Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Cahyadi
"Meningkatnya jumlah tindak kasus kriminal di Indonesia memaksa pihak berwajib untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat dalam mengungkap kasuskasus kriminal. Salah satu hal yang penting dalam mengungkap suatu kasus kejahatan adalah mengidentifikasi pelaku kejahatan. Metode yang dipakai selama ini adalah dengan cara menggambar sketsa wajah pelaku berdasarkan keterangan saksi. Metode ini mambutuhkan waktu yang relatif lama, yang dapat diatasi dengan membuat sebuah sistem yang dapat melakukan rekonstruksi wajah dan melakukan pencarian wajah tersebut secara otomatis pada basis data. Tugas Akhir ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang berusaha untuk mengembangkan sistem yang dapat mengindentifikasi wajah.
Pada penelitian ini, sistem diberikan masukan template mata dan kemudian sistem melakukan pencarian citra wajah pada basis data dengan mengukur nilai kemiripan antara citra mata template dengan citra mata yang diekstraksi dari setiap citra wajah pada basis data. Penelitian ini akan melibatkan Partial Least Square Regression untuk mengekstraksi titik fitur mata, Eigenface untuk mengekstraksi ciri dari citra mata, dan Euclidean Distance untuk mengukur nilai kemiripan antara dua citra mata. Sistem yang dikembangkan ini akan mempersingkat waktu dalam proses identifikasi wajah karena adanya otomatisasi yang dilakukan oleh mesin, selain itu saksi akan lebih mudah dalam melakukan identifikasi wajah karena yang bersangkutan dapat langsung berinteraksi dengan sistem yang dirancang dengan sangat memperhatikan aspek user friendly. Sistem ini membawa harapan agar pihak berwajib dapat menindak suatu kasus kejahatan dengan cepat dan tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: British Museum (Natural History), 1980
R 632.6 ANI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
London: British Museum (Natural History), 1980
R 632.6 ANI
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyati
"Candida merupakan genus jamur yang saring menginfeksi organ tubuh manusia dan merupakan jamur oportunis. Akhir-akhir ini sering dilaporkan adanya penurunan efektifitas obat golongan azol terhadap beberapa spesies Candida sehingga menyulitkan dalam pengobatan kandidosis. Walaupun di Indonesia belum pernah dilaporkan adanya resistensi terhadap obat golongan azol, akan tetapi untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya resistensi, maka perlu peningkatan diagnosis laboratorium hingga spesies secara dini. Umumnya metoda identifikasi ditujukan khusus untuk mengidentifikasi spesies C. albicans, karena spesies ini terbanyak ditemukan sebagai penyebab kandidosis serta metoda yang digunakan adalah metoda morfologi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan apakah metoda identifikasi berdasarkan morfologi memberikan hasil yang sama dengan metoda berdasarkan fisiologi yaitu uji fermentasi dan asimilasi karbohidrat.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah 132 isolat Candida yang berasal dari bahan klinik tersangka penderita kandidosis. Isolat kemudian dimurnikan dengan membiak Ulang ke dalam medium baru agar Sabouraud dekstrosa dan setelah koloni berumur 2 hari kemudian dilakukan pembiakan kedalam medium putih telur, agar tepung jagung dan medium cair Beret gula untuk melihat karakteristik morfologi dan fisiologi.
Hasil yang diperoleh dengan uji fermentasi dan asimilasi karbohidrat, memperlihatkan pola distribusi beberapa spesies Candida dengan jumlah yang berbeda yaitu C. albitan 68,18%, C. glabrata 12,12%, C. krusei 6,06%, C, tropicalls 3,79%, C. parapsilosis 3,03%, C. stellatoidea, C. guilliermodi dan Trichosporon cutaneum masing-masing 2,27% dari 132 isolat Candida. Metode morfologi yang digunakan untuk identifikasi spesies C. albicans/C.stellatoidea adalah uji pembentukan germ-tube dalam medium putih telur (uji GT) serta uji pembentukan klamidospora pada biakan agar tepung jagung Tween-BO (uji CMT). Pada uji GT isolat Candida yang berhasil membentuk germ-tube sebanyak 66 isolat {50%) sedangkan dengan uji CMT isolat yang berhasil membentuk klamidospora berjumlah 74 isolat (56,06%) dari 132 isolat. Dengan uji morfologi tidak dapat membedakan antara C. albicans dengan C. stellatoidea, karena kedua spesies ini mempunyai morfologi yang hampir same. Uji CMT selain digunakan untuk identifikasi spesies C.albir_ans/C.steIlatoidea, dapat pula mengidentifikasi spesies Candida yang lainnya dengan melihat susunan hifa semu yang spesifik. Dari 132 isolat yang dibiak dalam medium CMT, 21 isolat (15,9'/.) mempunyai susunan hifa semu yang tidak spesifik untuk spesies tertentu sehingga kesalahan identifikasi dapat terjadi dan 22 isolat atau 16,67% hanya membentuk blastospora, sehingga penentuan spesies tidak dapat dilakukan. Isolat-isolat ini kemudian dibiakan dalam medium cair deret gula dan spesies Candida yang tidak teridentifikasi dengan uji morfologi, ternyata dengan uji deret gula ini dapat ditentukan spesiesnya.
Perbandingan hasil identifikasi antara biakan CMT dengan uji deret gula memberikan perbedaan yang sangat bermakna dengan rumus McNemar (X2= 11,25; P < 0,05 untuk uji fermentasi dan X2 = 16,06; P < 0,05 untuk uji asimilasi karbohidrat). Demikian pula perbandingan hasil identifikasi antara uji GT dengan uji deret gula memberikan perbedaan yang sangat bermakna (x2 = 18,89; p < 0,05 untuk uji fermentasi dan x2 = 24,04; p < 0,05 untuk uji asimilasi). Ini membuktikan bahwa spesies Candida yang berhasil diidentifikasi dengan uji deret gula tidak semuanya dapat diidentifikasi dengan uji morfologi (uji GT dan CMT). Berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Jumlah spesies Candida yang berhasil diidentifikasi dengan uji fermentasi adalah 88 isolat C. albicans dan 5 isolat C. stellatoidea, sedangkan dengan uji asimilasi berhasil diidentifikasi 90 isolat C. albicans dan 3 isolat C. stellatoidea. berarti dengan uji fermentasi ada 2 isolat C.albicans yang tidak teridentifikasi karena tidak dapat memfermentasi sukrosa, laktosa dan galaktosa sehingga dimasukkan ke dalam pola C. stellatoidea. Dari 90 isolat C. albicans yang terdeteksi dengan uji asimilasi ternyata mempunyai pola fermentasi yang berbeda-berbeda pada karbohidrat sukrosa. 27 isolat dengan fermentasi sukrosa (-), 2a isolat hanya terjadi perbbahan warna saja pada sukrosa atau 3(A) dan 35 isolat tidak terjadi fermentasi atau S(-). Perbedaan pola fermentasi ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan sifat dari dari setiap strain C, albicans yaitu C. albicans tipe A dan tipe B.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metoda morfologi tidak dapat mendeteksi seiuruh spesies Candida serta tidak dapat membedakan antara C. albicans dengan C. steIlatoidea. Terdapat perbedaan hasil identifikasi antara uji fermentasi dan asimilasi karbohidrat (uji fisiologi) dengan uji GT dan CMT (uji morfologi).

Candida is an opportunistic fungus and can cause diseases in human body. At present it was reported that there is the decrease of effectivity of azole derivatives to some species of Candida. Though in Indonesia there is no report of resistency against Candida spp but it is necessary to anticipate by increasing laboratory diagnostic in order to make early species identification. In general the morphological identification method was aimed to identify C.albicans, due to its bigest role in causing the disease. The aim of this study is to compare weather morphological based identification method has the same result with physiological based method such as fermentation and assimilation of carbohydrate.
The materials used in this study were 132 isolates originated from clinical specimen from candidosis patients. The purification was done by inoculation onto fresh Sabourand dextrose agar and after 2 days was inoculated to white egg medium, corn meal agar and carbohydrate solution to get the morphological and physiological characteristic.
The distribution of Candida spp according to fermentation and assimilation test was 68,18% C.albicans, 12,12% C.glabrata, 6,06% C.krusei, 3,79% C.tropicalis, 2,27% C.= tel latoidea, 2,27% C.gui Ilier?mondi i and 2,27% Trichosporon cutaneum. The morphological tests used for identification of C.albican5/C.stellatoidea were germ-tube formation test in white egg medium and chlamidospare formation test in corn meal Tween-BO agar. Out of 132 isolates, 66(50%) produces germ--tube and 74(56,06%) produces chlamidaspare. Morphological test could not differ C.albicans and C.stelIatoidea. The formation of pseudo-hyphae in corn meal Tween-8O agar could be use to identify other Candida spp. From 132 isolates inoculated in the CMT medium, 21(15,9%) has no specific pseudo-hyphae formation that could result in misidentification and 22 isolates grows as blastospore which made the identification impossible. All those isolates were inoculated in sugars medium and can be identified.
The comparison between the result of CMT and fermentation test is highly significant (McNemar X2 = 11,25 and p<0,05) and also for assimilation test (McNemar x2 = 16,06 and p<0,05). The comparison between germ-tube formation test and fermentation test is highly significant (McNemar X2 = 1B,89 and p<0,05) whereas the comparison with assimilation test showed the same result (x2 = 24,04 and p<0,05). It was proven that sugar fermentation and assimilation test iliere better than morphological test. It means that the proposed hypothesis was accepted.
Using the fermentation test 80 isolates were identify as C.albicans whereas 5 were identify as C.stellatoidea. The result of assimilation test were as follows, 90 isolates identify as C.albicans and 3 isolates as G_stellatoidea. There are two isolates .in the fermentation test with could not be identify as C.albicans due to lack: of capability in fermenting sucrose, lactose and galactose, so they were included to C.stellatoidea. The assimilation test of the 90 isolates of C.albicans shows different pattern in the assimilation of sucrose. Twenty seven isolates were capable of sucrose fermentation, 28 shows color changes only and 35 isolates does not capable of fermenting sucrose. The differences here may be due to the serotype A and B of C.albicans.
It can be concluded that morphological based method could not detect all of the species of Carzdida and could not differ between C.albicans and C.stellatoidea. There are significance differences between morphological based test and physiological based test.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miller, Howard A.
Dubuque: Wm. C.Brown, 1978
582.16 MIL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyadi D.T. Basa
"Identifikasi unit makromolekul dalam batubara telah dilakukan dengan metoda degradasi kimia dengan oksidator RuO4 dan NaIQ4 sebagai katalisator. Sampel uji yang digunakan adalah batubara yang diambil dari sumur SF-1 dari Formasi Talang akar Cekungan Arjuna Jawa Barat. Karakter geokimia sampel SF-I menunjukkan bahwa Sampel batubara telah diendapkan pada kondisi relatif oksidatif dari suatu lingkungan delta.
Hasil degradasi makromolekul dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yang masing-masing berasal dari fraksi ester hash degradasi kerogen (residu), fraksi ester dalam ekstraksi asam (bitumen) dan fraksi ester dari fraksi polar pelarut kloroforomlmetanol. Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi kromatogram senyawa ester relatif terhadap kromatogram fraksi saturat dengan kromatogram fraksi ester dari fraksi saturat terpublikasikan. Kromatogram senyawa ester yang di identifikasi memperlihatkan tinggi puncak yang bervariasi, hal ini menunjukkan bahwa bervariasinya panjang rantai aikil yang membangun unit makromolekul dalam batubara SF-1."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Utji
"ABSTRAK
Pada tahun 1950 MOORE dan FRERICHS (1953) telah mengasingkan kuman berbentuk batang tahan-asam dari infeksi menahun pada lutut karena trauma, dan dari absces bokong seorang penderita. Pada sediaan bisto-patologik jaringan synovia lutut dan kulit absces tampak gambaran yang merupai radang tuberkulosis. Nama yang diberikan kepada jenis kuman yang menyebabkan ini adalah Mycobacterium abscessus n.sp. berdasarkan persamaan gambaran histologik jaringan yang sakit dan perbedaan beberapa macam sifat dengan Mycobacteria yang diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia, MOORE dan FRERICHS telah menganggap kuman penyebab sebagai satu Species Mycobacterium tersendiri berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya dengan beberapa jenis Mycobacterium yang dikenal dan dipakainya sebagai perbandingan. Jenis-jenis tersebut adalah: Mycobacterium ranae, Mycobacterium thamnopheost Mycobacterium chelonei (Mycobacterium friedmannii), Mycobacterium piscium, Mycobacterium marinum, Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberculosis dan Mycobacterium ulcerans.
Hingga kini Mycobacterium abscessus belum diakui secara resmi sebagai satu species tersendiri. Waktu akhir-akhir ini makin sering diungkapkan cara-cara baru yang dapat dipakai pada diferensi asi jenis-jenis Mycobacterium.
Oleh pelbagai penyelidik diumumkan cara-cara menentukan jenis kuman dengan perbandingan sifat-sifat antara jenis-jenis kuman lain (SNEATH, 1957; BOJALIL, 1961; CERBON, 1961; WAYNE, DOUBECK dan RUSSEL, 1964; TSUKAMURA, 1965; WAYNE dan DOUBECK, 1965; WAYNE, 1967).
Penyelidikan ini dilakukan untuk menentukan sampai dimanakah jenis Mycobacterium abscessus dapat dianggap sebagai satu species tersendiri dan bila tidak, pada species apakah ia dapat digolongkan. Cara penentuan species Mycobacterium ini ialah dengan membandingkan hasil-hasil pelbagai macam pemeriksaan pada pelbagai jenis Mycobacterium yang bertumbuh cepat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1972
D412
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrides, George A.
Boston: Houghton Mifflin, 1988
582.160 PET f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Baumgardt, John Philip
Portland: Timber Press, 1982
582.13 BAU h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Aliffian
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai komponen komponen yang ada pada arca di ruang Xuan-Tang Gong Kelenteng Cileungsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri ciri komponen pada Arca Kelenteng dan mengidentifikasi nya lalu membandingkan ciri ciri komponen yang dimiliki dengan mitologinya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari 66 arca dewa pada ruangan tersebut, terdapat 14 tokoh dewa pada ruang ini. Tokoh dewa tersebut adalah Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping), Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Giok Hong Tay Te), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun dan Daode Tian Zun. Selain itu ada juga arca yang masih belum teridentifikasi yaitu arca 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, dan arca 6.B.6. Ke empat arca tersebut masih belum bisa diidentifikasi siapa sosok dibalik arca tersebut sebetulnya dikarenakan keseluruhan tubuh arca tertutup oleh jubah dan hanya menyisakan bagian kepalanya. Setelah dilakukan pengkajian, kebanyakan arca memiliki penggambaran yang sesuai dengan mitologinya. Selain itu dijumpai arca yang tidak memiliki ciri-ciri komponen yang tidak terlalu mengikuti mitologinya yaitu arca 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, dan arca 6.B.2.

ABSTRACT
This research discusses the components present in the statue in the Xuan-Tang Gong room of the Cileungsi Temple. This study aims to look at the component characteristics of the Temple Statues and identify them and then compare the component characteristics possessed by the mythology. The results of this study explain that from 66 statues of deities in the room, there are 14 deities in this room. These god figures are Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping) , Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (Kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Hong Tay Te Jade), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun and Daode Tian Zun. In addition there are also statues that have not been identified, namely statues 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, and statues 6.B.6. The four statues are still unable to be identified who the figure behind the statue is actually due to the entire body of the statue covered by a robe and leaving only the head. After the assessment, most of the statues have depictions in accordance with their mythology. Also found statues that do not have the characteristics of components that do not really follow the mythology, namely statues 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, and statues 6.B.2. K
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>