Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Harris Darmawan
"ABSTRAK
Angka fertilitas nasional di Indonesia yang stagnan di angka 2,6.di mana angka rata-rata negara ASEAN adalah 2,4 menjadi early warning tersendiri bagi Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia sampai dengan Tahun 2012 memberi sinyal bahwa masalah kependudukan perlu mendapat perhatian yang lebih serius oleh pemerintah. Salah satunya dengan memperhatikan prevalensi pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Prevalensi pemakaian kontrasepsi tergantung pada keputusan Pasangan Usia Subur apakah akan memakai kontrasepsi atau tidak dan kontrasepsi apa yang mereka pilih. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi dari pemakaian dan pilihan kontrasepsi masih konvensional dan belum memasukkan isu peer effect sedangkan perilaku orang sangat mungkin dipengaruhi oleh orang lain. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efek rekan dan tokoh sentral dalam suatu komunitas terhadap perilaku pemakaian kontrasepsi terutama dalam pemilihan kontrasepsi. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan Pendataan Keluarga 2015 dari BKKBN dan Podes 2014. Penelitian ini menggunakan model logit, order logit, dan multinomial logit. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat peer effect dalam perilaku kontrasepsi, artinya tidak hanya faktor demografis individu yang menjadi pengaruh dalam perilaku pemakaian kontrasepsi. Peranan tokoh sebagai node informasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku pemakaian kontrasepsi dengan kadar yang berbeda, misal dalam hal pakai atau tidaknya seseorang memang benar-benar dipengaruhi oleh tokoh. Perbedaan geografis memberi perbedaan perilaku pemakaian kontrasepsi dilihat dari masing-masing pengaruh dari peer maupun tokoh sentral. Dalam pengujian dalam model multinomial logit diperoleh informasi pemakaian kontrasepsi dengan membandingkan kontrasepsi yang berbasis suntik dengan kontrasepsi lainnya menunjukkan pola yang bisa digunakan sebagai perumusan strategi.
ABSTRACT
The national fertility rate in Indonesia is stagnant at 2.6. Where the average number of ASEAN countries is 2.4 became an early warning for Indonesia. Indonesia Demographic and Health Survey results until 2012 signaled that demographic problems should receive more serious attention by the government. One of them with regard to the prevalence of contraceptive use in Indonesia. The prevalence of contraceptive use is dependent on the Fertile Age Couple 39 s decision whether to use contraception or not and what contraception they choose. Research on the factors affecting the utilization of contraceptive use and choice is still conventional and has not included the issue of peer effect whereas people 39 s behavior is likely to be influenced by others. This study aims to determine the effect of peers and central figures in a community on the behavior of contraceptive use, especially in the selection of contraception. The data source in this research uses 2015 Family Data Collection from BKKBN and Podes 2014. This research uses logit model, logit order, and multinomial logit. From the results of this study found that there is a peer effect in contraceptive behavior, meaning that not only individual demographic factors that influence the behavior of contraceptive use. The role of the character as an information node has an influence on the behavior of contraceptive use with different levels, for example in terms of whether or not someone 2is really influenced by the character. Geographical differences give differences in contraceptive use behavior seen from each influence of peer and central figure. In the test in multinomial logit model obtained contraceptive usage information by comparing contraception based on injection with other contraception show pattern which can be used as strategy formulation."
2017
T50260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Theresanti Muslimah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi dampak kebijakan subsidi raskin di Indonesia dengan mengelompokkan rumahtangga menurut jumlah kuantitas beras yang dikonsumsi. Dampak subsidi raskin berupa diskon harga dan subsidy amount terhadap konsumsi beras, kalori dan total kalori rumahtangga yang dikelompokkan berdasarkan jumlah konsumsi beras sebelum ada kebijakan subsidi raskin level rendah 15 kg.
Penelitian ini menggunakan teori demand function yaitu permintaan konsumsi beras yang diteliti dampak subsidi raskin terhadap konsumsi beras, kalori beras dan total kalori. Selain itu diteliti juga substitution effect dipoxy dengan diskon harga dan income effect diproxy dengan subsidy amount terhadap masing-masing kelopok rumahtangga.
Hipotesis dampak subsidi raskin terhadap konsumsi kalori adalah positif, dengan menggunakan pendekatan panel data dan regresi dua tahap 2SLS diestimasi koefisiennya, apakah terjadi substitution effect atau income effect. Diduga adanya hubungan endogen antara konsumsi beras dan subsidi maka digunakan interaksi kepemilikan kartu perlindungan sosial dan Post waktu kebijakan KPS sebagai instrument variable.
Hasil studi menunjukkan bahwa dampak subsidi terhadap kalori lebih meningkat dikelompok rumahtangga dengan level konsumsi beras rendah, sedangkan level rumahtangga beras tinggi dampak subsidi raskin dapat menurunkan konsumsi kalori karena income effect yang terjadi digunakan untuk mengkonsumsi barang yang tidak bergizi atau tetap mengkonsumsi beras tapi dengan kualitas gizi yang rendah.
Saran dari hasil studi ini adalah subsidi raskin dapat ditujukan kepada rumahtangga yang mengkonsumsi beras rendah, sedangkan untuk rumahtangga yang mengkonsumsi beras tinggi dapat diberikan subsidi bahan pangan lain yang lebih bergizi dan menggunakan pangan lokal.

In this study I estimate the impact of the Raskin subsidy policy in Indonesia by grouping households according to the quantity of rice consumed. The impact of raskin subsidy is the price discount and subsidy amount on the consumption of rice, calories and total household calories grouped based on the amount of rice consumption before the Raskin subsidy policy low level 15 kg .
This research uses demand function theory that is consumption demand of rice which examined the impact of raskin subsidy on rice consumption, rice calorie and total calorie. Also examined substitution effect price discount and income effect subsidy amount to each household group.
The hypothesis of Raskin subsidy impact on calorie consumption is positive, using panel data approach and two stage regression 2SLS is estimated coefficient, whether there is substitution effect or income effect. Suspected of endogenous relationship between rice consumption and subsidy then used the interaction of ownership of social protection card and Post time of rice subsidy policy as an instrument variable.
The results of the study showed that the impact of subsidies on calories is increasing in household groups with low rice consumption level, while the high level of calories consumption is reduced. It heppened because the income effect from the rice subsidy is used to consume non nutritious food or keep consuming rice but with the low quality of calories.
Suggestion from the result of this study is raskin subsidy can be directed to households that consume low rice, while for households that consume high rice can be given other food subsidy program which more nutritious and using local food.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani
"ABSTRAK
Pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia selama PJPT I telah banyak membawa kemajuan dan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga ditunjukkan dengan mening katnya pendapatan perkapita penduduk. Dalam 15-20 tahun yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia baru mencapai US$ 210, namun pada tahun 1994 telah meningkat menjadi US 720. Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, telah pula mengubah struktur ekonomi Indonesia yang menggeser peran sektor pertanian dalam produksi nasional. Dalam tahun 1989 peran sektor pertanian dalam produksi nasional sebesar 23,2 % telah turun menjadi 21,8 % pada tahun 1994. Sementara pada periode yang sama, peran sektor Industri meningkat dari 14,4 % menjadi 16,9 %.
Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi, telah terjadi pula perubahan dalam struktur ketenagakerjaan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan dalam distribusi jenis pekerjaan. Perubahan distribusi pekerjaan yang cukup tajam terutama terhadap tenaga kerja kepemimpinan dan ketatalaksanaan yang mencapai 177 %. Perubahan tersebut memberikan isyarat adanya peningkatan skill (ketrampilan) masyarakat, yang juga menunjukkan nilai-nilai kerja dengan mengutamakan profesionalisme cenderung semakin dihargai. Perubahan bentuk distribusi jenis pekerjaan yang berlangsung dalam arus perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menuju masyarakat industri modern sebagai salah satu akibat keberhasilan pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan, telah melahirkan lapisan sosial ekonomibaru yang sering disebut sebagai kelas menengah.
Fenomena munculnya lapisan kelas menengah telah mengundang perhatian banyak kalangan ahli. Salah satu fenomena yang menarik adalah bahwa perilaku sosial ekonomi kelas menengah menampilkan refleksi yang berbeda dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi lainnya.
Adanya suatu kecenderungan bahwa kelas menengah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Terhadap isu-isu lingkungan, kelas menengah memberikan kepedulian yang tinggi terutama dalam hal perlindungan lingkungan. Misalkan kebutuhan terhadap air dan udara bersih menurut kelas menengah adalah merupakan kebutuhan umum (publik) dan merupakan kebutuhan sosial. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba untuk menelaah perilaku konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan mengambil kasus kelas menengah.
Penelitian mengenai Perilaku Konsumsi Rumah Tangga Dalam Memenuhi Kebutuhan Lingkungan yang bersih dan sehat (kasus kelas menengah), merupakan studi kasus yang lokasinya di Kompleks Perumahan Pondok Timur Indah I, Desa Mustika Jaya, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.123 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dengan teknik penentuan Jumlah sampel menggunakan Teknik Estimasi Proporsi. Dari 1.123 populasi yang termasuk dalam kelompok kelas menengah adalah sebanyak 141 orang. Sedang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga kelas menengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, mencari bentuk fungsi permintaan (melalui pendekatan pengeluaran) terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiga, mengukur besarnya elastisitas pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam penelitian ini lingkungan yang bersih dan sehat menyangkut dua aspek, pertama; kebutuhan akan kesehatan, kedua; kebutuhan akan rekreasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jenis pekerjaan, umur responder dan Crowding Index, dengan besarnya pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.84. Di samping itu koefisien determinasi memperlihatkan angka sebesar (r2) sebesar 0.85. mni berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran kesehatan 85 % disebabkan oleh beberapa variabel independen tersebut, sedangkan 15 % disebabkan oleh faktor lain.
Namun di antara beberapa variabel indpenden, ternyata variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson yang menghasilkan masing-masing r = 0,92, 0,75 dan 0,43.
Terhadap pengeluaran untuk rekreasi, terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan dan umur responden dengan besarnya pengeluaran untuk rekreasi. Hal ini diperlihatkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.91. Sedang koefisien determinasi (r2) menunjukkan angka sebesar 0.92. ini berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran untuk rekreasi, 92 % disebabkan oleh variabel independen tersebut, sedangkan 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Di antara variabel tersebut, variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mentpunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran untuk rekreasi, yaitu dengan koefisien korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,96, 0,71 dan 0,45.
Di samping itu, hasil perhitungan elastisitas pengeluaran kesehatan mendapatkan angka sebesar 1.64 (elastis). Angka ini berarti bahwa jika pengeluaran berubah sebesar 10 persen, maka menyebabkan terjadinya perubahan pengeluaran kesehatan sebesar 16.4 persen. Hal yang sama terlihat pula, angka elastisitas pengeluaran rekreasi sebesar 1.60. Hal ini berarti apabila pendapatan berubah 10 persen, maka terjadi perubahan pengeluaran rekreasi sebesar 16 persen.
Aspek lain yang ditemui dalam penelitian ini, terlihat rumah tangga kelas menengah mempunyai keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan ketika pendapatan sudah mecapai Rp 335.000,-. Sedang keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk rekreasi, pada saat pendapatan mencapai Rp 275.000,-. Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung lebih memperhatikan kegiatan rekreasi dibandingkan dengan upaya-upaya memperhatikan kesehatan.

ABSTRACT
The national development conducted by Indonesia as long as the first stage of development long term (PJPT T) has took change and progress society, i.e. increasing of a society welfare. For fifteen or twenty years ago, the income per capita of Indonesia has reached around US$ 210, but in 1994 has increased around US$ 720.
The development has also changed the contribution of agriculture and industries sector in GDP. The contribution of agriculture sector decline from around 23,3 % in 1989 to around 21,8 % in 1994. In the meantime the contribution of industries sector has increased from around 14,1 % to around 16,9 0.
In the line with changing in economic structure has took change in labor structure. It has been indicated by increasing distribution of type of job, i.e. leadership and management around 177 %. The chaning in distribution of type of job has resulted in a new social structure, i.e. the middle class.'
The middle class has pay more attention to environmental protection. In this context, the research tries to study on Household Consumption Behaviour Toward The Need for Healthy and Clean Environment. Case study of this research search is the middle class.
The research on Household Consumption Behavior In Fulfilling the need Toward a Clean and Healthy Environment (case study the middle class) was conducted at Pondok Timur Indah I Housing, Mustika Jaya Village, Bantar Gebang Sub-District, Bekasi District, West Java.
141 samples used in this research were taken out from 1123 population, using Simple Random Sample i.e Proportional Estimation Technique. Out of 1.123 population, 141 were of middle class. The respondent in this re-search were heads of middle class families.
The purposes of this research are: firstly to recognize the factors affecting the expenses to meet a clean and healthy environment. Secondly, to seek the form of request function (through expense approach) toward a clean and healthy environment. Thirdly, to measure the expense elasticity toward the need of a clean and healthy environment, in this research, the clean and healthy environment were connected to two aspect, i.e the need of health and recreation. Result of this re-search show a strong relationship between some independent variables i.e income, education, number of family members, type of job, age of respondent and crowding index, compared to health expense. This was proven by coefficient correlation figure of 0.84. Beside that the determination coefficient (r2} shows a rate of 0.85. This means the variation of big/small health expense was 85 percent resulted from said independent variables, while the remaining 15 percent was resulted from other factors.
In fact, among some independent variables, the income, number of family members and age of respondent variables have very strong relationship. This was shown by the result of Pearson Correlation Coefficient Calculation of those variables respectively are r= 0.92, 0.76 and 0.43.
On recreation expense, there was a relatively strong relationship between some independent variables, i.e income, education, number of family members, type of job and age of respondent with recreation expense. This was shown by correlation coefficient of 0.91. The determination coefficient (r2} showed an index of 0.92. This means that the variation of big/small recreation expense was 92 % resulted from said independent variables, while remaining 8 % was resulted from other factors.
Between the above mentioned variables, the income, number of family members and age of respondent variables have a very strong relationship with recreation expense, namely with Pearson correlation coefficient respectively are r 0.96, 0.71 and 0.45
Beside that, the result of health expense elasticity was 1.64 (elastic). This means that if expense change by 10 % the health expense will change by 16.4 %. The same case was also seen on recreation expense which have an elasticity rate of 1.60. This means that if the income change by 10 %, the recreation expense will respectively change by 16 %.
Another aspect found in this research was the middle class families willing to allocate health expense when their income reach Rp 335.000,- while willingness to allocate recreation arise at the time their income reach Rp 275.000,-. It can be concluded that the middle class families tend to pay more attention to recreation activities compared to efforts for health aspect.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan Septiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris apakah pendapatan pasangan merupakan faktor yang paling signifikan dalam memiliki probabilitas dan elastisitas pendapatan pembantu. Dengan menggunakan data IFLS, saya menemukan bahwa pendapatan pasangan adalah faktor yang paling signifikan baik dalam probabilitas maupun elastisitas pendapatan. Hasilnya berlaku untuk regresi setiap tahun dan data panel dengan variabel pendapatan yang signifikan kecuali tahun 2014. Dan ini menunjukkan perubahan perilaku rumah tangga dalam perubahan probabilitas atau income elasticity untuk kepemilikan pembantu. Pendapatan pasangan memiliki dampak paling signifikan karena pasangan memiliki peran sebagai istri dan ibu. Meskipun mereka harus bekerja, mereka bertanggung jawab untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Saya juga menemukan korelasi antara tren peningkatan elastisitas pendapatan rumah tangga dan penurunan kemungkinan memiliki pembantu. Karena upah pembantu meningkat, harga substitusinya menurun secara signifikan. Oleh karena itu, rumah tangga cenderung memilih substitusi pembantu.

This study aims to find empirical evidence on whether a spouse's income is the most significant factor in owning a helper's probability and income elasticity. Using IFLS data, I found that spouse's income is the most significant factor in both the probability and income elasticity. The result applies to both each year's regressions and panel data with significant income variables except 2014. And it indicates a change in household behavior in a change in the probability and income elasticity for owning a helper. A spouse's income has the most significant impact because the spouse has the roles of wife and mother. Even though they had to work, they are responsible for taking care of the housework. I also found the correlation between the increasing trend in household income elasticity and decreasing in the probability of owning a helper. Due to the helper wage increased, the price of its substitution is relatively decreased. Hence, the household tends to choose the substitution of helper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library