Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azzahra Banilia Janata
"Artikel ini mengkaji tentang hubungan antara individu yang lahir setelah tahun 2000-an dan para selebriti yang mempengaruhi mereka dengan menelusuri tagar #ootd atau yang biasa disebut outfit of the day di media sosial Instagram. Pada masa ini, influencer memainkan peran penting dalam aliran pendapatan/revenue streams untuk merek lokal karena mereka dianggap sebagai sumber yang terpercaya di era digital ini. Peran influencer telah mengambil alih industri pemasaran, hal ini disebabkan oleh para influencer yang menghasilkan lebih banyak gerakan/dampak dibandingkan dengan iklan tradisional. Konsumen saat ini lebih mengandalkan ulasan yang terkesan jujur, testimoni, dan rekomendasi word-of-mouth dari influencer sosial favorit mereka (Henderson, 2017). Melalui teori pemasaran media sosial Chaffey (2012), tulisan ini akan menyelami lebih dalam mengenai konteks pemasaran influencer di Indonesia. Tidak sedikit orang yang menerapkan bentuk pemasaran ini untuk meningkatkan kesadaran merek, menarik pelanggan dengan potensial baru serta membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis mereka (Garnes, 2021). Studi ini menguraikan dampak besar influencer bahwa pemasaran influencer telah mengambil alih industri pemasaran untuk merek fashion dengan mempromosikannya melalui tagar #OOTD di Instagram.

This article examines the relationship between those born after the 2000s and the celebrities who influence them by tracing the hashtag #ootd (outfit of the day) on social media Instagram. Influencers today play a significant role in ensuring revenue streams for local brands since they are considered credible sources in this digital era. Influencer marketing generates more online movements than other forms of traditional advertisement. Consumers today rely more on authentic reviews, testimonials, and word-of-mouth recommendations from their favorite social influencers (Henderson, 2017). Through Chaffey’s (2012) social media marketing theory, this paper will dive deeper into the context of influencer marketing in Indonesia. Many brands have enforced this form of marketing to increase brand awareness, attract new potential customers, and help boost their business growth (Garnes, 2021). This study elaborates on the current impact of influencers on fashion brands by promoting the #OOTD hashtag on Instagram.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Riyani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5968
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Hasna Lathifa
"Imitation of influencers merupakan salah satu motivasi konsumen dalam membeli produk yang direkomendasikan oleh influencer. Namun, belum banyak penelitian yang membahas imitation of influencers terutama memfokuskan pada salah satu influencer di sebuah platform. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh imitation of influencers Tasya Farasya sebagai beauty influencer terhadap purchase decision pengikutnya pada produk kosmetik merek Luxcrime melalui materialisme sebagai variabel mediasi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling pada pengikut akun Instagram Tasya Farasya. Melalui metode survei, sampel pada penelitian ini berjumlah 150 dengan ketentuan pengikut tersebut pernah membeli produk Luxcrime. Hipotesis di uji dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM) dengan software SmartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imitation of influencer memiliki pengaruh signifikan terhadap materialisme dan purchase decision. Kemudian, materialisme berpengaruh signifikan terhadap purchase decision. Serta imitation of influencer berpengaruh secara tidak langsung terhadap purchase decision melalui materialisme.

Imitation of Influencers is currently one of the main motivation of customers when purchasing products recommended by Influencers. However, studies that discuss Imitation of Influencers especially focused on one of influencers at specific social media platform are limited. The purpose of this study was analyze the effect of Tasya Farasya’s imitation of influencer as a beauty influencer on the purchase decision of Luxcrime cosmetic products by her followers on Instagram through materialism as a mediating variable. Through the survey method, the sample in this study was 150 respondents who are Tasya Farasya's Instagram followers who had purchased Luxcrime's cosmetic products. The hypothesis was tested using the Structural Equation Modeling (SEM) method with SmartPLS 3.0 software. The results of the study showed that imitation of influencer has a significant influence on materialism and purchase decisions. Then, materialism has a significant effect on the purchase decision. As well as imitation of influencers indirectly influence the purchase decision through materialism."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cintha Tirangi Rivai
"Media sosial memiliki banyak kegunaan di era ini yang menjadi penting bagi kehidupan sehari-hari masyarakat terutama bagi berbagai perusahaan untuk meningkatkan penjualan dengan cara menggunakan promosi iklan. Ketika platform media sosial berkembang dan pengguna mulai meningkat, pemasar kemudian mulai menggunakan peluang ini dengan cara menggunakan influencer di media sosial untuk mempromosikan produk mereka dan meningkatkan citra merek serta niat beli. Melihat kesuksesan di balik pemasaran influencer, berbagai perusahaan mulai menggunakan para influencer dan membayar mereka untuk mempromosikan perusahaan mereka, dengan harapan dapat meningkatkan citra merek dan konsep diri di dalam pelanggan. Di Indonesia, salah satu merek yang terkenal menggunakan influencer adalah MS Glow yang merupakan brand lokal perawatan kulit nomor satu di Indonesia. Penelitian ini ingin menganalisis efektivitas influencer MS Glow terhadap citra merek, konsep diri, dan niat beli MS Glow. Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan SEM Smart PLS 3.0, Microsoft Excel, Google Docs, dan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MS Glow Influencer memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat beli, citra merek, dan konsep diri MS Glow. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek dan konsep diri MS Glow berpengaruh signifikan terhadap niat beli. Namun, konsep diri tidak berdampak pada citra merek MS Glow.

As the social media platforms evolved and users started to increase, individuals then started to take advantage of it. Many individuals, also known as influencers, then took this opportunity to make money by doing businesses with brand owners to promote their brand in order to increase brand image as well as purchase intention, which then lead to influencer marketing. Seeing the success behind influencer marketing, brand owners start to embrace them and pay them more money to promote their brands, in hopes to increase its brand image and self concept within the customers. In Indonesia, one of the brands that uses influencer is MS Glow, which is the number one skin care local brand in Indonesia. This research aims to analyze the effectiveness of MS Glow influencers toward brand image, self concept, and purchase intention. The data obtained is processed using SEM Smart PLS 3.0, Microsoft Excel, Google Docs, and SPSS. The results have shown that MS Glow Influencers have a significant impact toward MS Glow’s purchase intention, brand image, and self concept. Also, results have shown that MS Glow’s brand image and self concept have significant impact toward purchase intention. However, self concept doesn't have an impact toward MS Glow’s brand image."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessafa Carissa Luthfiandita
"Dengan pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia, masyarakat perlu patuh dan beradaptasi dengan protokol baru untuk menekan jumlah kasus. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan influencer media sosial dalam mempromosikan protokol kesehatan selama COVID-19. Protokol tersebut meliputi penggunaan masker, social distancing, dan cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitiser. Makalah ini akan menganalisis peran influencer dalam mempromosikan kampanye protokol kesehatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era COVID-19. Teori pembelajaran sosial Bandura berpendapat bahwa salah satu metode untuk mengubah perilaku adalah dengan menetapkan model peran. Melalui tinjauan pustaka dan pengumpulan data sekunder, ditemukan bahwa influencer bertindak sebagai panutan publik dalam mempromosikan protokol kesehatan yang baru dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol tersebut.

With the COVID19 pandemic happening in the world, the public needs to obey and adapt to a new protocol to reduce the number of cases. The Ministry of Tourism and Creative Economy collaborated with social media influencers in promoting health protocol during COVID19. These protocol includes wearing a mask, social distancing and washing hands using soap or hand sanitiser. This paper will analyse the role of an influencer in promoting the health protocol campaign for the Ministry of Tourism and Creative Economy in the COVID19 era. Bandura’s social learning theory argues that one of the methods of behaviour change is by setting a role model. Through literature review and secondary data collection, it is found that influencers act as a role model in promoting the new health protocols as well as raising awareness in applying the health protocols."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Putri Andinta
"Social Media Influencers telah menjadi alat komunikasi pemasaran yang penting karena menawarkan keterlibatan dengan sejumlah besar pembeli potensial dalam waktu singkat dengan biaya lebih rendah daripada iklan tradisional (Evans dkk, 2017 dalam Weismueller dkk, 2020). Pada sisi lain, brand sebagai aset yang paling berharga bagi setiap perusahaan, menggunakan social media influencers untuk dapat menarik partisipasi dari konsumen brand itu sendiri sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan konsumen dalam memfasilitasi keputusan mereka dalam pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan social media influencers dalam membangun brand image dan brand awareness. Menggunakan pendekatan kualitatif, riset berbasis studi pustaka (literature review) ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa cara untuk membangun brand image dan brand awareness melalui social media influencers. Pertama melalui Influencer Identification dan Measurement. Dalam tahap ini, brand akan memilih social media influencers yang tidak hanya memiliki pengaruh yang kuat, melainkan sesuai dengan persona yang ingin brand tersebut tampilkan. Kedua, melalui interaksi Social Media Influencers dengan khalayak. Interaksi oleh social media influencer dilakukan dengan membuat konten yang dapat menarik minat publik dengan menyesuaikan konsep dengan gaya berkomunikasi dan juga keahlian social media influencer tersebut.

Social Media Influencers have become an important marketing communication tool because they offer engagement with many potential buyers in a short period at a lower cost than traditional advertising (Evans et al, 2017 in Weismueller et al, 2020). Apart from that,brand as the most valuable asset for every company, uses social media influencers to attract participation and engagement from consumers to increase consumer trust and confidence in facilitating their purchase decisions. This study aims to analyze the usage of social media influencers to build brand image and brand awareness. Using a qualitative approach, this literature review-based research reveals several ways to build brand image and brand awareness through social media influencers. Firstly, by Influencer Identification and Measurement. At this stage, the brand will choose the social media influencers that have a strong influence and fit with the persona that the brand wants to show. Secondly, by the interaction between social media influencers and their audience. Interaction with the audience will be attractive by adjusting the concept with the social media influencer’s communication expertise."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Grace Dumaria
"ABSTRAK
Internet memengaruhi cara para pelaku bisnis dalam mengomunikasikan brand secara luas karena hemat biaya, ramah pengguna, dan menyediakan banyak saluran digital untuk terhubung dengan konsumen. Salah satu saluran digital yang dapat digunakan adalah media sosial Instagram. Melalui Instagram, pemilik brand dapat melakukan promosi dan meningkatkan brand awareness. Cara promosi yang paling sering digunakan dalam beberapa tahun terakhir adalah dengan menggunakan influencers. Penelitian ini menganalisis bagaimana penggunaan influencers dapat meningkatkan brand awareness pada produk pocket wi-fi sewaan, IziRoam, berdasarkan 3 (tiga) dimensi dari source credibility model dan 3 (tiga) dimensi dari source attractiveness model. 116 influencers dikelompokkan berdasarkan dimensi tersebut. Dalam analisis ditemukan bahwa dengan menggunakan influencers dalam kategori attractive, brand IziRoam mendapatkan exposure yang cukup tinggi, namun ini belum efektif untuk mendorong khalayak agar mengetahui lebih lanjut tentang produknya. Sebaliknya, influencers dalam kategori credible lebih efektif digunakan untuk meningkatkan brand awareness IziRoam karena kontennya lebih fokus pada produknya dan bukan pada influencer-nya.

ABSTRACT
The internet influences the way business people communicate their brand widely because it is cost-effective, user-friendly, and provides many digital channels to connect with consumers. One of digital channels that can be used is Instagram. Through Instagram, brand owners can promote and increase brand awareness. The most common promotional method in recent years is the use of influencers. This study analyzes how the use of influencers can increase brand awareness of a pocket wi-fi rental product, IziRoam, based on 3 (three) dimensions of the source credibility model and 3 (three) dimensions of the source attractiveness model. 116 influencers were grouped according to these dimensions. In the analysis, it was found that by using influencers from attractive category, IziRoam generated a high exposure from the audience, but it was not effective in encouraging target audiences to find out more about their products. On the contrary, influencers from credible category are more effective to increase IziRoams brand awareness because the content were more focused on the products instead of the influencers."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesa Putri Andini
"Industri fesyen adalah salah satu kontributor utama pada sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Produk domestik bruto (PDB) industri tekstil dan pakaian jadi mencapai Rp35,17 triliun pada kuartal II tahun 2022. Tren fesyen di Indonesia pada mulanya banyak mengadaptasi gaya busana masyarakat luar negeri. Namun tren ini mulai bergeser dengan munculnya banyak merek lokal yang mulai dikenal oleh masyarakat. Co-branding merupakan strategi pemasaran yang populer digunakan oleh para pemasar untuk mengenalkan produknya. Terdapat banyak merek fesyen lokal di Indonesia yang berkolaborasi dengan influencers media sosial untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor co-branding apa saja yang dapat memengaruhi pembelian konsumen terhadap produk kolaborasi merek fesyen lokal dengan social media influencers (SMI). Model penelitian dibangun menggunakan teori reasoned action dan teori co-branding untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara online. Analisis sebanyak 206 data responden dilakukan dengan metode Partial Least Square (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor SMI expertise mempengaruhi perceived fit yang lebih lanjut memengaruhi attitude towards co-brand dan purchase intention. Sedangkan faktor brand coolness, self-brand connection with influencers dan product involvement tidak ditemukan mempengaruhi perceived fit.

The fashion industry is one of the main top contributors to the creative economy sector in Indonesia. The gross domestic product (GDP) of the textile and apparel industry reached IDR 35.17 trillion in the second quarter of 2022. At the beginning of its development, Indonesian fashion trends still adapted many foreign fashion styles. However, this trend began to shift with the emergence of many local brands that began to be recognized by the public. Co-branding is a popular marketing strategy used by marketers to introduce their products. There are many local fashion brands in Indonesia that collaborate with social media influencers to reach more consumers. This research was conducted to find out what co-branding factors can influence consumer purchases of local fashion brand collaboration products with social media influencers (SMI). The research model was built using reasoned action theory and co-branding theory to understand the factors that influence purchase intention. The research was conducted quantitatively by distributing questionnaires online. Analysis of 206 respondent data was carried out using the Partial Least Square (PLS-SEM) method. The results showed that the SMI expertise factor affects perceived fit which further affects attitude towards co-brand and purchase intention. While the factors of brand coolness, self-brand connection with influencers and product involvement were not found to affect perceived fit."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Elysia Binti
"Perkembangan media sosial saat ini memberikan pengaruh terhadap kegiatan mempromosikan suatu produk yang dilakukan oleh pelaku usaha, ditambah dengan maraknya penggunaan internet yang dengan sangat mudah diakses oleh masyarakat. Munculnya media sosial, dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumen dan praktik pemasaran, sebagian besar didorong oleh platform itu sendiri. Influencer merupakan saah satu karakter terkenal di media sosial yang digunakan untuk mempromosikan produk mereka di media sosial jika mereka memiliki akses ke influencer. Gagasan dalam memilih influencer memberi pengaruh konsumen dalam membeli suatu barang. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus dimana influencer hanya dijadikan saksi dalam sebuah persidangan apabila terdapat iklan yang merugikan konsumen. Oleh karena itu untuk menjawab adanya kekosongan hukum tersebut, penulis mencoba mengkaji pengaturan yang ada di India The Consumer Protection Act. 2019 , India dan The Consumer Protectiona Act, B.e. 2522, di Thailand. Pengaturan ini telah mengatur kewajiban sebagai influencer dalam hal pengiklanan suatu produk. hasil penelitian ini memberikan kesimpulan yakni : (1) perlindungan bagi konsumen yang dirugikan akibat jasa endorsement yang dilakukan oleh influencer di Indonesia belum memiliki pedoman yang tetap atau belum di atur didalam Undang-Undang Nomo 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (2) perjanjian yang dibuat antara influencer dengan pelaku usaha di India dan Thailand telah menetapkan pedoman yang jelas untuk akuntabilitas influencer, salah satunya tanggung jawab influencer sama dengan tanggung jawab produk.

The development of social media has an influence on the activities of promoting a product carried out by business actors, coupled with the widespread use of the internet which is very easily accessed by the public. The rise of social media, and its influence on consumer behavior and marketing practices, is largely driven by the platforms themselves. Influencers are well-known characters on social media who are used to promote their products on social media if they have access to influencers. The idea of choosing influencers influences consumers in buying an item. This can be seen from the many cases where influencers were only used as witnesses in a trial when there were advertisements that harmed consumers. Therefore, to answer this legal vacuum, the author tries to examine the existing regulations in India, The Consumer Protection Act. 2019 , India and The Consumer Protectiona Act, B.e. 2522, in Thailand. This arrangement has regulated obligations as an influencer in terms of advertising a product. The results of this study provide the following conclusions: (1) protection for consumers who are harmed by endorsement services performed by influencers in Indonesia does not yet have fixed guidelines or has not been regulated in Law No. 8 of 1999 concerning Consumer Protection. (2) agreements made between influencers and business actors in India and Thailand have established clear guidelines for influencer accountability, one of which is that influencer responsibility is the same as product responsibility."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Kenvaleriano Syahputra
"Maskulinitas Toksik adalah istilah yang mulai digunakan pada tahun 1980-an untuk menggambarkan sikap dan perilaku yang diharapkan dari pria yang dapat berdampak negatif pada diri mereka sendiri dan masyarakat. Di dunia media sosial saat ini, terdapat banyak pengaruh yang memiliki pandangan yang bervariasi, dengan beberapa yang mempromosikan maskulinitas beracun. Sifat dari pengaruh media sosial adalah ide-ide mereka dapat ditransmisikan kepada audiens yang luas dan mungkin mempengaruhi pandangan dunia dan pengambilan keputusan sejumlah orang dalam audiens tersebut. Salah satunya adalah Andrew Tate, seorang guru bimbingan diri, motivator, dan pengaruh yang mendapatkan ketenaran melalui TikTok dan YouTube. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pandangan Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mempengaruhi pengikutnya. Studi kasusnya adalah Andrew Tate, seorang pria yang mendapatkan ketenaran dari TikTok dan kemudian diundang ke sejumlah podcast yang penuh dengan pernyataan yang mengafirmasi maskulinitas beracun. Data yang akan dianalisis diambil dari podcast Standout.TV, PBD Podcast, dan Adin Ross yang mengundang Andrew Tate untuk berpartisipasi dalam segmen mereka. Temuan penelitian menunjukkan pandangan misoginis Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mendapatkan ketenaran dan keuntungan dari pengikutnya

Toxic masculinity is a phrase that started being used in the 1980’s to describe the attitudes and behaviors that are expected from men that could have a negative impact on men themselves and society. In today’s world of social media, there are a lot of influencers that have varying views, with some that promotes toxic masculinity. It is the nature of social media influencers that their ideas can be transmitted over a large audience and possibly influence the worldview and decision making of a number of people in that audience. One of whom is Andrew Tate, a self-help guru/ motivator/ influencer that reached fame through TikTok and YouTube. This article aims to examine Andrew Tate’s view on masculinity and how he constructs his message to influence his followers. The case study will be Andrew Tate, a man who found fame from TikTok and later was invited to a number of podcasts filled with statements that affirm toxic masculinity. The data that will be analyzed is taken from the podcast from Standout.TV, PBD Podcast, and Adin Ross that invited Andrew Tate to take part in their segment. Research findings show Andrew Tate’s misogynistic views on masculinity and how he constructs his message assertively, rationalizing his rebuttals and gaining fame and profit from his followers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>