Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Rahmawati
"Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu tanaman obat tradisional Polinesia yang penting. Adanya kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu memungkinkan penggunaan ekstrak buah mengkudu sebagai pangan fungsional. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu yang diukur dengan metode kolorimetrik menggunakan larutan Folin-Ciocalteu dan dibandingkan dengan standar asam galat. Tahap pertama homogenat mengkudu diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Dengan metode Folin-Ciocalteu larutan-larutan tersebut diukur absorbansinya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total mengkudu adalah 35,60 mg ekuivalen asam galat per 100 g berat mengkudu segar. Terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti varietas buah, penanaman, bagian buah, musim tumbuh, kondisi lingkungan, praktik hortikultura, asal geografi, kondisi penyimpanan pascapanen, dan prosedur pemprosesan.

Noni (Morinda citrifolia) is one of the important Polinesian traditional medicinal plant. The total phenol content of M. citrifolia makes it possible as functional food. This research aimed to determine the total phenol content of M. citrifolia using Folin-Ciocalteu colorimetry method. First, M. citrifolia homogenate was extracted using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, series of gallic acid solution as a standard of measurement were made, with the concentration of 0; 0.1; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0 µg/mL. Furthemore the solutions were analyzed by spectrometer and absorbance measured at 765 nm.
The results of the analysis was obtained the total phenol content of M. citrifolia is 35,60 mg gallic acid equivalent per 100 g fresh weight. There are differences between this result with other reseach before which can be affected by many factors, such as cultivar, fruit part, growing season, environmental conditions, horticultural practices, geographic origin, postharvest storage conditions, and processing procedures.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Asih Kurniati
"ABSTRAK
Antioksidan dapat mencegah proses oksidasi dengan adanya pengaruh ROS (Reactive Oxygen Species) yang dihasilkan dari sumber eksogen (seperti polusi, logam berat, dan asap rokok) atau endogen (mitokondria dan retikulum endoplasma). Berbagai tanaman telah menjadi sumber yang baik sebagai antioksidan karena kandungan senyawa metabolit sekunder. Senyawa fenol dan flavonoid merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas antioksidan dengan meredam radikal bebas melalui pemberian atom hidrogen atau elektron. Pothos tener Wall. merupakan tanaman air dengan suku araceae yang ditemukan pada area air terjun Bantimurung, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan, kadar fenol, flavonoid total dari ekstrak etanol daun dan batang Pothos tener Wall. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dengan hasil yang dinyatakan dalam Inhibition Concentration 50% (IC50). Semakin rendah nilai IC50, aktivitas antioksidan semakin baik. Pada penetapan kadar fenol menggunakan metode Folin ciocalteu dengan standar asam galat, sementara penetapan kadar flavonoid dengan pereaksi AlCl3 dengan standar kuersetin. Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan, nilai IC50 yang diperoleh untuk ekstrak daun adalah 86,72 µg/mL dan ekstrak batang adalah 83,68 µg/mL. Kadar fenol pada ekstrak daun adalah 30,28 mg EAG/gram ekstrak dan ekstrak batang adalah 32,03 mg EAG/gram ekstrak. Sementara untuk kadar flavonoid dari ekstrak daun dan batang adalah 10,02 dan 5,36 mg EK/gram pada masing-masing sampel. Pada hasil analisis GC MS, senyawa phytol dan asam lemak ester merupakan senyawa dengan kandungan terbesar yaitu 33,47% dan 29,5%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman Pothos tener memiliki potensi sebagai sumber antioksidan pada bagian daun dan batangnya.

ABSTRACT
Antioxidant can prevent the oxidation process by the effects of ROS (Reactive Oxygen Species) produced from exogenous sources (such as pollutions, heavy metals, and smoke) or endogenous (mitochondria and endoplasmic reticulum). Various plants have become good sources as antioxidant because of the content of secondary metabolites. Phenol and flavonoid are compounds that show antioxidant activity by reducing free radicals through transfer hydrogen atoms or electrons. Pothos tener Wall. is a aquatic plant from araceae family found in Bantimurung waterfall area, South Sulawesi. This study was conducted to determine antioxidant activity, total phenol and flavonoid content from ethanol extracts of leaves and stems from Pothos tener Wall. Antioxidant activity assay was carried out by the DPPH method with the result stated in Inhibition Concentration 50% or IC50. The lower the IC50 value indicates the better antioxidant activity. Phenol content was determined by Folin ciocalteu colorimetric method using gallic acid as standard, whereas flavonoid content was evaluated by AlCl3 reagents using quercetin as standard. The result of antioxidant activity assay with the IC50 value obtained for leaves extract was 86,72 µg/mL and stems extract was 83,68 µg/mL. The total phenolic content obtained from leaves extract was 30,28 mg GAE/gram extract while stems extract was 32,03 mg GAE/gram extract. For total flavonoid content of leaves and stems extract were 10,02 and 5,36 mg QE/gram extract, respectively. From the results of GC MS analysis, phytol and fatty acid ester are compounds with the highest content (33,47% and 29,54%). According to this study, it can be concluded that leaves and stems from Pothos tener plant can be a source of antioxidant."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septina Suriatmini
"Sirih telah lama dikenal sebagai tanaman obat. Rebusan daunnya biasa digunakan sebagai antiseptik. Rebusan daun sirih dikemudian hari diharapkan dapat berkembang menjadi sediaan steril, seperti pencuci mata. Namun, ada kemungkinan proses sterilisasi menurunkan stabilitas sediaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara sterilisasi terhadap stabilitas rebusan daun sirih. Rebusan daun sirih disterilkan dengan cara sterilisasi uap (menggunakan otoklaf, 121°C, 15 menit) dan filtrasi. Setelah disterilkan, rebusan daun sirih disimpan selama 1 bulan pada 30, 40 dan 50°C. Pemeriksaan warna, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih dilakukan dalam interval waktu 1 minggu. Kadar fenol total rebusan daun sirih ditentukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah sterilisasi uap dan filtrasi, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih tetap stabil. Namun, warna rebusan daun sirih menjadi lebih gelap setelah sterilisasi uap. Pada penyimpanan minggu pertama dan kedua, pH dan kadar fenol total mengalami penurunan, dan pada minggu ketiga mulai timbul endapan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Isra
"Penghambat-glukosidase adalah salah satu golongan obat yang digunakan sebagai antidiabetes, serta dapat menyebabkan penurunan berat badan. Kulit batang matoa Pometia pinnata diketahui dapat digunakan sebagai antidiabetes, daun matoa diketahui memiliki kandungan flavonoid dan glikosida yang menjadikannya memiliki potensi sebagai penghambat α-glikosidase. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ekstrak teraktif dalam menghambat α-glukosidase, mengetahui kadar fenol dan flavonoid total dari ekstrak kulit batang dan daun Pometia pinnata. Pada penelitian ini, kulit batang dan daun Pometia pinnata diekstraksi dengan cara refluks bertingkat. Dilakukan uji penghambatan α-glukosidase secara in vitro, pengukuran kadar fenol dan flavonoid total terhadap ekstrak kental. Ekstrak etanol merupakan ekstrak teraktif pada masing-masing ekstrak. Nilai IC50 yang didapatkan pada kedua ekstrak teraktif adalah 9,20 1,33?g/mL pada ekstrak etanol daun dan 13,44 2,85 g/mL pada ekstrak etanol kulit batang. Nilai ini lebih rendah dari standar akarbose yang memiliki nilai IC50 109,59 ?g/mL. Kadar fenol tertinggi pada ekstrak daun adalah ekstrak etanol dengan nilai 211,111 mg GAE/g ekstrak, sedangkan ekstrak kulit batang yang memiliki kandungan fenol adalah ekstrak etanol dengan nilai kadar fenol 51,852 mg GAE/g ekstrak. Sementara itu kadar flavonoid tertinggi ekstrak daun adalah pada ekstrak etil asetat daun, dengan nilai kadar 177,688 mg QE/g ekstrak, dan nilai kadar flavonoid pada ekstrak etanol kulit batang adalah 43,443 mg QE/g ekstrak. Kesimpulan dari pengujian ekstrak daun dan kulit batang matoa Pometia pinnata ini adalah kenaikan kandungan fenol ataupun flavonoid total terhadap kenaikan aktivitas penghambatan enzim adalah tidak sebanding.

Glucosidase inhibitors are class of drugs used as antidiabetic and can cause weight loss. The stem bark of matoa Pometia pinnata is known to be used as an antidiabetic, matoa leaf is known contain flavonoids and glycosides which make it potentially as glycosidase inhibitor. The aim of this study was to obtain the most active extracts in inhibiting glucosidase, find out the phenol and flavonoid content of Pometia pinnata stem bark and leaf extracts. The Pometia pinnata stem bark and leaf were extracted by multistage reflux. In vitro glucosidase inhibition test, total phenol and flavonoid content measurement on viscous extract were conducted. Ethanol extract is the most active extract in this study. The IC50 values of two most active extracts are 9,20 1,33 g mL on leaf ethanol extract and 13,44 2,85 g mL on stem bark ethanol extract. This value is lower than the standard acarbose which has IC50 value 109,59 g mL. The highest phenol content in leaf extract was ethanol extract, which value is 211,111 mg GAE g extract, while stem bark extract that containing phenol was ethanol extract, which value of phenol content is 51,852 mg GAE g extract. Meanwhile, the highest flavonoid content of leaf extract was on ethyl acetate leaf extract which value is 177,688 mg QE g extract, and flavonoid content value on the stem bark ethanol extract is 43,443 mg QE g extract.The conclusion of leaf and stem bark matoa Pometia pinnata extract test is the increase of phenol or flavonoids content to increase of enzyme inhibition activity is not comparable.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Pradnya Paramita
"ABSTRAK
Alfa-glukosidase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glikosidik pada oligosakarida menjadi monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Penghambatan enzim ini akan mengurangi penyerapan monosakarida sehingga terjadi penurunan kadar glukosa postprandial. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak etanol 80% daun mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) menunjukkan penghambatan aktivitas alfa-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penghambatan aktivitas alfa-glukosidase pada ekstrak etanol 80% yang difraksinasi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Metode ekstraksi yang digunakan adalah refluks dengan pelarut etanol 80% dan dilanjutkan dengan fraksinasi partisi menggunakan corong pisah dengan pelarut polaritas gradien. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel aktif dengan penghambatan alfa-glukosidase adalah ekstrak etanol dan fraksi etil asetat (dibandingkan dengan acarbose, IC50 acarbose 46,16 g/mL). Ekstrak etanol 80% memiliki nilai IC50 sebesar 21,345 ± 3,27 g/mL dan fraksi etil asetat memiliki IC50 sebesar 31,595 ± 3,97 g/mL. Sedangkan fraksi n-heksana dan metanol menghasilkan nilai IC50 yang lebih besar dari standar, yaitu 181.855 ± 9,54 dan 95,6 ± 6,91 g/mL. Kandungan total fenol dalam ekstrak etanol 80%, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol daun mingaram berturut-turut adalah 613,79; 591.80; 874,96; dan 566,14 mgGAE/gr sampel. Peningkatan kadar fenol total tidak sebanding dengan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase. Fraksinasi tidak menurunkan nilai IC50 penghambatan alfa-glukosidase jika dibandingkan dengan nilai IC50 ekstrak awal.
ABSTRACT
Alpha-glucosidase is an enzyme that can hydrolyze glycosidic bonds in oligosaccharides into monosaccharides (glucose, fructose, and galactose). Inhibition of this enzyme will reduce the absorption of monosaccharides resulting in a decrease in postprandial glucose levels. In a previous study, 80% ethanol extract of mingaram (Caphalomappa malloticarpa J.J.Sm.) leaves showed inhibition of alpha-glucosidase activity. This study aimed to test the inhibition of alpha-glucosidase activity in 80% ethanol extract fractionated using n-hexane, ethyl acetate, and methanol as solvents. The extraction method used was reflux with 80% ethanol solvent and continued with partition fractionation using a separating funnel with a gradient polarity solvent. The test results showed that the active samples with alpha-glucosidase inhibition were ethanol extract and ethyl acetate fraction (compared to acarbose, IC50 acarbose 46.16 g/mL). The 80% ethanol extract had an IC50 value of 21.345 ± 3.27 g/mL and the ethyl acetate fraction had an IC50 of 31.595 ± 3.97 g/mL. Meanwhile, the n-hexane and methanol fractions produced IC50 values ​​that were greater than the standard, namely 181,855 ± 9.54 and 95.6 ± 6.91 g/mL. The total phenol content in 80% ethanol extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and methanol fraction of mingaram leaves were 613.79; 591.80; 874.96; and 566.14 mgGAE/gr sample. The increase in total phenol content was not proportional to the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition. Fractionation did not decrease the IC50 value of alpha-glucosidase inhibition when compared to the IC50 value of the initial extract."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khanisa Faradiba
"Kanker hati menempati peringkat keenam pada kasus kanker di seluruh dunia dan peringkat kelima kejadian kanker tertinggi di Indonesia. Pemberian kemoterapi sebagai pengobatan kanker dapat memberikan efek samping dan dapat menimbulkan resistensi obat. Oleh karena itu, diperlukan terapi tambahan dengan mencari bahan yang berpotensi sebagai agen antikanker, salah satunya adalah propolis. Aktivitas antikanker propolis diduga berasal dari senyawa utamanya, yaitu fenol dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antikanker ekstrak etanol propolis (EEP) dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama asal Kalimantan Timur. Propolis mentah diekstraksi menggunakan etanol. Kadar fenol total ekstrak etanol propolis dikuantifikasi menggunakan metode Folin-Ciocalteu dan kandungan flavonoid total menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan Spektrofotometer UV-Vis. Uji antikanker dilakukan menggunakan metode MTT assay terhadap sel HepG2. Variasi konsentrasi EEP yang digunakan pada penelitian ini adalah 2000, 1000, 500, 250 dan 125 μg/mL. Kadar fenol total ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama diperoleh masing-masing sebesar 92,31±0,65 mgEAG/g dan 11,61±0,03 mgEAG/g. Kadar flavonoid total ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama diperoleh masing-masing sebesar 8,77±0,04 mgEK/g dan 0,41±0,01 mgEK/g. Dari uji MTT diperoleh ekstrak etanol propolis dari Geniotrigona thoracica dan Heterotrigona itama menunjukkan tidak adanya aktivitas antikanker pada sel kanker HepG2 dengan IC50 berturut-turut sebesar 886,42 μg/mL dan 2195,66 μg/mL.

Liver cancer ranks sixth in cancer cases worldwide and Indonesia's fifth highest cancer incidence. Giving chemotherapy as a cancer treatment can have uncomfortable side effects and can cause drug resistance. Therefore, additional therapy is needed by looking for potential anticancer agents, one of which is propolis. The anticancer of Propolis is thought to originate from its main compounds, namely phenols and flavonoids. This study aimed to determine the anticancer activity of ethanol extract of propolis (EEP) from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama from East Kalimantan. Raw propolis is extracted using ethanol. The total phenolic content of the ethanol extract of propolis was quantified using the Folin-Ciocalteu method, and the total flavonoid content using the AlCl3 colorimetric method with a UV-Vis spectrophotometer. The anticancer test was carried out using the MTT assay method against HepG2 cells. Variations in EEP concentrations used in this study were 2000, 1000, 500, 250, and 125 μg/mL. The total phenolic content of the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama was 92.31±0.65 mgGAE/g and 11.61±0.03 mgGAE/g, respectively. The total flavonoid content of the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama was 8.77±0.04 mgQE/g and 0.41±0.01 mgQE/g, respectively. From the MTT assay, it was obtained that the ethanol extract of propolis from Geniotrigona thoracica and Heterotrigona itama showed no anticancer activity on HepG2 cancer cells with IC50 of 886.42 μg/mL and 2195.66 μg/mL, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Istigfara Nindya Kirana
"Propolis merupakan zat resin yang diproduksi oleh lebah tak bersengat yang memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Salah satu manfaat yang dimiliki oleh propolis adalah antikanker. Aktivitas antikanker yang dimiliki oleh propolis diduga berasal dari kandungan yang dimilikinya, terutama senyawa fenol maupun flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dua ekstrak etanol propolis dari lebah Homotrigona fimbriata dan Tetragonula biroi terkait aktivitasnya sebagai antikanker terhadap sel HepG2. Di samping itu, dilakukan pula penetapan kadar fenol total serta kadar flavonoid total. Kedua propolis diekstraksi secara maserasi kinetik menggunakan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk penetapan kadar fenol melalui metode Folin-Ciocalteu dengan standar asam galat serta penetapan kadar flavonoid melalui metode kolorimetri AlCl3 menggunakan standar kuersetin. Uji antikanker dilakukan melalui uji MTT terhadap sel HepG2 untuk memperoleh nilai IC50. Dari hasil analisis, ditetapkan kadar fenol total untuk Homotrigona fimbriata sebesar 29,87 mgEAG/g dan untuk kadar flavonoid total sebesar 2,31 mgEK/g. Kadar fenol total Tetragonula biroi menunjukkan hasil sebesar 12,26 mgEAG/g dan kadar flavonoid 1,09 mgEK/g. Pada uji MTT diperoleh nilai IC50 Homotrigona fimbriata sebesar 2613,39 µg/mL dan Tetragonula biroi 4015,71 µg/mL. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol propolis Homotrigona fimbriata dan Tetragonula biroi tidak aktif sebagai antikanker terhadap sel HepG2.

Propolis is a natural resinous mixture produced by stingless bees which propolis itself has various health benefits. An example of benefit that handed by propolis is anticancer. This anticancer activity suspected derive from its compounds, particularly phenolics and flavonoids. This research aimed to examine two ethanolic extracts of propolis that are collected from Homotrigona fimbriata and Tetragonula biroi related to their activity as anticancer agent towards HepG2 cell line. Besides that, determination of total phenolic content and total flavonoid content were observed too. The extraction of both propolis were performed by kinetic maceration using ethanol as solvent. The extracts then used to determine total phenolic content through Folin-Ciocalteu method using gallic acid as standard also determine total flavonoid content which carried out using AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. The anticancer activity test was done using MTT assay towards HepG2 cells to obtain IC50 value. From the analysis results, it was established that total phenolic level of Homotrigona fimbriata was 29,87 mgGAE/g and result for total flavonoid content was 2,31 mgQE/g. The result of determining total phenolic content from Tetragonula biroi was 12,26 mgGAE/g and the total flavonoid level was 1,09 mgQE/g. In MTT assay, the IC50 value for Homotrigona fimbriata was 2613,39 µg/mL and for Tetragonula biroi was 4015,71 µg/mL. Thus, it may be concluded that ethanolic extract of propolis collected from Homotrigona fimbriata and Tetragonula biroi are not active as anticancer agent against HepG2 cell line."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Widiyanti Kusumaningati
"Jahe (Zingiber officinale Roscoe), merupakan salah satu bahan alam yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka banyak penelitian yang telah membuktikan kemampuan jahe sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan suatu bahan alam tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar fenol total ekstrak jahe dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteau. Tahap pertama homogenat jahe diekstrak dua kali dengan menggunakan pelarut metanol 70%. Kemudian residu dilarutkan dengan metanol 50%, Tahap kedua dibuat serangkaian larutan standar asam galat dengan kadar ; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Dengan metode Folin-Ciocalteau kedua larutan tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 765 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari hasil analisis didapatkan kadar fenol total jahe adalah 92,98 mg Equivalen Asam Galat per 100 g berat jahe segar. Dari hasil perbandingan dengan penelitian lain yang menganalisis kadar fenol total tomat dan mengkudu, dapat disimpulkan bahwa jahe memiliki kadar total fenol tertinggi.

Ginger (Zingiber officinale Roscoe), one of the important natural sources in the life of Indonesian community. Along with science and technology andvancement, there are many recent studies have shown ginger properties as a natural antioxidant. Antioxidant activity of natural source related to its total phenolic content. In this study, total phenolic content was determined using Folin-Ciocalteau method. First ginger homogenate was extracted 2 times using methanol 70% as a solvent. The residue was dissolved in methanol 50%. The second stage, we made a series of gallic acid solution as a standard of measurement, with the level of; 0.25; 0.5; 1.0; 2.5; 5.0; 7.5. µg/mL Furthemore the two solutions were analyzed by spectrometry and absorbance measured at 765 nm. The results of the analysis was obtained the level of total phenol ginger is 92,98 mg Gallic Acid Equivalent per 100g fresh weight. Compare to the results of another total phenol research, tomato and noni, ginger has a highest result."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Redmawati
"Biji melinjo Gnetum gnemon mengandung resveratrol, yaitu senyawa polifenol yang memiliki manfaat terhadap kesehatan manusia. Iradiasi gamma adalah salah satu teknologi dekontaminasi yang biasa digunakan untuk produk herbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek iradiasi gamma terhadap kadar resveratrol dan aktivitas antioksidan. Biji melinjo diiradiasi pada dosis 0.0; 2.5; 5.0; 7.5; dan 10.0 kGy. Masing-masing sampel diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh diuji untuk penetapan kadar resveratrol dengan KCKT, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan kadar fenol total menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu. Iradiasi gamma meningkatkan kadar resveratrol, aktivitas antioksidan, dan kadar fenol total ekstrak biji melinjo. Iradiasi pada dosis 5 kGy menunjukkan hasil paling tinggi pada kadar resveratrol 0,18 0,004 mg/g serbuk simplisia , IC50 94,64 0,24 g/mL , dan kadar fenol total 15,01 0,24 mg EAG/g serbuk simplisia . Penelitian ini menunjukan hubungan signifikan antara kadar resveratrol, IC50, dan kadar fenol total p.

Melinjo Gnetum gnemon seeds contain resveratrol, a polyphenol compound which has beneficial on human health. Gamma irradiation is a technology used to be decontamination on herbal product. Gamma irradiation can effect polyphenol compound on them. The aim of this study was to determine the effect gamma irradiation on resveratrol content and antioxidant activity. Melinjo seeds were irradiated at doses of 0.0 2.5 5.0 7.5 and 10.0 kGy. Each sample was extracted by reflux method with ethanol. The extracts were tested for resveratrol content with HPLC, antioxidant activities by DPPH assay, and total phenolic content using Folin Ciocalteu method. Gamma irradiation increased resveratrol content, antioxidant activity, and total phenolic compound on melinjo seeds extracts MSE . The irradiation at 5 kGy demonstrated the highest resveratrol content 0.18 0.004 mg g seeds powder , IC50 94.64 0.24 g mL , and total phenolic compound 15.01 0.24 mg GAE g seeds powder. This study showed significant corellation between resveratrol, IC50, and total phenolic compound."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieah Siti Rahmawati
"ABSTRAK
Achyranthes aspera atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Sangketan merupakan tumbuhan liar yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Akar Achyranthes aspera ini dapat berkhasiat sebagai penyembuh luka dengan melibatkan peran arginase, arginin, dan metabolitnya yaitu nitrit oksida yang memengaruhi secara langsung proses penyembuhan luka tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak akar Achyranthes aspera dalam menghambat aktivitas arginase. Simplisia diekstraksi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan metode ultrasound-assisted extraction. Ekstrak yang dihasilkan dari masing-masing pelarut kemudian diuji penghambatannya terhadap aktivitas arginase menggunakan metode kolorimetri dengan microplate, lalu dilakukan penetapan kadar fenol total dan kadar flavonoid total. Uji penghambatan aktivitas arginase oleh ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 100 g/ml secara berurutan adalah 9,56; 17,58; dan 29,77; kandungan fenol total secara berurutan adalah 3,91; 4,83; dan 11,18 mgGAE/gram sampel serta kandungan flavonoid total secara berurutan adalah 0,29; 0,80; dan 0,88 mgQE/gram sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar Achyranthes aspera memiliki potensi penghambatan aktivitas arginase yang rendah.

ABSTRACT
Achyranthes aspera, or commonly called as Sangketan in Indonesian is a wild plant that is used as a traditional medicine. The roots of Achyranthes aspera can be used as a wound healer by involving the role of arginine and its metabolites, nitric oxide, that directly affect the wound healing process itself. The aim of this study was to determine the potential of Achyranthes aspera roots extract in inhibiting arginase activity. The simplicia is extracted using ultrasound assisted extraction method with n hexane, ethyl acetate, and methanol solvent. Each extract from different solvents were tested for the inhibition of arginase activity using colorimetric method with microplate, determination of total phenolic concentration, and total flavonoid concentration. The results of inhibition test of arginase activity by n hexane, ethyl acetate, and methanol extract in sequence are 9.56, 17.58 and 29.77 at concentration of 100 g/ml the total phenol concentration in sequence are 3.91 4.83 dan 11.18 mgGAE gram of sample and the total flavonoid concentration in sequence are 0.29 0.80 and 0.88 mgQE gram of sample. From this research it can be concluded that Achyranthes aspera roots extract had low potency of arginase inhibitory activity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>