Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diyan Taufiq Kurniadi
"

Batuan travertin merupakan batuan karbonat permukaan yang terbentuk akibat lepasnya karbon dioksida (CO2) dari fluida hidrotermal jenuh karbonat. Pada wilayah panas bumi Ciseeng batuan ini dapat ditemukan di Tirta Sayaga, Gunung Panjang, dan Gunung Peyek. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan proses keterbentukan batuan travertin di ketiga lokasi tersebut. Metode yang digunakan adalah petrologi, petrografi, analisis fluida hidrotermal, X-ray diffraction (XRD), dan X-ray fluorescence (XRF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik makroskopis dan mikroskopis batuan travertin memiliki keterkaitan dengan lokasi keterbentukannya pada suatu morfologi. Laminasi dengan tekstur kalsit yang kompleks ditemukan pada lereng dari fissure ridge dan mound, sedangkan laminasi dengan tekstur yang sederhana ditemukan pada dinding kolam manifestasi. Temuan ini bersesuaian dengan data fluida hidrotermal, XRD, dan XRF yang menunjukan bahwa batuan travertin didominasi oleh mineral kalsit dengan kandungan Ca yang tinggi (>90%wt). Berdasarkan temuan tersebut travertin Ciseeng termasuk travertin termogen yang terpresipitasi akibat lepasnya CO2 dari fluida hidrotermal yang tersaturasi oleh kalsium bikarbonat hasil pelarutan satuan batu gamping di bawah permukaan. Presipitasi yang terjadi secara terus-menerus menghasilkan morfologi fissure ridge, mound, dan bendungan di lokasi penelitian. Perbedaaan tingkat kompleksitas tekstur pada batuan travertin terjadi karena batuan terpresipitasi dari fluida hidrotermal dengan karakteristik dan proses yang berbeda.


Travertines are carbonate rock precipitated by carbon dioxide (CO2) release from carbonate-rich water. These rocks can be found in Ciseeng geothermal area within three distinctive areas Tirta Sayaga, Gunung Panjang, and Gunung Peyek. This study aims to determine the characteristics and formation of travertine in Ciseeng geothermal area. Principal methods consist of petrology, petrography, hydrothermal fluid analysis, X-ray diffraction (XRD), and X-ray fluorescence (XRF). Analysis results indicate that macroscopic and microscopic textures were related to their location on morphology. Lamination of complex calcite textures were found on the slopes of fissure ridge and mound, while lamination of simple calcite textures were found on the walls of manifestation pools. These findings were in accordance with hydrothermal fluid, XRD, and XRF data which shows that travertines were dominated by calcite minerals with high Ca content (>90%wt). Based on these findings Ciseeng travertines are categorized as thermogenic travertine which precipitated by the release of CO2 from calcium bicarbonate rich water resulting from dissolution of limestone unit in the subsurface. Continuous travertine precipitation leads to formation of fissure ridge, mound, and dam. Differences in texture complexity in travertine rocks occurred because travertines were precipitated from hydrothermal fluids with different characteristics and processes.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Difa Putri Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang: Material bone graft sintetis, salah satunya adalah kalsium karbonat/kalsit (CaCO3), yang dapat dibuat dengan menggunakan transformasi fasa melalui reaksi disolusi presipitasi. Metode ini sama dengan pembuatan CO3Ap. Penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk membuat oleh Ishikawa, K., dkk (2017) dapat menghasillkan blok CaCO3 dalam waktu 14 hari melalui perendaman dalam Na2CO3 pada suhu 80ºC. Sementara penelitian Nomura, S., Dkk(2016) untuk menghasilkan CO3Ap dengan menggunakan suhu 100ºC, CaSO4 sudah dapat bertransformasi fasa dalam 1 hari menjadi CO3Ap. Pada proses transformasi fasa, bentuk prekursor dapat menentukan kecepatan reaksi disolusi presipitasi. Dimana semakin luas permukaan prekursor semakin cepat reaksi presipitasi terbentuk. Penggunaan prekursor CaSO4 sudah pernah digunakan sebelumnya, namun dalam bentuk blok. Untuk menghasilkan CaSO4 dapat digunakan metode seperti pada penelitian Arsista, D., dkk(2017), yaitu melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O pada suhu 700ºC. Blok yang dihasilkan kemudian dijadikan granul, dan direndam dalam larutan Na2CO3. Dengan bentuk perkursor yang lebih kecil dan suhu yang digunakan 100ºC, transformasi fasa CaSO4 menjadi fasa CaCO3 yang terjadi dapat dipengaruhi oleh lama perendaman hingga 14 hari melalui reaksi disolusi presipitasi. Tujuan : Fabrikasi dan karakterisasi granul CaCO3 dengan merendam granul CaSO4 ke dalam larutan Na2CO3 sampai dengan 14 hari. Metode: Fabrikasi granul CaSO4 melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O (T = 700ºC) menghasilkan blok CaSO4, kemudian dihancurkan menjadi granul berukuran 300-500µm. Fabrikasi Granul CaCO3 melalui perendaman CaSO4 direndam dalam larutan Na2CO3 0,5mol/L selama 1, 2, 3, 7 dan 14 hari (T = 100ºC). Karakterisasi prekursor CaSO4 dan hasil CaCO3 dengan analisis X-Ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mengetahui jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing sampel dengan menggunakan EDS. Hasil: Prekursor CaSO4 yang dihasilkan teridentifikasi memiliki fasa CaSO4 dan CaSO4.2H2O. Granul CaCO3 yang dihasilkan tidak murni, dari hasil XRD dan FTIR menunjukkan adanya impuritas CaSO4. Dimana intensitas fasa CaSO4 yang menjadi impuritas pada CaCO3 yang dihasilkan relatif sama dari 1 hingga 14 hari. Kesimpulan: Granul CaCO3 yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh lama perendaman granul CaSO4 di dalam larutan Na2CO3 selama 1 hingga 14 hari. Prekursor CaSO4 yang dihasilkan memiliki impuritas CaSO4.2H2O, karena CaSO4 sensitif terhadap kelembaban. Reaksi disolusi presipitasi untuk menghasilkan CaCO3 dengan menggunakan suhu 100ºC belum dapat menghasilkan CaCO3 murni.

ABSTRACT
Background: Calcium carbonate/calcite (CaCO3) is one of synthethic bone graft materials, which can be made using phase transformation through precipitation dissolution reactions. This method is similar to the method to make CO3Ap. Previous research by Ishikawa, K., et al. (2017) was able to produce CaCO3 blocks within 14 days through immersion in Na2CO3 at 80ºC. While the research of Nomura, S., et al (2016) was able to produce CO3Ap at 100ºC, CaSO4 has been able to phase transform in 1 day to CO3Ap. In the process of transforming the precursor phase, the form of precursor can determine how long precipitation dissolution reaction will be done, by the precursor surface area. The use of CaSO4 precursors has been done before, but in the form of blocks. Methods to produce CaSO4 can be used as in the Arsista, D., et al (2017), which is through burning CaSO4.2H2O blocks at 700ºC. The CaSO4 block is then crushed into granules, and soaked in a Na2CO3 solution. With smaller form of precursor and higher temperature at 100ºC, phase transformations from CaSO4 to CaCO3 that occur THROcan be affected by the immersion time up to 14 days in the can affect the CaSO4 granule precursor into a new compound, CaCO3. Objective: Fabrication and characterization of granules CaCO3 by immersing CaSO4 granules into Na2CO3 solution for up to 14 days. Methods: Fabrication of CaSO4 granules through burning CaSO4.2H2O block (T = 700ºC) to produced CaSO4 block, then crushed into 300-500µm granules. Fabrication of CaCO3 granules through immersion of CaSO4 in 0.5mol/L Na2CO3 solution for 1, 2, 3, 7 and 14 days (T = 100ºC). Characterization of CaSO4 precursors and CaCO3 results by X-Ray Diffraction (XRD) analysis, Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscope (SEM) and find out the number of elements in each sample using EDS. Results: The CaSO4 precursors were identified to have CaSO4 and CaSO4.2H2O phases. The CaCO3 granule have impurities, from the results of XRD and FTIR indicating the presence of CaSO4 as impurity. Where the intensity of CaSO4 phase which becomes impurity in the resulting CaCO3 is relatively the same from 1 to 14 days. Conclusion: The CaCO3 granule formed is not influenced by the immersion time of CaSO4 granules in Na2CO3 solution for 1 to 14 days. The CaSO4 precursor has impurity of CaSO4.2H2O, because CaSO4 is sensitive to moisture. The precipitation dissolution reaction to produce CaCO3 at 100ºC has not been able to produce pure CaCO3."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armando Aldy Ruddyard
"ABSTRAK
Karbonat hidroksiapatit merupakan suatu jenis biomaterial yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan tulang manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu sintering untuk mendapatkan karbonat hidroksiapatit yang disintesis dengan metode hidrotermal menggunakan CaCO3 sebagai salah satu komponen. Sampel hasil sintesis dikarakterisasi dengan Fourier-transform infrared spectroscopy, x-ray diffraction, dan scanning electron microscope. Hasil FTIR menunjukkan bahwa kandungan gugus CO3 pada sampel yang dihasilkan sebanding dengan kuantitas CaCO3 yang digunakan dalam sintesis. Hasil XRD menunjukkan bahwa kandungan karbonat apatit meningkat dan kandungan kalsit menurun dengan meningkatnya suhu dan waktu sintering. Kalsit tidak terlihat pada suhu sintering 900 ̊C dan waktu sintering 2 jam.

ABSTRACT
Carbonated hydroxyapatite is a biomaterial with high biocompatibility with human bone, moreso than regular hydroxyapatite, making it an acceptable synthetic bone graft material. The purpose of this research is to study the effect of sintering temperature and time on carbonated hydroxyapatite samples synthesized using the hydrothermal method with CaCO3 as one of its components. The samples are then characterized using Fourier-transform infrared spectroscopy, x-ray diffraction, and a scanning electron microscope. IR spectra show that the CO3 content in each sample is proportional to the amount of CaCO3 used in the synthesis of said samples. Diffraction patterns from XRD show an increase in apatite content and a decrease in calcite content as sintering temperature and time increases, with temperature increases having a stronger effect on the samples than time increases. Calcite disappears completely after sintering at 900 ̊C for 2 hours.
"
2016
S63451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library