bervariasi antara 700-850oC. Proses aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan KOH dengan perbandingan massa tertentu sebagai activating agent. Temperatur aktivasi dapat bervariasi antara 700-850oC. Pengembangan yang dilakukan pada aktivasi kimia adalah autoclave yang dapat berputar sehingga distribusi gas pada material akan lebih merata dan dapat menghasilkan lebih banyak tumbukan antara molekul gas dan molekul batubara.

Currently, Indonesia is experiencing problems in energy supply. In addition to the decrease of oil reserves and the soaring price of crude oil is draining state funds for fuel subsidies. Indonesia is a country that has enough natural gas reserves. In the gas distribution pipes need or it could be compressed into a high pressure tank. Manufacturing of pipes for gas distribution is time consuming and cost a lot of money. The usage of pressurized tanks are high risk because of the high-pressure gas in the tank, also it takes a tank with a large thickness. Alternative methods that can be used for gas storage is adsorption. In the adsorbed state a gas has a density that approaching the density of the liquid. In the adsorbed state, a gas tank can hold up to two times more with a relatively small pressure of about 1 / 10 so that the thickness of the tank can be reduced. One material that can be used for adsorption is activated carbon Activated carbon is a carbon compound that has increased capability of adrosption by activation of oxidation processes. This study focuses on the manufacture of activated carbon using physical activation and chemical activation. Chemicaly activated carbon usually have a large surface area of about 3000 m2/g, while the activated carbon from physical activation only can reach maximum surface area of about 1100 m2/g. The raw material used is coal. The physical activation is done by carbonization and activation processes. Activation temperature can vary between 700-850oC. Chemical activation process is done by using a certain mass ratio KOH as activating agent. Activation temperature can vary between 700-850oC. The development that carried out on chemical activation is an autoclave which can rotate so that the gas distribution in the material will be more evenly distributed and can result in more collisions between gas molecules and the molecules of coal."
2012
S1758
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hendrawan
"Kilang minyak bumi menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, yang sekarang tidak banyak digunakan. Campuran dari vacuum residue dan senyawa ikatan rangkap terkonjugasi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan prekursor karbon aktif karena senyawa tersebut membentuk mesofasa yang stabil pada temperatur tinggi untuk memungkinkan terjadinya polimerisasi aromatik pada vacuum residue. Minyak jarak, yang tersedia di hutan tropis di Indonesia, dapat didehidrasi untuk membentuk senyawa ikatan rangkap terkonjugasi. Polimerisasi membentuk pitch yang mengandung aromatik dengan tingkat polimerisasi yang berbeda-beda sehingga luas permukaan pori yang tinggi dari karbon aktif dapat dicapai. Proses selanjutnya adalah karbonisasi pitch untuk membentuk karbon aktif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan minyak jarak hasil dehidrasi terhadap luas permukaan pori dan amorphicity ketidakaturan kristal. Amorphicity yang tinggi akan menghasilkan luas permukaan pori yang tinggi. Luas permukaan pori dan amorphicity dibandingkan pada sampel karbon aktif yang berasal dari vacuum residue tanpa dan dengan variasi penambahan 5 , 10 , dan 15 berat minyak jarak. Selama proses pirolisis terjadi polimerisasi aromatik, terbukti dengan peningkatan kandungan Haromatik mencapai 1.65 . Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan 15 minyak jarak dapat memperbesar luas permukaan pori sebesar 27 dari 720 m2/g menjadi 1064 m2/g serta meningkatkan amorphicity karbon aktif.

Petroleum refinery produces vacuum residue in a vacuum distillation unit, which is now not much utilized. Mixture of the vacuum residue and a conjugated double bond compound can be used as feedstock to produce activated carbon precursor because the compound forms a stable mesofasa at high temperature to allow polymerization of aromatik compounds in vacuum residue. Castor oil, which is available in tropical forest in Indonesia, can be dehydrated to form conjugated double bond compounds. Polymerization can form a pitch with different extents of polycyclization of aromatiks so that high surface pore area of the activated carbon can be achieved. The subsequent process was carbonization of the pitch to form activated carbon.
The purpose of this study is to examine the effect of the addition of dehydrated castor oil on the pore surface area and the amorphicity of the activated carbon. High amorphicity leads to high pore surface area. During the pyrolysis process, polymerization aromatics occured, as evidence increasing in the content of Haromatic by 1.65. The pore surface areas and amorphicities were compared in activated carbon samples originated from vacuum residue without and with addition of castor oil with variations of 5, 10, 15 by weight of castor oil. The experiment results show that the addition of 15 of castor oil improved pore surface area by 27 from 720 m2 g to 1064 m2 g and increased the amorphicity of the activated carbon particles.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Liberty Prabowo
"Karbon aktif dibuat dari tongkol jagung melalui karbonisasi dilanjutkan aktivasi menggunakan KOH. Karbon aktif tongkol jagung dikarakterisasi menggunakan metode BET, FTIR, adsorpsi metilen biru dan iodium untuk mengetahui luas permukaan, gugus fungsi serta penyerapan molekul besar dan kecil.
Karbon aktif tongkol jagung diaplikasikan untuk adsorpsi Cu, Pb dan amonia. Adsorpsi paling optimum saat aplikasi dimiliki : karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,06 mm dengan persentase penyisihan 52,99 % pada adsorpsi Cu; karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,06 mm dengan persentase penyisihan 49,04 % saat adsorpsi Pb; dan karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,5 mm dengan kapasitas adsorpsi 2,08 gr/gr saat adsorpsi uap amonia.

Activated carbon made from corn cob through carbonization followed by activation using KOH. Corn cob activated carbon through characterization using BET, FTIR, methilen blue and iodium adsorption method in order to obtain surface area, functional group, and adsorption of big and small molecul.
Corn cob activated carbon used for applied for Cu, Pb and ammonia adsorption. Optimum adsorption when application was obtained by using : corn cob activated carbon which have a measurement of 0,06 mm with elimination percentage 52,99 % at Cu adsorption; corn cob activated carbon which have a measurement of 0,06 mm with elimination percentage 49,04 % at Pb adsorption; dan corn cob activated carbon which have a measurement of 0,5 mm with adsorption capacity 2,08 gr/gr at ammonia adsorption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52236
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Nuraini Noviana
"Material karbon aktif berbahan dasar batubara dikembangkan untuk menghasilkan material penyimpan hidrogen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas perlakuan mekanokimia yang diikuti dengan pemanasan temperatur tinggi pada batubara kadar rendah dan karakteristik material yang dihasilkan dari proses tersebut. Proses karbonisasi dilakukan untuk meningkatkan kadar fixed carbon pada material batubara. Perlakuan mekanokimia dilakukan dalam kondisi kering dengan rasio sampel : KOH sebesar 1:4 dan dilakukan selama 4 jam. Kemudian material yang telah dilakukan mekanokimia, dipanaskan pada temperatur 750 oC ditahan selama 75 menit dalam kondisi inert.
Beberapa pengujian seperti proksimat, BET, FESEM, dan XRD dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari material karbon aktif termasuk pengujian kapasitas penyerapan gas hidrogen. Reduksi ukuran partikel material mencapai 62 % setelah dilakukan proses mekanokimia dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 25 µm. Peningkatan luas permukaan (mencapai 333 %) dan total volum pori (mencapai 170 %) terjadi pada material yang telah diaktivasi. Penyerapan gas hidrogen pada material yang telah diaktivasi empat kali lebih tinggi dari material awal, pada temperatur -5 oC dan 25 oC.

Coal-based activated carbon materials were developed to produce hydrogen storage materials. This research aimed to study the effectiveness of mechanochemical treatment which was followed by high temperature heating of low rank coal and the characteristics of materials which have been produced by the process. Carbonisation was done to increase fixed carbon value of the coal. Mechanochemical treatment was done in dry condition with the ratio of sample and KOH was 1:4 and performed for 4 hours. Then materials which have been done with mechanochemical treatment, were heated up to the maximum temperature of 750 oC which were then held constant for 75 minutes in inert condition.
Some tests such as proximate, BET, FESEM, and XRD performed to determine the characteristics of activated carbon materials including hydrogen adsorption capacity testing. Particle size reduction of materials reached 62 % after mechanochemical treatment with the average particle size of 25 µm. Increased in surface area (up to 333 %) and total pore volume (up to 170 %) occurred in activated materials. The hydrogen adsorption of activated carbon materials were four times higher than non-activated materials (initial materials), at temperature of -5 oC and 25 oC.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>