Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafwatus Tsana
"Parameter keberhasilan dari pengelolaan DAS adalah tetap tersedianya air disaat musim kering dan tidak banjir disaat musim hujan. Skripsi ini membahas tentang morfometri dan hidrologi di DA Way Sekampung dari tingkat percabangan sungai, Kerapatan jaringan sungai, tekstur jaringan, jenis batuan, dan debit aliran pada sub DAS. Melalui perhitungan rumus matematis dari masing-masing morfometri serta analisis spasial, mengungkapkan bahwa nilai morfometri dari tiap sub DAS pada jenis batuan yang berbeda memiliki nilai yang berbeda. Pada perhitungan debit aliran tahunannya terdapat perbedaan besaran debit pada masing-masing karakteristik morfometri dengan perbedaan jenis batuan.

The paramaters of watershed management are reserving the water supply during the dry season and keeping the water supply to avoid the flood in the rainy season. Focus of this study is morphometry and hydrology in the Way Sekampung watershed. Its covers the river branches, the river network density, the river network texture, types of rock, and basin flow discharge. Through the mathematical calculation based on morphometry and spatial analysis, the study revealed that types of rock of watershed influenced the characteristic of morphometry. This study also found that flow discharge depends on characteristic of morphometry and types of rock.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanah longsor (landslide) menurut Sharpe adalah tipe gerakan batuan yang dapat diamati dan melibatkan massa kering bahan rombakan bumi. Tanah longsor terjadi karena adanya gangguan keseimbangan gaya yang bekerja pada lereng yaitu gaya penahan dan gaya peluncur. Gaya penahan massa tanah pada lereng dipengaruhi oleh kandungan air, berat massa tanah itu sendiri dan berat beban bangunan. Ketidakseimbangan gaya yang bekerja pada lereng menyebabkan lereng menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut menyebabkan massa tanah atau batuan bergerak turun. Tanah longsor terjadi karena adanya karakteristik fisik suatu wilayah yang memungkinkan terjadinya tanah longsor atau disebut juga wilayah potensi tanah longsor. Karakteristik tersebut adalah geologi (litologi), kelas lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, penggunaan tanah, dan ditambah dengan curah hujan. Karakteristik fisik tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling behubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengolahan karakteristik fisik tersebut dilakukan dengan cara skoring sehingga akan menghasilkan suatu kelas wilayah potensi tanah longsor. Dalam penelitian ini klasifikasi potensi tanah longsor terdiri dari wilayah potensi tanah longsor rendah, wilayah potensi tanah longsor sedang, dan wilayah potensi tanah longsor tinggi. Berdasarkan pengolahan data, wilayah potensi tanah longsor tinggi terjadi karena memiliki nilai skoring yang tinggi dan variabel yang pada umumnya tinggi juga, potensi tanah longsor sedang memiliki variabel dengan kelas antara rendah dan sedang, dan potensi tanah longsor rendah memiliki variabel dengan kelas rendah. Pada wilayah potensi tanah longsor tinggi terdapat 25 kejadian tanah longsor, pada wilayah potensi tanah longsor sedang terdapat 52 kejadian tanah longsor, dan pada wilayah potensi tanah longsor rendah terdapat 3 kejadian tanah longsor. Kata kunci: curah hujan, jenis batuan, kedalaman efektif tanah, kelas lereng, penggunaan tanah, potensi, skoring, tekstur tanah. X + 58 Halaman; 18 tabel; 7 grafik; 6 foto; 9 peta; 21 pustaka (1963 ? 2004)"
Universitas Indonesia, 2007
S33928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhefita Ardhana Riswari
"ABSTRAK
Ketersediaan air semakin sulit karena penduduk terus bertambah sedangkan
sumber daya air tetap. Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan rezim hujan
barat yang memiliki iklim lebih basah dari pantai timur di Pulau Jawa, serta
potensi sumber daya air yang cukup banyak. Sulit air terjadi pada musim kemarau
panjang. Awal musim kemarau dan awal musim hujan ditentukan dengan metode
De Boer. Digunakan data curah hujan periode 30 tahun (1986 – 2015) dengan 13
titik stasiun. Pola spasial wilayah sulit air didapat dari overlay antara interpolasi
durasi musim kemarau rata-rata dan tingkat kekeringan rata-rata. Variabel jenis
batuan, jenis tanah, ketinggian, dan lereng digunakan untuk mengetahui dominasi
karakter fisik dari wilayah sulit air. Pola spasial wilayah sulit air rata-rata tahunan
dibandingkan dengan pola tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan pola spasial
wilayah sulit air di Kabupaten Lebak semakin ke utara dan selatan semakin tinggi.
Wilayah ini didominasi oleh jenis batuan endapan tersier, jenis tanah latosol,
wilayah ketinggian 0 – 100 mdpl, dan kelerengan landai (< 8%). Durasi musim
kemarau dan tingkat kekeringan tahun 2015 dari rata-rata tahunan menunjukkan
pola yang berbeda. Desa-desa yang mengalami sulit air tahun 2015 cenderung
akibat penyimpangan tingkat kekeringan yang tinggi.

ABSTRACT
Water availability becomes more difficult due to the population growth while the
source of water remains constant. Lebak is a region with western rain regime that
has a wetter climate of the east coast of Java, as well as the potential of water
resources is quite a lot. Water scarcity occurs during the dry season. The
beginning of the dry season and the beginning of rainy season is determined by
the method of De Boer. Rainfall data used a period of 30 years (1986 – 2015) with
13 stations. Spatial pattern of water scarcity area is obtained by performing
overlay between the interpolation of dry season duration average and the
interpolation of dryness level average. Rock types, soil types, elevation, and slope
are used to determine the dominance of the physical character of water scarcity
area. The spatial pattern of water scarcity area annual average is compared to the
pattern in 2015. The results showed the spatial pattern of water scarcity area in
Lebak more to the north and the south is getting higher. The area is dominated by
tertiary sedimentary rocks, latosol soil type, elevation area of 0 – 100 meters
above sea level, and slope ramps (< 8%). The duration of the dry season and
dryness level in 2015 showed different pattern compared to the annual average.
The villages that were affected by water scarcity in 2015 are likely due to high
irregularities of dryness level."
Universitas Indonesia, 2016
S63779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library