Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvieto Adrian
"Penelitian ini menggunakan metode 3SLS untuk menganalisis efek antara ketahanan pangan dan produksi agrikultur di negara ASEAN+5 yang tergabung dalam perjanjian kerjasama internasional RCEP (Regional Comperehensive Economic Partnership). Penelitian ini mempertimbangkan variabel FDI di sektor agrikultur, pertambangan, sekunder, dan tersier, serta variabel konsumsi pemerintah dan kualitas regulasi. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami kompleksitas interaksi antara variabel- variabel tersebut dan dampaknya terhadap ketahanan pangan di kawasan tersebut. Hasil menunjukkan bahwa indeks ketahanan pangan dan produksi agrikultur memiliki koefisien positif signifikan, sementara FDI di sektor agrikultur dan pertambangan berdampak negatif pada ketahanan pangan. Artinya, meskipun investasi asing di sektor- sektor ini dapat meningkatkan output ekonomi, mereka tidak selalu mendukung peningkatan ketahanan pangan khususnya di ASEAN+5. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kemampuan yang baik dalam menjelaskan variabilitas hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, dengan nilai adjusted R-Squared sebesar 37.01% untuk persamaan ketahanan pangan dan 85.45% untuk persamaan produksi agrikultur. Penelitian ini menyoroti pentingnya FDI dan kebijakan regulasi dalam meningkatkan ketahanan pangan, meskipun ada dampak negatif dari sektor sekunder dan tersier, kebijakan regulasi yang baik dapat membantu mengurangi dampak negatif ini dan mendukung ketahanan pangan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menekankan perlunya perhatian lebih lanjut pada pengembangan kebijakan FDI yang mendukung sektor pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan kualitas regulasi di negara-negara ASEAN+5.

This study uses the 3SLS method to analyze the effect between food security and agricultural production in ASEAN+5 countries that are members of the RCEP (Regional Comperehensive Economic Partnership) international cooperation agreement. This study considers FDI variables in agriculture, mining, secondary, and tertiary sectors, as well as government consumption and regulatory quality variables. This approach aims to understand the complexity of the interaction between these variables and their impact on food security in the region. Results show that the food security index and agricultural production have significant positive coefficients, while FDI in the agricultural and mining sectors has a negative impact on food security. This means that while foreign investments in these sectors can increase economic output, they do not necessarily support improved food security especially in ASEAN+5. The regression model used in this study shows a good ability to explain the variability of the relationship between the variables studied, with an adjusted R-Squared value of 37.01% for food security equation and 85.45% for agricultural production equation. This research highlights the importance of FDI and regulatory policies in improving food security, despite the negative impacts of the secondary and tertiary sectors, good regulatory policies can help mitigate these negative impacts and support food security. Therefore, the results of this study emphasize the need for further attention to the development of FDI policies that support the agricultural sector in a sustainable manner and improve the quality of regulation in ASEAN+5 countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Aditya Andika
"Sektor pertanian merupakan penyangga utama pasokan pangan dan penyumbang serapan tenaga kerja terbanyak di Indonesia. Namun, rendahnya tingkat pendapatan serta tingginya kemiskinan di rumah tangga petani menimbulkan pertanyaan terkait ketahanan pangan di wilayah mayoritas penduduknya berkerja sektor pertanian. Penelitian ini mengkaji hubungan itu dengan menggunakan indikator persentase tenaga kerja sektor pertanian per total pekerja dan skor Indeks Ketahanan Pangan (IKP) di 416 kabupaten di Indonesia. Data dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik dan Badan Pangan Nasional selama periode 2020 s.d. 2022. Melalui estimasi Generalized Least Square (GLS) ditemukan korelasi negatif yang signifikan antara jumlah petani dengan ketahanan pangan. Setiap peningkatan persentase jumlah petani sebesar 1% akan diiringi dengan penurunan skor IKP sebesar 0,107 poin dalam kondisi ceteris paribus. Secara singkat, kabupaten dengan persentase jumlah petani dan rumah tangga petani miskin yang lebih banyak, upah/gaji petani lebih tinggi dan produksi beras sedikit, memiliki ketahanan pangan yang lebih rendah. Sebaliknya, kabupaten dengan PDRB tinggi, banyak penduduk, pengeluaran konsumsi beras tinggi dan biaya konsumsi daging rendah, serta banyak penduduk miskin yang mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) akan memiliki ketahanan pangan yang lebih tinggi. Terkait itu, maka upaya penanggulangan kemiskinan di kabupaten-kabupaten yang tenaga kerjanya mayoritas berasal dari sektor pertanian perlu terus dimasifkan guna meningkatkan ketahanan pangan.

The agricultural sector is the main support for food supply and the largest contributor to labor absorption in Indonesia. However, low-income levels and high levels of poverty among farming households raise concerns regarding food security in areas where most of the population earns their livelihood from the agricultural sector. This research aims to examine the relationship between the percentage of agricultural sector workers per total worker and the Food Security Index (IKP) score in 416 districts in Indonesia. The data were collected from the Central Statistics Agency and the National Food Agency for the period of 2020 to 2022. Through Generalized Least Square (GLS) estimation, a significant negative correlation was found between the percentage of farmers and the IKP score. Every percentage increase in the number of farmers by 1% will be accompanied by a decrease in the IKP score of 0.107 points under ceteris paribus conditions. In short, the research results show that districts with a greater percentage of farmers and poor people from the agricultural sector, higher wages for agricultural labor and less rice production, will have lower level of food security. On the other hand, districts with high GRDP, large populations, higher rice consumption costs, lower meat consumption costs, and many poor people targeted by the Non-Cash Food Assistance program will have a higher level of food security. In relation to this matter, poverty reduction measures in districts where most of the workforce comes from the agricultural sector need to be accelerated to increase food security."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library