Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iman Sukhirman
"Tinjauan secara teoritik tentang hubungan kepemimpinan, dengan budaya organisasi telah diungkapkan Schein belasan tahun lalu. Demikian pula dengan teori dan kajian tentang kepemimpinan. Tetapi teori dan kajian Kepemimpinan Transformasional dari Bass dan Dimensi Nilai Budaya Organisasi Hofstede merupakan hal yang relatif baru untuk Indonesia.
Hal-hal inilah yang kemudian menjadi titik tolak dari dilakukannya pengkajian ini. Berdasarkan kedua pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran profil Kepemimpinan dan Dimensi Nilai Budaya Organisasi di PT. ASTRA MOBIL.
Melalui pengukuran kepemipinan multifaktor dapat diketahui sejauh mana besaran yang ada pada Kepemimpinan Transformasional, Transaksional dan Non Transaksional yang ada di PT. ASTRA MOBIL, sedangkan dengan Modul survei Nilai Hofstede dapat dilihat sejauh mana besaran yang ada pada Dimensi Nilai jarak kekuasaan (PDI), Penghindaran terhadap ketidakpastian (UAI), Individualisme-Femininitas (MAS) yang ada di PT. ASTRA MOBIL.
Serta hubungan antara aspek-aspek Kepemimpinan Transformasional Bass dan Dimensi Nilai Budaya Organisasi Hofstede.
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data ternyata di PT. ASTRA MOBIL Kepemimpinan Transformasional merupakan hal yang lebih menonjol dari pada Kepemimpinan Transaksional dan Non Transaksional, dimana aspek yang tertinggi adalah aspek Inspirational Leadership.
Sedangkan dalam Dimensi Nilai Budayanya, Dimensi Nilai Penghindaran kekuasaan (PDI) merupakan hal yang sangat penting, diikuti oleh Dimensi Nilai jarak kekuasaan (PDI) dan Individualisme (IDV). Sedangkan Maskulinitas berada pada kriteria cukup penting.
Uji statistik dilakukan untuk melihat sejauh mana ada perbedaan dan persamaan dalam Kepemimpinan Transformasional maupun Dimensi Nilai Budaya Organisasi pada Manajer Tingkat Menengah dan Manajer Tingkat Pertama.
Hal ini menghasilkan (1)adanya perbedaan dalam Kepemimpinan Transformasional dan Non Transaksional dan Manajer Pertama. (2) adanya perbedaan dalam Dimensi Nilai budaya organisasi pada Manajer Menengah dan Manajer Pertama.
Dengan menggunakan analisis korelasi kanonikal dicoba untuk diketahui sejauh mana keterkaitan hubungan antara Kepemimpinan Transformasional Bass dan Dimensi Nilai Budaya organisasi. Demikian pula dengan teknik korelasi Pearson terhadap kedua faktor tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Ramadhan
"

Tren pertumbuhan sektor pariwisata di dunia dan juga di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Walaupun  Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan pada satu dekade terakhir, namun jumlah wisman  yang datang ke Indonesia masih jauh tertinggal  dengan Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu faktor yang diduga menghambat kedatangan wisman ke Indonesia adalah cultural distance (CD). CD berpengaruh negatif karena wisman cenderung berkunjung ke tempat wisatawan yang mempunyai kesamaan kultural dengan negara asalnya. Namun, CD juga dapat berpengaruh positif karena mencerminkan selera dari wisatawan mancanegara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi salah satu faktornya secara khusus yaitu  pengaruh dari jarak kultural antara negara asal dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan panel data dan pendekatan model gravitasi, dengan menganalisis 25 negara wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dari tahun 2004-2018, dengan menggunakan estimasi Random Effect dan Index Hofstede. Penelitian yang dilakukan pada kedatangan turis Indonesia ini menemukan bahwa jarak kultural kurang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia, begitupula dengan faktor harga relatif dan dummy krisis moneter 2008 Disamping itu, faktor seperti PDB per kapita dan jarak lebih menjelaskan dengan baik determinan dari permintaan pariwisata Indonesia.

 


The tourism sector in the world and in Indonesia is experiencing rapid growth. However, the number of foreign tourists coming to Indonesia is still far behind Malaysia, Thailand, and Singapore. One factor that induces to hinder the arrival of foreign tourists to Indonesia is the cultural distance (CD). The CD has a negative effect because tourists tend to visit tourist places that have cultural similarities with their home country. However, CDs can also have a positive impact because they reflect the tastes of foreign tourists. This study investigates one of its factors, specifically, the influence of CD between the origin country and Indonesia. This study uses a panel data and gravity model approach by analyzing the top of 25 foreign tourist countries that came to Indonesia from 2004-2018, using the estimation of the Random Effect and the Hofstede Index. Research conducted on Indonesian tourist arrivals found that cultural distance is less able to explain its effect on foreign tourist arrivals in Indonesia, as well as relative price factors and the dummy of the 2008 monetary crisis. Besides, factors such as GDP per capita and distance explain better determinants of demand for Indonesian tourism.

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Eka Santi
"Perusahaan multinasional sangat erat kaitannya dengan adanya komunikasi antarbudaya dan pertemuan antarbudaya. Setiap budaya memiliki dimensi budaya nasional masing-masing. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam melalui interpretative phenomenological analysis yang bertujuan untuk mengungkapkan pemaknaan pengalaman secara eksploratif bagaimana budaya kerja perusahaan yang dibentuk dalam Hofstede's cultural dimensions yang diimplementasikan oleh jajaran manajemen Jepang dan manajemen lokal di dalam PT. Hanwa Indonesia. Serta untuk mengungkapkan bentuk-bentuk pertemuan antarbudaya Indonesia dan Jepang di dalam PT. Hanwa Indonesia khususnya culture shock, akulturasi, dan komunikasi verbal dan nonverbal yang terikat budaya. Dalam studi ini ditemukan bahwa dimensi yang terbentuk dengan menggunakan Hofstede's cultural dimensions di dalam PT. Hanwa Indonesia yaitu large power distance, strong uncertainty avoidance, femininity, individualism, dan short term orientation. Pertemuan antarbudaya yang terjadi di dalam PT. Hanwa Indonesia yang dialami oleh para manajemen baik manajemen Jepang dan manajemen lokal yaitu culture shock, kemudian setelah melalui masa culture shock terdapat proses akulturasi di dalam perusahaan ini, terakhir adanya proses komunikasi verbal dan nonverbal antar kedua pihak baik manajemen Jepang maupun manajemen lokal. Dengan adanya manajer lokal di dalam PT. Hanwa Indonesia, memiliki fungsi sebagai penghubung antara budaya kerja Jepang dan budaya kerja Indonesia.

In multinational company it is closely related with intercultural communication and intercultural encounters. Each culture has its own national cultural dimension. This study method was conducted qualitatively with in-depth interviews uses interpretative phenomenological analysis which aims to reveal the exploratory meaning of experience of how the work culture of the company formed through Hofstede's cultural dimensions implemented by Japanese management and local management within PT. Hanwa Indonesia. Also to reveal the forms of Indonesian and Japanese intercultural encounters in PT. Hanwa Indonesia especially culture shock, acculturation, and verbal and nonverbal communication. The study showed that Hofstede's cultural dimensions in PT. Hanwa Indonesia are large power distance, strong uncertainty avoidance, femininity, individualism, and short term orientation. Intercultural encounters that occurred in PT. Hanwa Indonesia experienced by both of Japanese management and local management from culture shock, then acculturation process, finally there was verbal and nonverbal communication process between Japanese management and local management. With the presence of local managers, it has a function as a bridge between Japanese work culture and Indonesia work culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shannia Dwi Melianti
"Aplikasi kencan online semakin popular dan diterima oleh masyarakat untuk bertemu dengan orang lain secara daring. Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan berbagai aktivitas dilakukan secara online, termasuk kebutuhan mencari pasangan yang berdampak pada melonjaknya penggunaan aplikasi kencan online. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor – faktor yang berpengaruh terhadap niat penggunaan aplikasi kencan online. Penelitian ini menggunakan teori trust transfer dalam menganalisis niat penggunaan aplikasi kencan online. Penelitian ini melibatkan 539 responden valid dan menggunakan PLS-SEM dengan SMARTPLS 3.0 sebagai metode analisis data. Penelitian ini menunjukan bahwa social influence dan ODA service quality (interactivity, user interface design, personalization, privacy) berpengaruh terhadap trust to people in internet, trust to ODA services, dan trust to selected daters. Kemudian, trust to people in internet berpengaruh kepada trust to ODA service dan trust to ODA service berpengaruh kepada trust to selected daters. Selain itu, penelitian ini juga menunjukan bahwa social influence, trust to ODA services, dan trust to selected daters berpengaruh kepada intention to use. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa masculinity/femininity memoderasi hubungan antara ODA service quality dengan intention to use. Penelitian ini memperkaya penelitian sebelumnya untuk menganalisis faktor – faktor yang memengaruhi niat penggunaan aplikasi kencan online dengan teori trust transfer dan moderasi menggunakan teori dimensi kultural Hofstede.

Online dating applications are increasingly popular and accepted by the public to meet other people online. The COVID-19 pandemic has caused various activities to be carried out online, including the need to find a partner which has an impact on the increasing use of online dating applications. This study aims to explore the factors that influence the intention to use online dating applications. This study uses the trust transfer theory in analyzing the intention to use in online dating applications. This study involved 539 valid respondents and used PLS-SEM with SMARTPLS 3.0 as the data analysis method. This study shows that social influence and ODA service quality (interactivity, user interface design, personalization, privacy) affect trust to people on the internet, trust to ODA services, and trust to selected daters. Then, trust to people on the internet affects trust to ODA service and trust to ODA service affects trust to selected daters. In addition, this study also shows that social influence, trust to ODA services, and trust to selected daters affect intention to use. This study also reveals that masculinity/femininity moderates the relationship between ODA service quality and intention to use. This study enriches previous research to analyze the factors that influence the intention to use online dating applications with trust transfer theory and moderation using Hofstede's cultural dimension theory."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Shafira Syarif
"Previous studies found that culture significantly affects innovation in different settings. Nevertheless, the extensive body of literature places greater emphasis on the presumption that a country's culture is unified across the nation. Hence, the examination of this research holds particular significance within the context of Indonesia, a multicultural nation comprises of numerous distinct ethnicities and sub-ethnicities. The aim of this study is to examine the influence of Hofstede’s cultural dimension on the entrepreneurial innovativeness (EI) of East Javanese and Sundanese entrepreneurs. This study applies Hofstede's cultural dimensions: power distance, masculinity, uncertainty avoidance, collectivism, long-term orientation, and indulgence on entrepreneurs. Using the sub-ethnicities East Javanese and Sundanese as cases in point, the data from online survey were analyzed using simple regression technique for partial influence and multiple regression for the simultaneous influence of the six dimensions. To have a more comprehensive outlook of the findings, the Mann-Whitney U test and crosstabs were applied to each sub-ethnicity cultural dimension.

Literatur yang ada telah menunjukkan bahwa budaya memiliki dampak yang signifikan terhadap inovasi pada suatu perusahaan atau negara. Namun, literatur yang ada lebih banyak fokus pada asumsi bahwa sebuah negara tersusun atas satu budaya yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi menarik untuk diteliti di negara multikultural seperti Indonesia yang memiliki ratusan etnik dan budaya berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komparatif nilai budaya nasional terhadap entrepreneurial innovation (EI) pada pengusaha Jawa Timur dan Sunda. Penelitian ini menggunakan teori Hofstede yang meneliti kebudayaan nasional menggunakan enam dimensi, yaitu: power distance, masculinity, uncertainty avoidance, collectivism, long-term orientation, and indulgence. Dengan melakukan online survey pada para pengusaha Jawa Timur dan Sunda, data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknis analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh aspek budaya secara parsial dan regresi berganda untuk melihat pengaruh aspek budaya secara bersama-sama terhadap EI. Uji beda berdasarkan tes Mann-Whitney dan tabel silang dilakukan terhadap masing-masing kelompok responden untuk memberikan pemahaman terhadap hasil yang lebih baik."
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Puspita Galih
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara uncertainty avoidance GLOBE dan uncertainty avoidance Hofstede dengan komitmen perubahan. Penelitian ini dilakukan di perusahaan BUMN dengan jumlah sampel sebanyak 176 responden. Uji statistik korelasional digunakan untuk menganalisis hasil data yang diperoleh. Pengukuran dimensi uncertainty avoidance dilakukan dengan alat ukur GLOBE Research Survey dan Values Survey Module (VSM). Pengukuran komitmen perubahan dilakukan dengan alat ukur Commitment to Change Inventory (CCI).
Hasil dari penelitian ini adalah: 1). Tidak ada hubungan signifikan antara skor uncertainty avoidance GLOBE dengan skor komitmen perubahan. 2). Terdapat hubungan signifikan dan bernilai negatif antara skor uncertainty avoidance Hofstede dengan skor komitmen perubahan.

The aim of this study is to identify the correlation between uncertainty avoidance and commitmen to change, and also try to use GLOBE uncertainty avoidance and Hofstede uncertainty avoidance as different construct with similar label. The data was collected from employee in state-owned company with total 176 sample size, and used correlational analysis to analyse the statistic data. Uncertainty avoidance was measured by GLOBE Research Survey dan Values Survey Module (VSM). Whereas, Commitment to Change Inventory (CCI) was used to measure commitment to change.
Results showed that: 1). There is no significant correlation between GLOBE uncertainty avoidance and commitment to change. 2). There is a negative and significant correlation between Hofstede uncertainty avoidance and commitment to change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan
"Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang sangat besar. Pada tahun 2022 angka kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mencapai angka 60,5% dan memberikan angka sebesar 96,9% terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut survei yang dilakukan oleh databoks, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah UMKM terbanyak di ASEAN dengan total UMKM sebanyak 65,5 juta unit. Dengan jumlah UMKM sebanyak itu, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital senilai USD 124 miliar di tahun 2025. Dengan potensi tersebut, Presiden Joko Widodo menargetkan ada 30 juta pelaku UMKM masuk ke dalam ekosistem digital pada tahun 2023. Namun, menurut hasil survei yang dilakukan oleh lembaga APJII, pada tahun 2022 UMKM yang memiliki akun penjualan pada e-marketplace baru menyentuh angka 26,58%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kultur nasional dan organisasi yang memengaruhi adopsi e-marketplace oleh UMKM. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh kuesioner yang terdiri dari faktor kultur Hofstede dan Denison. Survei dilakukan kepada 200 responden pengguna aplikasi e-marketplace dan pemilik UMKM. Data diolah dengan bantuan tools SmartPLS 4 dan menggunakan metode Partial Least Squares – Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kultural yang memengaruhi adopsi e-marketplace oleh UMKM adalah faktor Masculinity (MA), Uncertainty Avoidance (UA), Long-Term Orientation (LTO), Individualism (ID), Involvement (IN), Consistency (CO), dan Adaptability (AD). Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah untuk dijadikan sebagai bahan referensi bagi para penyedia layanan e-marketplace agar dapat melakukan pengembangan aplikasi sesuai dengan kultur atau budaya yang ada di wilayah tertentu.

Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) are a very large pillar of economic growth in Indonesia. In 2022, the contribution of MSMEs to the Gross Domestic Product (GDP) in Indonesia has reached 60,5% and provide a figure of 96,9% for employment. According to a survey conducted by Databoks, Indonesia ranks first as the country with the largest number of MSMEs in ASEAN with a total of 65,5 million MSMEs. With that number of MSMEs, Indonesia has the potential for digital economic growth worth USD 124 billion in 2025. With this potential, President Joko Widodo is targeting 30 million MSMEs to enter the digital ecosystem on 2023. However, according to the results of a survey conducted by the APJII agency, in 2022 MSMEs that have sales accounts in e-marketplaces will only reach 26,58%. The purpose of this study is to determine the national and organizational cultural factors that influence e-marketplace adoption by MSMEs. This study was conducted using a quantitative approach supported by a questionnaire consisting of Hofstede’s and Denison’s cultural factors. The survey was conducted to 200 respondents using e-marketplace applications and MSMEs owners. The data is processed with the help of SmartPLS 4 tools and using the Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results of this study show that the cultural factors that influence e-marketplace adoption by MSMEs are Masculinity (MA), Uncertainty Avoidance (UA), Long-Term Orientation (LTO), Individualism (ID), Involvement (IN), Consistency (CO), and Adaptability (AD). The benefit of this research is to serve as reference material for e-marketplace service providers so they can develop applications according to the culture that exists in a particular area.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Adrian Haitara
"Culture has been mentioned and studied for an extended period. Great and world- renowned researchers such as Geert Hofstede and Shalom Schwartz have theorized that we as a civilization are made up of different cultural dimensions that guide us to live our lives. This led to many researchers raised question how far culture affects our everyday life, how business is conducted, how legal system are different throughout the world and whether culture influence how businesses conducted cultural social responsibility (CSR) practices in their home and host country(s). There has been an abundance number of studies that have examined the effect of the culture towards CSR practices in developed markets such as the United States of America, Canada, Great Britain, Germany, Switzerland, and many more. Still, there is a limited amount of research that took place in the emerging market. The importance of emerging markets is that they have the capability and potential to become the next economic powerhouse that could take over as the world superpower in the near future. Using data from 700 companies from 25 countries across Asia, America, Africa, and Europe, this study examines the influence or effect of national culture towards CSR practices in the emerging markets in the 2019 period (Before the Covid-19 financial crisis). Results showed that multilevel supports but nonsignificant where it showed positive correlations on all of the four hypotheses, while pairwise doesn’t support, but some are significant. This research gives other researchers a much clearer sense of how big the effect or impact of national culture on CSR practices conducted by companies in the host country.

Budaya sudah dikenal dan dipelajari dalam waktu yang lama. Banyak peneliti terkenal dan diakui dunia seperti Geert Hofstede dan Shalom Schwartz berpendapat bahwa kita sebagai manusia terbentuk dari berbagai macam dimensi budaya. Hal ini membuat para peneliti bertanya-tanya seberapa besar dampak budaya dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti dalam bisnis, dalam terciptanya sistem hukum di berbagai belahan dunia, dan bagaimana Corporate Social Responsibility (CSR) diterapkan. Sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang dampak budaya dalam CSR di negara maju, namun tidak demikian di negara berkembang yang tergolong terbatas padahal negara berkembang tersebut mempunyai potensi untuk menjadi negara besar dan adidaya di masa mendatang. Dengan menggunakan data dari 700 perusahaan dari 25 negara yang tersebar di berbagai benua, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari budaya terhadap CSR di tahun 2019 (sebelum pandemi dimulai). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa multilevel mendukung bahwa dimensi budaya berpengaruh terhadap CSR walau tidak signifikan. Penelitian ini menunjukan hasil korelasi positif di 4 hipotesis. Namun, pairwise tidak mendukung sama sekali, tapi ada beberapa yang signifikan. Penelitian ini dapat memberikan gambaran lebih detail untuk peneliti lain tentang efek budaya terhadap CSR yang dilakukan oleh perusahaan di negara lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hafsari Setyorini
"Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi yang memungkinkan mesin untuk menerima, mengolah, dan membuat keputusan berdasarkan data yang diterima. Kehadiran AI yang semakin menjamur di kehidupan masyarakat membuat pemerintah di berbagai negara berinisiatif untuk mengimplementasikan AI secara publik dengan mengeluarkan strategi AI nasional. Indonesia yang sudah mengeluarkan strategi AI nasional namun belum mengadopsi AI secara menyeluruh memiliki kesempatan untuk belajar dari negara lain agar adopsi AI di Indonesia berlangsung dengan efektif dan efisien.
Penelitian ini berfokus untuk menemukan pelajaran atau hikmah yang dapat digunakan oleh Indonesia dalam mengadopsi AI di ranah publik. Hal ini dicapai dengan meninjau aspek sosioteknis dalam implementasi AI dengan membandingkan kerangka kultur Hofstede, indeks kesiapan AI pemerintah 2022, dan survei menyangkut sikap publik dan perusahaan terhadap AI dari negara-negara pembanding. Aspek strategi juga diteliti dengan melihat strategi AI nasional di negara-negara pembanding dalam kerangka yang sama. Adapun negara-negara yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Indonesia.
Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi aspek-aspek yang diperlukan untuk memahami strategi AI nasional. Setelah itu, dilakukan literature review dengan metode 3C+2S (compare, contrast, criticize, synthesize, summary) terhadap semua data untuk menentukan apakah kondisi sosial dan teknologi dipertimbangkan dalam strategi AI nasional dan menemukan kesamaan serta perbedaan dari seluruh aspek. Semua jawaban dari penelitian ini kemudian ditarik kesimpulan untuk menemukan poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi AI di Indonesia.
Hasil dari penelitian adalah kerangka kerja untuk memahami strategi AI nasional yang secara umum terdiri dari kondisi saat ini, strategi yang digunakan, dan komunikasi strategi kepada pihak lain. Dengan meneliti strategi AI nasional di keenam negara menggunakan kerangka kerja yang telah dibuat, ditemukan bahwa aspek sosial masih jarang dipertimbangkan dalam strategi AI nasional dibandingkan dengan aspek teknologi.
Penelitian ini juga menunjukkan walaupun Indonesia memiliki beberapa kemiripan secara budaya dengan negara lain, Indonesia mengalami ketertinggalan jauh dalam kesiapannya untuk mengadopsi AI khususnya dari sektor teknologi. Kesamaan lain terlihat pada bidang yang diprioritaskan dalam strategi dan kesediaan setiap negara untuk membentuk ekosistem yang dapat mendukung perkembangan AI di negaranya masing-masing.
Temuan dari penelitian ini mencakup beberapa poin, yaitu: penyatuan langkah strategis, berfokus untuk menyelesaikan permasalahan mendasar, dan penekanan pada pengembangan manusia.

Artificial Intelligence (AI) is technology that enables machine to accept, process, and make decisions based on data given. As AI becomes ubiquitous in the society, governments in multiple countries plan to implement AI in public sector through National AI Strategy. Indonesia as a country that hasn't fully adopt AI still has the chance to learn from other countries so that AI implementation in Indonesia's public sector could be done in an effective and efficient manner.
This study focuses on finding lesson learned that could be used by Indonesia in adopting AI in public. This study was done through reviewing sociotechnical aspect in AI implementation by comparing Hofstede's cultural framework, Government AI Readiness Index 2022, and surveys related to public and companies' attitude towards AI from compared countries. Strategy aspect is also studied by looking at national AI strategies in compared countries through the same lens. Countries that are involved in this study are Singapore, Malaysia, Japan, South Korea, Australia, and Indonesia.
The first step from this study is to identify aspects needed to understand national AI strategy. Afterwards, literature review with 3C+2S method (compare, contrast, criticize, synthesize, summary) is conducted to all data to determine whether social and technological condition is considered in national AI strategy and found similarities and differences from all aspects. All answers from the study then summarized to identify important points for AI implementation in Indonesia.
The result from this study is a newly created framework to understand national AI strategies that generally consists current condition, strategy used, and strategy communication to other parties. By using the framework to compare national AI strategies in six countries, it is found that social aspect is still rarely considered in national AI strategy comparing to the technology aspect.
This study also shows that despite the similarities in culture between Indonesia and other countries, Indonesia is lagging far behind in its readiness to adopt AI especially technology-wise. Other similarities are seen at national priorities in the strategy and each countries' willingness to build an ecosystem that supports AI development in their respective countries.
Findings from this study covers points as follows: strategic steps unity, focus to solve the root problems, and emphasis on human development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library