Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukma Pamungkas
"ABSTRAK
Banyak korban sulit menyelamatkan diri ketika terjadi kebakaran karena terhalang asap dan tewas akibat menghirup gas berbahaya dan beracun seperti CO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Zeolit Alam Bayah murni dan aktivasi dapat menjernihkan asap dan mengurangi kadar CO. Zeolit Bayah diaktivasi dengan dengan cara direndam dan diaduk dalam larutan HF 2%, HCl 6M, dan NH4Cl 0,1M. Setelah itu dikalsinasi dengan suhu 500°C. Hasil uji XRF menunjukkan rasio Si/Al meningkat dari 5,25 menjadi 10,11 setelah aktivasi, sedangkan hasil uji BET menunjukkan luas permukaan meningkat dari 20,32 22 m /gr menjadi 83,15 m /gr. Daya adsorpsi Zeolit Bayah aktivasi dengan ukuran 37 μm sebanyak 3 gr memiliki nilai t*10 terkecil, yaitu 0,44 dan menurunkan rasio CO selama 20 menit sebanyak 4,47%.

ABSTRACT
Many victims are difficult to escape when the fire occurred due to blocked by smoke and died in consequence of inhaling toxic gases such as CO. This research was conducted to determine whether pure and activated Zeolite Bayah can clear up the smoke and reduce CO levels. Zeolite is activated by soaked and stirred in a solution of 2% HF, 6M HCl and 0.1 M NH4Cl. After that, calcined with temperature of 500°C. The result of XRF test showed ratio of Si/Al increases from 5.25 to 10.11 after activation, whereas result of BET test showed surface area 2 increased from 20.32 to 3.15 m /gr. Adsorption capacity of activated zeolite with amount 3 gr and size 37 μm has the smallest value, that is 0.44, and reduced CO 4,47% for 20 minutes. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S382
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Pamungkas
"
Banyak korban sulit menyelamatkan diri ketika teijadi kebakaran karena terhalang asap dan tewas akibat menghirup gas berbahaya dan beracun seperti CO. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Zeolit Alam Bayah mumi dan aktivasi dapat menjernihkan asap dan mengurangi kadar CO. Zeolit Bayah diaktivasi dengan dengan cara direndam dan diaduk dalam larutan HF 2%, HC1 6M, dan NH4CI 0,1M. Setelah itu dikalsinasi dengan suhu 500°C. Hasil uji XRF menunjukkan rasio Si/Al meningkat dari 5,25 menjadi 10,11 setelah aktivasi, sedangkan hasil uji BET menunjukkan luas permukaan meningkat dari 20,32 m2/gr menjadi 83,15 m2/gr. Daya adsorpsi Zeolit Bayah aktivasi lebih baik, dengan ukuran 74 - 53 pm sebanyak 3 gr nilai A20 berturut-turut untuk titik 1, titik 2, dan titik 3 sebesar 21%, 19%, dan 19%, dengan ukuran < 37 pm sebanyak 3 gr menurunkan rasio CO selama 20 menit menjadi 0,1."
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farah Inayati
"Pendahuluan: Rokok konvensional masih banyak digunakan di Indonesia, sedangkan prevalensi pengguna rokok elektronik juga terus meningkat. Rokok elektronik dianggap lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional. Tidak terdapat pembakaran dalam rokok elektronik, sehingga tidak ada CO yang dikeluarkan.
Metode: Metode penelitian yang digunakan ialah studi potong lintang komparatif pada responden berusia 18 – 24 tahun, berdomisili di Jakarta dan Depok pada bulan Februari hingga September 2019. Sampel dipilih menggunakan teknik consecutive sampling yaitu 40 perokok konvensional dan 40 perokok elektronik. Kadar CO diukur dengan piCO+Smokerlyzer®. Uji analisis data yang digunakan ialah uji Mann Whitney untuk membandingkan kadar CO pada perokok konvensional dan elektronik.
Hasil: Mayoritas responden adalah laki-laki berusia 20 tahun. Seluruh responden perokok konvensional adalah mahasiswa Universitas Indonesia sedangkan mayoritas responden perokok elektronik berasal dari Jakarta Pusat (22,5%). Rerata kadar CO ekspirasi pada perokok konvensional adalah 17,34 (SB 10,22) ppm sedangkan pada perokok elektrik adalah 6,92 (SB 3,92) ppm. Kedua hasil tersebut menunjukkan hasil yang berbeda bermakna (p<0,001).
Diskusi: Kadar CO ekspirasi perokok elektronik lebih rendah secara signifikan dibandingkan perokok konvensional karena dalam rokok elektronik tidak terjadi pembakaran seperti dalam rokok konvensional sehingga tidak menghasilkan CO.

Introduction: Conventional cigarette is widely used in Indonesia. Meanwhile, the prevalence of electronic cigarette (e-Cigarette) users keeps increasing. E-Cigarette is considered safer than conventional cigarette by common people. Because there is no combustion process, e-Cigarette does not produce carbon monoxide (CO).
Method: This is a comparative study with cross-sectional design on subjects aged 18 to 24 years old resided in Jakarta and Depok on February until September 2019. Subjects are chosen using consecutive sampling method on 40 conventional cigarette smokers and 40 e-Cigarette smokers. Level of expired CO is measured using piCO+ Smokerlyzer®. We use Mann Whitney test to compare expired CO levels between conventional cigarette smokers and e-Cigarette smokers.
Results: The majority of subjects are male aged 20 years old. All of the conventional cigarette users are the undergraduate students of University of Indonesia, while the majority of e-Cigarette users are from Central Jakarta (22,5%). The average of expired CO level on conventional cigarette users is 17,34 (SD 10,22) ppm and on e-Cigarette users is 6,92 (SD 3,92) ppm. There is a significant difference between those two groups (p<0,001).
Discussion: Level of expired CO on e-Cigarette smokers is significantly lower than conventional smokers because unlike conventional cigarette, there is no combustion in e-Cigarette and therefore no CO is produced.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library