Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agil Kurniadi
"Skripsi ini membahas tentang indoktrinasi Manipol-USDEK pada masa demokrasi terpimpin. Masa demokrasi terpimpin ditandai dengan kekuasaan yang otoriter dengan peraturan yang terpusat. Kekuasaan otoriter digunakan oleh Sukarno untuk memberikan indoktrinasi Manipol-USDEK sebagai pedoman bagi rakyat. Melalui hal itu, indoktrinasi Manipol-USDEK terus diupayakan dengan berbagai macam regulasi yang mendukung indoktrinasi tersebut. Proses indoktrinasi akan dijelaskan sejak proses awal hingga berakhirnya rezim.

The thesis is discussing about indoctrination of Manipol-USDEK in thu guided democracy.The guided democracy’s regime was signed the power of authoritarian with the central of authority. The power of authoritarian was used by Sukarno for taking the indoctrination of Manipol-USDEK as orientation by people. Because of that, the indoctrination of Manipol-USDEK made being effort with the regulations which support the indoctrination. The process of indoctrination had being explored since the beginning until the end.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tek Wajariman
"Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi yang disepakati oleh founding fathers yang berdasarkan perasaan yang sama dari para pendahulu, senasib seperjuangan. Menjadi Indonesia merupakan pilihan dan telah dirasakan menyatu dan tidak ada rasa berbeda dan melihat perbedaan sebagai suatu yang menjadi bagian dari kehidupan. Perbedaan tersebut
harus dapat dikelola dengan melibatkan seluruh bangsa tanpa memandang latar belakang, suku, agama, dan partai politik maupun dukungan terhadap kelompok maupun individu. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila bagi seluruh warga melalui pendekatan yang bukan indoktrinasi langsung kepada masyarakat tetapi memberikan teladan sebagai pelayan masyarakat melalui mobilisasi media sosial dan digunakan untuk interaksi sosial, kenyamanan interaksi dan diskusi sosial bukannya pertentangan."
Jakarta : Biro Humas Settama Lemhannas RI , 2019
321 JKLHN 40 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: DUA-R, 1964
342.598 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Heratika
"Latar belakang: Seorang pilot yang bertugas di ketinggian dapat terpapar hipoksia, baik ringan maupun berat. Kejadian hipoksia di penerbangan dapat menjadi fatal, terutama jika hipoksia dialami seorang pilot saat bertugas. Salah satu manifestasi hipoksia adalah penurunan fungsi kognitif. Pilot dituntut untuk melakukan operasi multitasking dengan menggunakan fungsi kognitif, terutama saat darurat. Sehingga penurunan fungsi kognitif akibat hipoksia pada seorang pilot saat bertugas dapat menyebabkan kecelakaan dalam penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif pada paparan hipoksia di beberapa zona ketinggian.
Metode: Penelitian ini menggunakan uji eksperimental one group pretest-post test . Subjek penelitian adalah pilot militer yang mengikuti Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi di Lakespra Saryanto, Jakarta. Subjek mengisi kuesioner 6 CIT pada ground level, physiological efficient zone (10.000 feet) dan physiological defficient zone (25.000feet) dalam hipobarik chamber.
Hasil: Terdapat perubahan score 6 CIT di 10.000ft dibandingkan dengan ground level (Friedman post hoc Wilcoxon, P = 0.001). Terdapat juga perubahan score 6 CIT di 25.000ft dibandingkan dengan ground level (Friedman post hoc Wilcoxon, P < 0.001).
Kesimpulan: Terdapat perubahan fungsi kognitif di physiological efficient zone dan physiological defficient zone jika dibandingkan dengan di ground level.

Background: A pilot on duty at altitude can be exposed to hypoxia, both mild and severe hypoxia. The incidence of hypoxia on flight can be fatal, especially if hypoxia is experienced by pilot on duty. One manifestation of hypoxia is decreased cognitive function. Pilot is required to carry out multitasking operations using cognitive functions, especially at emergency. Therefore, decreased cognitive function due to hypoxia on pilot can cause accidents in flight. The aim of this study was to determine changes in cognitive function in hypoxia exposure at several altitude zones.
Methods: This study used an experimental one group pretest-post test design. The subjects were 31 military pilots who participated in Indoctrination and Aerophysiology Training. Subjects filled 6 CIT questionnaire at ground level, physiological efficient zone (10,000 feet) and physiological defficient zone (25,000 feet) in a hypobaric chamber.
Result: There was change of 6 CIT score at 10.000ft compared to ground level (Friedman post hoc Wilcoxon, P = 0.001). There was also change of 6 CIT score at 25,000 ft compared to ground level (Friedman post hoc Wilcoxon P <0.001).
Conclusion: There was change in cognitive function in physiological efficient zone and physiological defficient zone, compared to ground level.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogi Dwicahyo Nugroho
"ABSTRAK
Keterdesakan Jepang pada akhir Perang Dunia II memaksa mereka untuk membentuk pasukan TokkÅ?tai sebagai salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan peluang untuk menang. TokkÅ?tai merupakan pasukan khusus yang dibentuk oleh Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran. Mereka menjalankan misi dengan meledakkan diri atau menabrakkan diri pada pasukan musuh sehingga sering pula disebut sebagai pasukan bunuh diri. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai indoktrinasi Kokka ShintÅ? yang dilakukan pemerintah dan kekaisaran Jepang sehingga masyarakat bersedia untuk bergabung dalam pasukan TokkÅ?tai. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan teknik penelitian studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori Nasionalisme Religius yang dikemukakan oleh Mark Juergensmeyer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indoktrinasi yang dilakukan oleh Jepang semenjak zaman Meiji adalah dengan mengonstruksi ShintÅ? tradisional menjadi Kokka ShintÅ? yang memiliki inti kesetiaan pada Kaisar sebagai dasar nasionalisme bersifat religius dan menanamkannya sejak dini pada masyarakat Jepang sehingga dapat dengan mudah dimobilisasi untuk kepentingan negara seperti menjadi anggota pasukan TokkÅ?tai

ABSTRACT
Japans urgent condition at the end of World War II forced her to form TokkÅ?tai force as one of the ways that was expected to increase her chance of victory. TokkÅ?tai is a special force formed by Imperial Japanese Navy and Army. who carried out missions by blowing themselves up or crashing into enemy forces. Hence, they are often referred to as suicide forces. The issue discussed in this research is about Kokka ShintÅ? indoctrination carried out by the Japanese government and the empire to convince people to be willing to join the TokkÅ?tai forces. This research uses descriptive analysis method and literature study research technique. This research uses the theory of Religious Nationalism proposed by Mark Juergensmeyer. The results of this study indicate that indoctrination was carried out by the Japanese since the Meiji era by constructing traditional ShintÅ? into Kokka ShintÅ? which had a core of loyalty to the Emperor. This serves as a basis for religious nationalism and is instilled in Japanese people since early age so they could be easily mobilized for the nation, including by being part of TokkÅ?tai "
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Tris Hadi Pratama
"Skripsi ini membahas indoktrinasi ideologi politik kepada mahasiswa di perguruan tinggi pada masa Demokrasi Terpimpin tahun 1961 mdash;1967, dengan studi kasus Universitas Indonesia. Landasan ideologi Demokrasi Terpimpin didasarkan pada gagasan Manifesto Politik yang dirumuskan dari pidato presiden Soekarno pada tahun 1959. Lingkungan perguruan tinggi menjadi sasaran dari indoktrinasi politik yang dianggap strategis sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, indoktrinasi politik gagal ditanamkan di Universitas Indonesia karena dianggap mengekang kebebasan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dilakukan dengan menelusuri arsip, laporan dan terbitan khusus pemerintah, surat kabar sezaman, arsip Universitas Indonesia dan wawancara dengan pelaku sejarah.

This thesis explains the implementation of political indoctrination towards university students during the period of Guided Democracy from 1961 to 1967, with the case study of Universitas Indonesia. The ideological basis of Guided Democracy was the idea of Political Manifesto which was derived from President Soekarno rsquo s speech in 1959. As a primary locus for knowledge development, Universities was a ripe target for political indoctrination. However, findings suggests that such indoctrination was failed to be implemented at Universitas Indonesia as it was perceived as a restriction of freedom. This research implements historical methods, conducted by studying Government reports, archive and publications, newspaper clippings during the period, archives belonging to Universitas Indonesia and interviews with historical actors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library