Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Qualified human resources belong to the crucial factor in this global era today. It is more important compared to abundant natural resources. The policy (on enhancing the quality of education) is directed to achieve the quality of education which is used as the basis to conduct evaluation on unit performance and education program , ranging from PAUD , elementary education, middle level education, informal education to high level education. The low quality of Indonesian human resources results from low the quality of education. In the government birocracy very need high quality human resource , because the are have much good service for people and for the good governance making. Indonesian have clever people if they have clever government. The management of human resources and effective demands a precise understanding of human behavior, specialy human behavior in organizations. Therefore, it needs human resources development strategies that effectively and efficiently to accommodate the conditions and situation in this era of globalization."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitularsih Sukowati
"Penelitian untuk penulisan tesis ini bertitik tolak dari banyaknya suara minor masyarakat terhadap keberadaan organisasi isteri khususnya yang ada di institusi Pemerintah dan TNI. Stereotype negatif tentang organisasi isteri prajurit TNI-AD Persit Kartika Chandra Kirana tentunya sangat merugikan citra organisasi dimana organisasi ini sebenarnya punya kegiatan- kegiatan yang positif. Salah satunya adalah peran organisasi dalam mencapai tujuan utamanya yaitu memperhatikan kesejahteraan anggota dan meningkatkan kualitas SDM anggota.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu SDM anggota dengan merencanakan dan melaksanakan program-program yang bermanfaat. Asumsinya bahwa dengan semakin meningkatnya mutu SDM anggota maka diharapkan anggota sebagai isteri dan ibu bisa mengelola rumah tangganya dengan baik sehingga menghasilkan SDM yang berkuaiitas. Permasalahan yang dihadapi organisasi adalah SDM yang heterogen dikaitkan dengan jenjang pangkat suami, masalah leadership dan stereotype negatif terhadap organisasi.
Sebagai seorang anggota organisasi penulis ingin mengungkapkan fakta melalui penelitian ilmiah dan tentunya dengan keterbatan sebagai peneliti, tetap akan menjaga obyektifitas hasil penelitian. Dengan landasan tatar belakang tersebut penelitian ini mempunyai tujuan menggambarkan bagaimana persepsi anggota terhadap peran organisasi dalam meningkatikan mutu SDM anggotanya.
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kodam VII 1 Wirabuana karena dianggap populasi anggota Persit Kartika Chandra Kirana PD VII 1 Wirabuana bisa mewakili populasi Persit Kartika Chandra Kirana di Indonesia. Sampel penelitian sebanyak 250 dengan tehnik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket, wawancara dan data sekunder.Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan sifat penelitiannya evaluatif dengan unit analisisnya anggota organisasi.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peran organisasi yang maksimal dapat meningkatkan kualitas SDM. Sedang masalah intern organisasi yang berhubungan dengan kepemimpinan fungsional pendapat positif justru diperoleh dari anggota yang sudah pernah bertugas diluar Persit Kartika Chandra Kirana. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk organisasi karena masalah SDM dan upaya peningkatannya perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan karena organisasi akan selalu berkembang dan anggota juga bertambah. Organisasi juga harus bisa melihat perkembangan zaman dan mampu mengupgrade dirinya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Jhonny
"Banyak sudah upaya-upaya pemerintah didalam pembangunan BLK - BLK di ingkungan Departemen Tenaga Kerja, mulai pembangunan BLK - BLK hingga pembinaan para nstrukturn, baik pembinaan terhadap pengetahuan dan keterampilan nya juga pembinaan terhadap kariernya. Apakah dengan pembinaan selama ini terutama setelah diberlakukannya KEP. 480/EN/990, Mutu para instruktur las menunjukkan hasil yang memuaskan.
Mutu instruktur perlu mendapat perhatian lebih serius karena keberhasilan suatu pelatihan sangat ditentukan oleh keberadaan instruktur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap mutu instruktur di Balai Latihan Kerja Jakarta, Condet, BLIP CEVEST, Bekasi, dan Tangerang.
Mutu instruktur perlu mendapat perhatian lebih serius karena keberhasilan suatu pelatihan sangat ditentukan oleh keberadaan instruktur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap mutu instruktur di Balai Latihan Kerja Jakarta, Condet, BLIP CEVEST, Bekasi, dan Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara/teknik kuesioner dan wawancara mendalam (indepth interview). Ada dua kuesioner :
Kuesioner pilihan ganda, respondennya adalah instruktur guna mendapatkan data dasar yang berkaitan dengan instruktur seperti misalnya : Pendidikan, Pangkat, Jabatan (echelon), Lama Mengajar, Lama Pelatihan dan sebagainya. Rating Scale, respondennya ialah para peserta latihan guna mendapatkan data mutu instruktur yang meliputi : Ketepatan Waktu, Sistematika Pengajaran, Penggunaan Metoda dan Alat Bantu, Penampilan Mengajar, dan sebagainya.
Hasil penelitian ini dicari dan dianalisis dengan cara statistik deskriptip untuk mendapatkan nilai statistik deskriptip seperti Mean. Dari hasil analisis statistik deskriptip tersebut diperoleh mutu instruktur yang beragam sesuai dengan status dan fungsi dari BLK - BLK yang diteliti.
Dari score-score yang diperoleh BLK Las Condet terhadap Mutu Instruktur, Angka Kredit, Lama Mengajar, Lama Pelatihan dapat disimpulkan Instruktur Las di BLK Las Condet memenuhi syarat untuk dikatakan bermutu. Dengan demikian perlu suatu kebijakan untuk lebih meningkatkan mutu instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Bustami
"Tesis ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terpaksa bekerja untuk mendapatkan upah dan anak-anak yang membantu bekerja untuk keluarga (pekerja keluarga). Data yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah data Survey Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia yang dilakukan pada tahun 1997 (SAKERTI '97). Untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terpaksa bekerja, variabel peubah yang diamati meliputi; pendidikan kepala rumah tangga, pendidikan anak, umur anak, lokasi tempat tinggal, keberadaan fasilitas pendidikan (sekolah), besar anggota rumah tangga, jenis kelamin anak, status orang tua dan kemiskinan. Ukuran kemiskinan yang digunakan dalam membahas masalah pekeja anak ini adalah dengan melihat proporsi pengeluaran konsumsi makanan per kapita dalam rumah tangga terhadap total pengeluaran rumah tangga. Sedangkan analisis yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pengaruh sembilan variabel peubah tersebut terhadap pekerja anak dan analisis inferensial digunakan untuk melihat resiko anak-anak menjadi pekeja anak. Model analisis yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah dengan menggunakan regression multinomial logistic.
Hasil analisis inferensial menunjukan bahwa secara statistik semua variabel peubah mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pekerja anak, kecuali variabel peubah keberadaan fasilitas pendidikan (sekolah) dan besar anggota rumah tangga. Itu berarti, tujuh variabel peubah mempunyai resiko terhadap anak-anak untuk menjadi pekerja anak. Dari hasil pembahasan dapat pula dikatakan bahwa anak-anak yang bekerja merupakan korban dari situasi dan kondisi yang terakumulasi yang terdapat tidak saja dalam diri anak itu sendiri tapi dapat juga terjadi dalam rumah tangga anak bersangkutan, dan semua itu diwarnai oleh masalah sosial, budaya, agama, ekonomi, karakteristik demografi, politik dan lingkungan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tesis ini adalah bahwa masalah pekerja anak merupakan masalah yang komplek, sehingga dalam menangain masalah pekerja anak, tidak dapat dilakukan secara parsial dan sesaat, namun haruslah secara holistic dan comprehensive serta berkelanjutan. Meskipun demikian ada cara masalah yang dapat menjadi skala prioritas dalam upaya menangani masalah pekerja anak yaitu dengan melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SUM) anak bersangkutan melalui jalur pendidikan dan mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi oleh rumah tangga anak bersangkutan dengan menguatkan struktur rumah tangga serta income generating."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2003
T11392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqon Halal Syah Aji
"Penelitian tentang kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dengan menggunakan data Susenas 1995 dan 2006, bertujuan untuk mcnentukan kualitas SDM di masing-masing provinsi, sekaligus melihat perbcdaan antarprovinsi dengan, metode analisis faktor. Dari data tersebut dipilih variabel-variabel yang dapat mengukur konsep kualitas sumber daya manusia. Variabel-variabel yang terpilih ada 17, kemudian dikelompokan menjadi lima kelompok variabel tunggal yaitu keiompok pendidilcan, lcelompok kesehaum, kelompok lcualitas rumah tangga, kelompok aktivitas ekonomi dan kclompok kualitas lingkungan. Dari lima indikator dibuat analisis faktor dua tahap. Analisis faktor tahap pertama dilakukan untuk pembentukan nilai faktor. Kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor iahap dna untuk membentuk nilai faktor total/gabungan yang kemudian disebut ihktor kualitas hidup, dan ditransfonnasikan ke dalam indeks Agung untuk mendapatkan indeks komposit sumber daya manusia (IKSDM) dan sekaligus dibuat rangking dan klasifikasi provinsi. Hasil yang diperoleh menunjukan perbedaan kualitas sumber daya manusia antarprovinsi di Jawa dan luar Jawa sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daearah.

This research on Human Resources (HR) quality in Indonesia which utilizing National Survey on Social and Economic’s (Susenas) data year of 1995 and 2006 aims to define HR quality in each province in Indonesia, and also clarify each HR quality differences in each province. From those Susenas Data, we choose some variables which could be defined able to scale IIR quality concept in each province in Indonesia. There are 17 chosen variables, which grouped into five groups of single indicator: education, health, household quality, economics activity and environment quality. From those live indicators, we use factor analysis in two steps. In the first factor analysis conducted to fomi tiactor value. Furthermore, the analysis continued to second step to form total factor value l composite which then called as life quality factor and then transformed to grant index in order to get composite index of human resources quality (IKSDM) and also ranking list and province classification. The gained result shows that there is a difference of human resources quality among province in Java Island and outside Java Island before local autonomy period and during autonomy period."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34236
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryanah
"Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang didukung oleh sumberdaya manusia kesehatan yang memadai. Salah satu sumber daya manusia yang berperan adalah tenaga bidan yang dapat menerapkan peran fungsinya di pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang mutu lulusan D III Kebidanan Cipto Mangunkusuko Poltekes Depkes Jakarta III Tahun 2004. Penelitian dilakukan di Prodi Kebidanan Cipto Mangunkusumo karena Prodi ini merupakan institusi yang pertama kali menyelenggarakan D III Kebidanan. Metode yang digunakan dengan pendekatan kualitatif dan data diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview) serta Diskusi Kelompok Terarah. Dengan informan dalam penelitian ini sebanyak 24 orang yang terdiri dari 14 orang lulusan yang sudah bekerja, 5 orang lulusan yang tidak bekerja, 2 orang dari institusi pendidikan dan 2 orang dari provider.
Dari hasil penelitian untuk komponen masukan didapatkan peserta didik sesuai ketentuan yang berlaku, SDM dari segi kuantitas dan kualitas dirasakan masih kurang, kurikulum sudah mengacu kepada kurikulum nasional, fasilitas sudah memadai, biaya sudah sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan; dari komponen proses terlihat belum semua dosen membuat perencanaan pengajaran khususnya SAP, pelaksanaan pembelajaran sudah cukup baik, evaluasi yang dilaksanakan meliputi UTS, UAS dan UAP sesuai dengan ketentuan; komponen luaran didapatkan hampir seluruh lulusan terserap/bekerja, yang tidak bekerja karena melanjutkan pendidikan, dalam menjalankan tugas dan fungsinya terutama yang bekerja di puskesmas dan rumah bersalin swasta sedangkan yang di rumah sakit kurang kontribusinya.
Kesimpulan yang dapat diambil: mutu lulusan DIII Kebidanan Cipto Mangunkusumo cukup baik, dimana banyak diserap di layanan kesehatan dan dapat menerapkan peran dan fungsinya secara maksimal khususnya di puskesmas dan rumah bersalin swasta. Untuk lebih meningkatkan mutu lulusan, maka perlu meningkatkan secara kualitas SDM (pengajar) baik institusi maupun Clinical instructure (CI) dengan mengikutkan pendidikan lebih tinggi dan menambah jumlah serta mengikutsertakan pelatihan.

In order to achieve health development objectives, a varied activities and efforts are conducted supported by adequate human resources in health sector. One of the important human resources in health is midwife who can apply her function in health appropriately. The objective of this study was to obtain information on quality of graduates from diploma on midwifery produced by Cipto Mangunkusumo Midwifery Study Program, Jakarta Health Polytechnics III year 2004. This study was conducted in Cipto Mangunkusumo Study Program since this institution was the first institution that provided midwifery diploma. Qualitative approach was employed and data were collected through in-depth interview and FGD with 24 informants consisted of 14 working graduates, 5 non-working graduates, 2 from the institution, and 2 from health provider.
The study result on input show proper students in accordance to the rule, quantity and quality of human resources were felt as lacking, curricula was already referred to national curricula, facility was felt adequate, cost was in accordance to regulation and needs; result on process shows that not all of lecturers prepared teaching plan, particularly SAP, implementation of teaching was good, evaluation (mid-exam, final exam, and practical exam) was in accordance to the regulation; result on output shows that almost all graduates were absorbed in workplace, those who were not absorbed were continuing their study, regarding duty and function, the graduates who work in public health centers and private maternity clinics contributed better than those who worked in hospitals.
The study concludes that quality of graduates were considerably good reflected by the high absorption in work place and could apply their role and function in an optimal way particularly among those who worked in public health centers and private maternity clinics. To improve more the graduates quality, there is a need to improve human resources quality (lecturers) both academic and clinical instructors by attending higher level of education and adding the number of lecturers as well as increasing attendance of training."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pekei, Dominikus
"Pembangunan merupakan perubahan sosial yang terencana (baik pada skala nasional maupun regional), untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Tidak ada pembangunan yang tidak menggunakan manusia, dan tidak ada pula pembangunan yang bukan untuk kepentingan hidup manusia. Pembangunan berwujud sebagai program-program dan diimplementasikan melalui proyek-proyek kegiatan. Berbagai program yang ditetapkan dengan suatu kebijakan di tingkat pusat (nasional), perlu dijalankan sesuai dengan keadaan (Bench Hark) regional dan selanjutnya disesuaikan pelaksanaannya dengan keadaan di tingkat Propinsi dan Kabupaten. Pada hakekatnya, pembangunan itu adalah pembangunan manusia seutuhnya dan meliputi seluruh masyarakat dan daerah. Karena itu, aspirasi dan kebutuban masyarakat (penduduk di desa terpencil dan pekerja informal diperkotaan) haruslah diperhatikan dan dimasukkan dalam Daftar Usulan Proyek (DUP) atau Daftar Isian Proyek (DIP) di tingkat Kabupaten dan Propinsi.
Pembangunan Indonesia (termasuk Irian Jaya), kini telah berada pada PELITA ke VI- Tahapan dimana hendak memasuki periode lepas landas (Take off Period). Penerapan teori W.W. Rostow itu, dalam perspektif Indonesia mengandung sejumlah dimensi; diantaranya dimensi ekonomi (pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembagian pendapatan) dan dimensi sosial (menyiapkan suatu generasi manusia yang secara fisik, pendidikan, keterampilan, mental dan spiritual; akan menjadi asset pembangunan).
Khusus di daerah Irian Jaya, kemajuan pembangunan ekonomi dari indikator pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto atau PDRB dan kegiatan ekspor-impor; memberi gambaran yang menggembirakan, dimana sejak Pelita I sampai dengan Pelita ke V selalu menunjukkan peningkatan pada tiap tahunnya. Namun, indikator lainnya, seperti : penyediaan lowongan pekerjaan, perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan pengembangan mutu modal manusia; gambaran perkembangannya belum diketahui secara memadai. Bahkan awal tahun 1995 (awal Pelita ke VI), telah muncul beberapa masalah di dalam masyarakat pedesaan, yang berkaitan dengan ketidak-merataan pembangunan di Irian Jaya.
Kegiatan Ekonosi selalu berkaitan dengan aktivitas memproduksi, konsu'si, dan distribusi. Selanjutnya, ekonomi modern ini bertumpu pada ekonomi uang maka aktivitas ekonomi tertuju pada usaba-usaha pembentukan kapital (Capital Formation) atau akumulasi kapital (Capital Accumulation). Sedang kegiatan ekonomi berarti semua aktivitas (pada seseorang atau suatu masyarakat) yang bertujuan memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas jumlah dan mutunya. Dengan demikian, keterlibatan seseorang dalam aktivitas ekonolm, membutuhkan kesehatan fisik, pengetahuan (Knowledge), keterampilan (Skill), watak atau sikap (Attitude) dan lain-lain, untuk dapat menawarkan tenaga kerja (Supply of Labor) ke "pasar kerja* maupun untuk memenuhi persyaratan permintaan pekerja (Demand of Labor), hingga orang bersangkutan dapat memiliki pekerjaan yang layak (sebagai karyas4n/buruh) atau dapat berwiraswasta dan memperoleh pendapatan per bulan yang memadai.
Pada kesempatan ini penulis menyajikan sebuah tulisan hasil penelitian mengenai : " Kinerja Kegiatan Ekonomi Angkatan Kerja", kasus Dati I Propinsi Irian Jaya selama tahun 1980 - tahun 1990. Topik tulisan sekaligus merupakan tujuan utama penelitian dan selanjutnya diperinci menjadi lima tujuan khusus.
Fokus perhatian utama diarahkan pada upaya pemahaman komponen-komponen kegiatan ekonomi angkatan kerja, sehubungan dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama di Irian Jaya. Sumber data utama diperoleh dari data hasil Sensus Penduduk tahun 1980, Survei Penduduk Antar Sensus tahun 1985 dan Sensus Penduduk tahun 1990. Data tambahan berasal dari sumber instansi terkait di Irian Jaya dan suinber informasi lainnya.
Kegiatan ekonomi terwujud sebagai aktivitas mencari peluang usaha dan atau mencari lowongan pekerjaan. Di dalam pekerjaan yang ditekuninya, terdapat pula komponen-kosponen jenis pekerjaan, status pekerjaan, jumlab jam kerja per bulan dan kemampuan berproduksi. Imbalan atas kerja yang dicurahkannya, para pekerja akan memperoleb sejumlab uang (atau barang) baik sebagai upab (Wage) maupun sebagai pengbasilan usabanya sendiri. Imbalan atau peroleban pendapatan dari hasil pencurahan kerja ini adalah labor incose.
Sedang pendapatan total (Total Incase) merupakan penjumlahan labor lncose dan non labor incose. Selanjutnya, pendapatan ini akan dipergunakan untuk memenubi berbagai kebutuban bidup pekerja dan keluarganya (consumption). Bila memungkinkan, maka sebagian pendapatan akan disimpan sebagai tabungan (Saving). Tingkat pemenuhan kebutuban akan menunjukkan apa yang disebut taraf bidup atau tingkat kesejahteraan.
Beberapa temuan menarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1). Sekitar 72 % - 75 % pekerja terkonsentrasi pada lapangan pekerjaan utama pertanian. Lapangan pekerjaan utama kedua yang relatif penting adalah jasa kemasyarakatan yang menampung sekitar 15 % pekerja. Sisanya pada lapangan pekerjaan utama lainnya.
Jenis pekerjaan atau jabatan yang paling dominan adalah petani (72 % - 74%), disusul oleh produksi/angkutan (5% - 10%) dan Tata usaha atau administrasi (5% - 8%). Sisanya tersebar pada jenis pekerjaan lainnya.
Berdasarkan Status Pekerjaan maka pekerja keluarga berkisar 31,75 %, bekerja dengan dibantu anggota keluarga berkisar 29,24% dan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain sekitar 14,40%. Hal ini berarti sekitar 75 % pekerja berstatus pekerjaan sebagai usaha keluarga.
Sekitar 52,72 % pekerja, tergolong setengah menganggur karena jumlah jam kerjanya kurang dari 35 jam per minggu. Jumlah dan prosentase pekerja setengah menganggur ini diperkirakan akan meningkat pada waktu mendatang bila perluasan kesempatan kerja belum memadai. Perluasan kesempatan kerja dibutuhkan, bukan hanya diperuntukan bagi angkatan kerja baru tetapi juga untuk memberi peluang kerja yang lebih layak bagi sekian banyak pekerja setengah menganggur.
Dari segi kemampuan berproduksi , tampak bahwa Produktivitas Marginal (PM) lebih tinggi daripada Produktivitas rata-rata per pekerja (PR), atau wilayah operasi berkisar titik optimun (dalam kurva produksi, pada wilayah A ). Keadaan ini berarti bila ada penambahan pekerja pada masa kini dan waktu berikutnya, make akan diikuti dengan peningkatan produksi.
Pendapatan pekerja di Irian Jaya tidak seimbang dengan Pendapatan regional bruto yang relatif besar tiap tahunnya. Pendapatan pekerja ini juga tidak seimbang dengan ketersediaan cumber daya alam yang berlimpah dan ketersediaan lahan pertanian yang relatif luas. Bahkan dijumpai adanya perbedaan pendapatan yang mencolok antara pekerja disektor modern dengan pekerja di desadesa jauh dari kota.
Setelah para pekerja yang bekerja setengah menganggur itu disetarakan dengan bekerja penuh (menjadi bekerja penuh equivalent) maka diketahui bahwa jumlah pengangguran tak kentara relatif besar. Dengan kalimat lain, Jumlah jam kerja yang terbuang atau tidak terpakai (tersirat dalam pekerja setengah menganggur) relatif besar.
Setelah mempelajari hubungan antara variabel pendidikan pekerja dan variabel lapangan peker-jaan terhadap variabel jumlah jam kerja, maka diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan proporsi setengah menganggurnya semakin rendah pada semua lapangan pekerjaan. Dengan kalimat lain, semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja semakin tinggi pula proporsi bekerja penuh pada semua lapangan pekerjaan.
(9) Dengan memperhatikan beberapa temuan ini maka penulis memberi saran bahwa Di Irian Jaya perlu membentuk suatu lembaga recruitment labor. Saran tersebut disajikan sebagai sumbangan pemikiran untuk arah implementasi perluasan kesempatan kerja di Irian Jaya.
Tulisan ini adalah "Tesis", Program Pascasarjana Universitas Indonesia, bidang Multidisipliner, Program Studi Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Sehingga latar belakang permasalahan, cakupan pengamatan, metode, hasil penelitian dan beberapa kesimpulan dibahas sebagaimana penulisan ilmiah. Harapan penulis, kiranya bermanfaat dalam memahami Bench Mark regional dimasa kini dan kiranya menjadi salah satu cumber informasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Selain itu, diharapkan tulisan ini dapat menjadi pemicu bagi studi evaluasi atau penelitian lain yang lebih lengkap di Irian Jaya."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andianto
"Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu kunci untuk dapat mencapai kinerja dan kepuasan kerja yang tinggi. Dari pemyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Namun demikian, kepuasan kerja yang tinggi dapat menunjukkan produktivitas yang tinggi, sedang, ataupun rendah. Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan harus menyusun strategi agar produktivitas yang tinggi dapat dipertahankan dan produktivitas yang rendah dapat ditingkatkan sehingga perusahaan mampu meraih manfaat yang optimal.
Dalam Penelitian ini penulis berusaha melakukan analisis terhadap kepuasan kerja karyawan berdasarkan variabel variabel yang mempengaruhi yakni kompensasi, kondisi kerja, keamanan kerja,materi kerja, mutu pengawasan, promosi, serta hubungan antar rekan kerja. Disini penulis mencoba melihat berdasarkan teori lebih mengarahkan kepada kondisi dimana variabel-variabel tersebut berpengaruh secara internal atau ekstemal dilihat dari sisi karyawan terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan hal tersebut diajukan hipotesis-hipotesis sebagai berikut: (1) Kompensasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (2) Kondisi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (3) Keamanan pekerjaan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (4) Mutu pengawasan berpengaruh positifterhadap kepuasan kerja karyawan, (5) Materi kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (6) Promosi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (7) Hubungan antar rekan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan, (8) Kompensasi, materi kerja dan promosi sebagai faktor internal bersarna-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, (9) Kondisi kerja, keamanan kerja, mutu pengawasan dan hubungan antar rekan kerja sebagai faktor ekstemal bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, (10) Faktor internal dan faktor ekstemal bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
Sebagai sampel penelitian adalah semua karyawan pengemudi Indorent pool Hayarnwuruk yang merupakan karyawan dengan status harian, kontrak dan tetap. Jumlah sampel 63 orang pada Desember 2005. Temuan-temuan penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif, analisis faktor, analisis korelasi bivariat, dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan masing-masing kompensasi, kondisi kerja, keamanan pekerjaan, mutu pengawasan, materi kerja, promosi dan hubungan antar rekan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan , kompensasi, materi kerja dan promosi sebagai faktor internal bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, dimana materi kerja dan promosi mempunyai pengaruh tambahan yang berarti terhadap kepuasan kerja sedangkan kompensasi tidak. Kondisi kerja, keamanan kerja, mutu pengawasan dan hubungan antar rekan kerja sebagai faktor eksternal bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, dimana kondisi kerja dan hubungan antar rekan kerja mempunyai pengaruh tambahan yang berarti terhadap kepuasan kerja sedangkan keamanan kerja dan mutu pengawasan tidak. Indikator kompensasi, keamanan kerja dan mutu pengawasan dapat diindikasikan belum diperhatikan oleh pihak perusahaan sehingga tidak menimbulkan kepuasan kerja bagi responden. Dengan terbuktinya hipotesis ini, semoga dapat membantu kepada Indorent khususnya dan perusahaan lain pada umumnya untuk dapat menganalisa dan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut di atas terhadap kepuasan kerja karyawannya.

Human Resources quality is the one of key to catch the high performance and job satisfaction, from that words we can say that job satisfaction can be influencing the productivity, nevertheless, high job satisfaction can be presenting a high, medium or low productivity. Therefore, management must create the strategy so that high productivity always can be held and the low productivity can be decreased so that the company can take an optimal benefit.
In this research I try to analyze the job satisfaction based on influenced variables. These are compensation, working condition, job assurance, job material, supervision, promotion and relation between workers. Hypotheses are found from that situation are (1) Compensation has a positive influence for job satisfaction, (2) Working condition has a positive influence for job satisfaction, (3) job assurance has a positive influence for job satisfaction, (4) job material has a positive influence for job satisfaction, (5) Supervision has a positive influence for job satisfaction, (6) Promotion has a positive influence for job satisfaction, (7) Relation between workers has a positive influence for job satisfaction (8) Compensation, job material and promotion as an internal factor have a positive influence for job satisfaction, (9) Working condition, job assurance, Supervision and relation between workers as an external factor have a positive influence for job satisfaction, and (10) Internal factor and external factor are being together make a positive influence for job satisfaction.
All of Indorent Hayamwuruk pool's driver worker as a research samples which have status as daily, contract or permanent worker. They were 63 samples on December 2005. Research results were analyzed with descriptive analysis, factor analysis, bivariate correlation analysis and multiple regression analysis.
The result of this research shows that each of compensation, working condition , job assurance, job material, Supervision, Promotion and Relation between workers have a positive influence for job satisfaction, Compensation, job material and promotion as an internal factor have a positive influence for job satisfaction, while job material and promotion have an added influence that significant for job satisfaction and compensation doesn't. Working condition, job assurance, Supervision and relation between workers as an external factor have a positive influence for job satisfaction, while Working condition and relation between workers have an added influence that significant far job satisfaction and job assurance and Supervision do not and Internal factor and External Factor are being together make a positive influence for job satisfaction. So that each hypotheses in this research were right. Nevertheless, the average of job assurance indicators and so did the compensation, job assurance and supervision indicators game percentage of negative answer so high. This could be an attention for company, especially for growing up the worker's job satisfaction. For the last, hope this research can help to the Indorent management and others which competent to analyze and to know the influence of those variables for worker's job satisfaction."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vega Lavlinesia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan di Sekretariat Jenderal DPR RI Setjen DPR RI. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010, bahwa laporan keuangan pemerintah harus memenuhi kualitas sesuai karakteristik kualitatif, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan dan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas sumber daya manusia SDM, kualitas teknologi informasi TI, Penelitian ini mengembangkan model dalam bentuk persamaan, dan dituangkan dalam hipotesis. Teknik analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji model penelitian, dan uji hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi, dan koefisien determinan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas SDM memberikan pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap laporan keuangan, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran untuk mengelola SDM berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh pengelola anggaran, dan penempatan SDM berdasarkan latar belakang pendidikannya.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa kualitas TI, SPI, dan intervensi negatif tidak memberikan pengaruh dan tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hal ini menarik untuk dicermati, karena berdasarkan penelitian dan tinjauan literatur menunjukkan bahwa TI dan SPI yang berkualitas memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Ketidaksesuaian yang terjadi di Setjen DPR RI disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kesadaran untuk memanfaatkan TI, dan kurangnya kebutuhan atas SPI dalam pelaksanaan kerja organisasi karena SPI di Setjen DPR RI lemah. Intervensi negatif tidak memberikan pengaruh kepada kualitas laporan keuangan, karena SDM pengelola anggaran mengharapkan tidak terjadinya intervensi negatif dalam pengelolaan anggaran.

This study aims to determine the factors that affect the quality of the financial statements at the Secretariat General of the House of Representatives Setjen DPR RI. Based on Government Regulation PP number 24 of 2005 and Government Regulation PP No. 71 of 2010, that the government's financial statements must meet the appropriate quality of qualitative characteristics, that is relevant, reliable, comparable, and understandable.
Factors that affect the quality of financial reporting and become independent variable in this study is the quality of human resources HR, the quality of the information technology IT, the quality of the internal control system SPI, and intervention. Data collect by distributing questionnaires to 70 people managing the budget, ranging from budget user to verifikatur, and staff officers of commitment makers in the Parliament Secretariat. of the 70 questionnaires distributed, 61 questionnaires that can be declared valid and worthy to be processed by using SPSS 22. This study develops a model in the form of the equation, and poured in a hypothesis.
The results show that the quality of human resources, but no significant effect on the financial statements, this is due to lack of awareness to manage human resources based on the competencies that must be owned by budget managers, and HR placement based on educational background. Positive intervention results significant impact on the quality of the financial statements, it demonstrates the need for leadership roles and responsibilities in the implementation of the immediate supervisor as the manager of the budget.
The test results also showed that the quality of IT, SPI, and negative intervention have no significant effect on the quality of financial reporting. It is interesting to observe, because it is based on research and review of the literature shows that the quality of IT and SPI provides a positive and significant effect on the performance of the organization. Mismatches that occur in the Parliament Secretariat is caused by a lack of understanding and awareness to take advantage of IT, and the lack of need for SPI in the implementation of the organization's work for SPI in the Parliament Secretariat is weak.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library