Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Juwita Nelwan
Depok: Badan Penerbit FK UI, 2017
616.97 ERN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gordon, Gill
England: International Planned Parenthood Federation , 1988
362.196 979 2 GOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Rustifar Rustana
"Skripsi ini membahas tentang perancangan sistem informasi surveilans HIV/AIDS dalam upaya percepatan distribusi data dan kelancaran arus informasi sehingga dapat menghasilkan gambaran situasi kasus HIV/AIDS dan IMS di Kabupaten Cirebon. Rancangan sistem informasi surveilans HIV/AIDS ini dapat mengolah laporan bulanan kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Access, yang akan menghasilkan keluaran berupa informasi sebaran kasus, informasi indikator-indikator dalam kegiatan penanggulangan HIV/AIDS, yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik secara rinci. Dengan demikian cakupan kegiatan yang masih rendah atau terjadinya kasus yang perlu penanganan khusus dapat dilakukan penanggulangan secara efektif dan efisien. Hasil akhir dari penelitian ini adalah prototipe perangkat lunak komputer dari rancangan sistem informasi surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.

This thesis describes the process of developing an information system for HIV/AIDS surveillance in Cirebon Health District. The work starts out with a study of the existing system, based on two study methods: observation and in depth-interviews at Cirebon Health District Office. The primary goal of this thesis is to design a prototype of HIV/AIDS surveillance information system that can accelerate the distribution of data and ensure the smooth running of information that is most useful in reducing the spread of HIV/AIDS and in providing care for those affected in Cirebon district. This prototype, developed using database management system in Microsoft Access 2007, can process the HIV/AIDS and STI reporting which will produce the information about distribution of HIV infections, AIDS and STI cases, and also some indicators of HIV/AIDS programme that displayed in more detail in tables or graphs. The result of this study is a prototype of information system for HIV/AIDS surveillance design in Cirebon Health District."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Keganasan non limfomatosa dapat terjadi pada pasien-pasien imunokompromais. Namun, penelitian rinci tentang kasus-kasus tersebut sangat kurang. Dalam tulisan ini diuraikan 4 kasus tumor padat para pasien HIV seropositif. (Med J Indones 2004; 13: 171-2)

Non lymphomatous malignancies may also develop in immunocompromised patients. However a detail study about the cases is lacking. Here we describe four cases of solid tumours in HIV seropositive patients. (Med J Indones 2004; 13: 171-2)"
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004: 171-172, 2004
MJIN-13-3-JulSep2004-171
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmania
"Pembicaraan mengenai masalah seks saat ini sudah semakin terbuka meskipun bagi sebagian orang, masalah seks tetap dianggap sebagai tabu. Hasil penelitian tentang perilaku seksual anak muda menyalakan bahwa anak muda Indonesia cukup permisif. Berdasarkan data remaja yang mengaku pernah melahirkan hubungan seks di antaranya 7,1 % pelajar SMP, 11.3% pelajar SMA dan 73.8 % mahasiswa (Sarwono, 1981). Dari data tersebut terlihat bahwa angka terjadinya hubungan seks pranikah meningkat searah dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang.
Kondisi perilaku seksual anak muda yang permisif ini rnenjadi masalah yang serius terutama sejak AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1987; Data sampai dengan bulan Maret 1997 menunjukkan terdapatnya 524 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dari jumlah kasus yang ada, penyebaran HIV/AIDS di Indonesia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual yang 65,5 % di antaranya terjadi karena hubungan heteroseksual. Fakta lain yang cukup memprihatinkan adalah bila dilihat dari faktor usia, pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah golongan muda berusia 20-29 tahun (46,6 %).
Masalah seksualitas anak muda dapat terjadi karena situasi dilematis yang dihadapi mereka. Di saat meningkatnya hasrat seksual dan membutuhkan penyaluran, ada kecenderungan di masyarakat sekarang untuk menunda usia perkawinan. Akhirnya penyaluran hasrat seksual remaja menjadi terhambat. Sementara dorongan seksual semakin meningkat dengan derasnya informasi dari hiburan komersial atau media massa memperbesar kemungkinan terjadinya hubungan seks pranikah. Namun perilaku seks yang dilakukan belum sepenuhnya didasari oleh informasi yang akurat tentang seks dan kurangnya kesadaran akan konsekuensi tingkah laku tersebut.
Mengingat masalah AIDS juga berdampak kepada masa depan bangsa, maka perlu dilakukan suatu tindakan yang serius untuk menanggulangi masalah ini dengan pendekatan yang Iebih realistis dan langsung, seperti dengan membedakan informasi yang benar tentang AIDS dan perilaku seks yang aman dan bertanggung jawab kepada generasi muda. Salah satu cara bentuk tingkah Iaku seksual yang aman adalah penggunaan kondom pada saat melakukan hubungan seks. Walaupun tidak menjamin sepenuhnya, kondom sampai saat ini masih merupakan alat yang handal sebagai alat pencegah kehamilan dan penularan penyakit akibal hubungan seksual, termasuk AIDS. Penelitian ini melihat bagaimana intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS.
Pengkajian masalah penelitian ini akan dilakukan dengan rnenggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini dipilih mengingat penggunaan kondom sebagai tingkah laku seksual yang aman muncul dalam konteks interpersonal, sehingga untuk dapat meramalkan tingkah laku secara akurat perlu mempertimbangkan sampai sejauh mana tingkah laku berada di bawah kontrol seseorang (Ajzen, 1987, 1991; Ajzen & Madden, 1986, dalam Terry & O?Leary, 1993). Teori yang merupakan perluasan dari teori Reasoned Action ini menjelaskan bahwa intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) Sikap terhadap tingkah laku (2) norma subjektif, dan (3) perceived behavior control.
Melalui model Planned Behavior dari Ajzen (1988), selain untuk mengukur tingkat intensi yang ada, diteliti pula pengaruh dan besarnya sumbangan faktor sikap. norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom dalam mencegah HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat deskriptif dan memilih kelompok mahasiswa berusia 18-24 tahun, belum menikah, dan melakukan hubungan seks pranikah sebagai subjek penelitian yang diambil berdasarkan teknik accidental sampling.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengolahan 46 kuesioner serta analisis data dilakukan dengan menggunakan multiple regression diperoleh hasil bahwa sikap memiliki korelasi yang kuat dan searah, serta memberikan sumbangan terbesar terhadap intensi mahasiswa untnk menggunakan kondom sebagai alat pencegah HIV/AIDS. Namun meskipun sikap mahasiswa tersebut positif, intensinya untuk menggunakan kondom tergolong rendah, Hal ini dapat terjadi karena intensi untuk menampilkan suatu tingkah Iaku dipengaruhi juga oleh variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi komponen-komponen peramal intensi dan variabel tersebut membawa sejumlah bobot yang secara signifikan mempengaruhi intensi individu tersebut (Eagley & Chaiken, 1992). Dalam konteks penggunaan kondom ini, variabel eksternal, di luar ketiga variabel tersebut, yang diduga berperan untuk mempengaruhi intensi rnahasiswa adalah antara lain: ketrampilan asertif, self-efficacy, norma personal.
Secara umum, mahasiswa yang melakukan hubungan seks pranikah menilai dirinya agak tidak mungkin untuk tertuIar HIV/AIDS dengan perilaku seksualnya saat ini. Namun bila dikaji lebih jauh lagi, terlihat bahwa kelompok yang menilai dirinya paling tidak mungkin tertular HIV/AIDS adalah mahasiswa yang tidak pernah menggunakan kondom dan hanya berhubungan seks dengan pasangan tetap. Dan faktor percaya kepada kesehatan dan penampilan pasangan juga menyebabkan intensi untuk menggunakan kondom menjadi rendah. Perilaku seks yang rentan terhadap tertularnya HIV/AIDS ini menjadi kontradiktif mengingat mahasiswa telah memiliki pemahaman mengenai HIV/AIDS serta risiko-risiko yang mungkin terjadi bila melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Untuk meningkatkan peramalan intensi penggunaan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS, pada penelitian selanjutnya dapat disarankan agar selain memperbesar jumlah responden elisitasi dan sampel penelitian, juga diikutsertakannya variabel lain di luar tiga komponen dalam teori planned behavior, seperti norma personal, self-efficacy, atau ketrampilan asertif, serta perbedaan gender dalam pengambilan keputusan menggunakan kondom."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Angraeni
"HIV merupakan suatu infeksi virus yang menyebabkan kerusakan sistem imun tubuh sehingga menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik dan mempengaruhi kualitas hidup penderita. Status gizi mempunyai peranan penting dalam fungsi imunitas tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas hidup dengan status gizi pada anak yang terjangkiti HIV di RSCM. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada bulan Juli 2012 hingga April 2014 dengan melakukan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri terhadap semua pasien anak yang memenuhi kriteria inklusi (69 orang). Data diolah menggunakan program SPSS versi 20.0 dan dianalisis dengan uji Fisher.
Hasil penelitian jumlah anak terinfeksi HIV yang memiliki kualitas hidup baik sebesar 71,0% (laporan anak) dan 63,8% (laporan orang tua). Sedangkan jumlah anak yang memiliki kualitas hidup kurang baik sebesar 29,0% (laporan anak) dan 36,2% (laporan orang tua). Uji Fisher menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara kualitas hidup anak yang terinfeksi HIV dengan status gizi berdasarkan laporan anak (p = 0,140) dan berdasarkan laporan orang tua (p = 0,478). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan status gizi anak yang terinfeksi HIV.

HIV is one of viral infection that cause the damage of immune system thus becomes vulnerable to opportunistic infections and influence patient’s quality of life. The nutritional status has an important role in function of body immune. The purpose of this research is to determine the relationship between the quality of life and the nutritional status of children with HIV in RSCM. The research uses cross-sectional design and the data taken from July 2012 until April 2014 with questionnaires and anthropometry measurements against children that fulfill inclusion criteria (69 children). Data is processed by using SPSS version 20.0 and analyzed with Fisher test.
The result showed that children with HIV that have good quality of life is 71.0% (child-self reports) and 63.8% (parent proxy reports). While the number of children with worse quality of life is 29.0% (child-self reports) and 36.2% (parent proxy reports). Fisher test have shown there is no significant relationship between the quality of life of children with HIV and the nutrition status based children’s reports (p= 0.140) and based parents’ reports (p= 0.478). So the conclusion is there is no relationship between the quality of life and the children’s nutritional status with HIV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Meiy Andini
"Infeksi HIV pada anak merupakan masalah kesehatan global yang memberikan dampak terhadap morbiditas dan mortalitas. Berkembangnya terapi antiretroviral menyebabkan infeksi HIV berkembang menjadi suatu penyakit kronis dan mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya. Diagnosis HIV pada anak penting dilakukan secara dini karena merupakan langkah awal untuk memulai terapi dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup.
Terbatasnya data di Indonesia mengenai kualitas hidup anak terinfeksi HIV membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kualitas hidup anak yang terinfeksi HIV dan hubungannya dengan waktu diagnosis. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang melibatkan 90 anak yang berobat jalan di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo.
Penilaian kualitas hidup dilakukan menggunakan instrumen PedsQL 4.0 Generic Core Scale. Kualitas hidup menurut orangtua menunjukkan responden yang memiliki kualitas hidup normal sebanyak 70%. Sedangkan menurut anak terdapat 75,9% anak memiliki kualitas hidup normal. Sebagian besar (70%) responden didiagnosis HIV pada usia di atas 18 bulan. Dilakukan uji chi-square dan didapatkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara waktu diagnosis dan kualitas hidup anak terinfeksi HIV (nilai p>0,05).

HIV infection in children is a global health problem that is growing quickly and have an impact on morbidity and mortality. The development of highly active antiretroviral therapy causes HIV infection develops into a chronic disease and affect the quality of life. Early diagnosis of HIV in children is important because it is the first step to initiating therapy and expected to improve the quality of life.
The limited data on the quality of life of HIV-infected children in Indonesia makes researchers interested in conducting research on the quality of life of HIV-infected children and their relation to the time of diagnosis. The design used in this study is cross-sectional involving 90 children in Dr.Cipto Mangunkusomo hospital.
Assessment of quality of life is done using an instrument PedsQL 4.0 Generic Core Scale. Quality of life according to parents showed respondents who have a normal quality of life as much as 70%. Meanwhile, according to the child are 75.9% of children have a normal quality of life. Most (70%) of respondents were diagnosed with HIV at the age of 18 months. Chi-square test have been done and found no significant relation between tim
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erawita Endy Moegni
"Infeksi menular seksual (IMS) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar, balk di Indonesia maupun belahan dunia lainnya. Di beberapa negara berkembang IMS pada usia dewasa muda bahkan menempati kelompok lima besar kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Dalam konteks kesehatan reproduksi, IMS berkaitan dengan infeksi saluran reproduksi (ISR). Kesehatan reproduksi adalah keadaan proses reproduksi dalam kondisi sehat mental, fisik, maupun sosial terpenuhi dan tidak hanya babas dari penyakit atau kelainan pada proses reproduksi tersebut. Secara gender, wanita memiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang berkaitan dengan kehamilan dan persalnan, jugs terhadap penyakit kronik dan infeksi. Berbagai jenis IMS pada wanita dapat menyebabkan ISR yang dapat menimbulkan bukan hanya keluhan fisik, ,gangguan psikologis, maupun gangguan keharmonisan perkawinan, namun dapat dapat disertai komplikasi yang lebih lanjut. Hal tersebut terjadi terutama karena keterlambatan diagnosis dan penanganan yang tidak tepat, terutama untuk jenis IMS dan ISR pada wanita yang tidak menimbulkan gejala khas. Komplikasi IMS atau ISR pada wanita dapat berupa penyakit radang panggul (PRP), kehamilan di luar kandungan, kanker serviks, infertilitas, serta kelainan pada bayi dalam kandungan, misalnya beret badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, infeksi kongenital danlatau perinatal serta bayi lahir mati. Separuh dari wanita dengan IMS di Indonesia mungkin tidak menyadari bahwa mereka menderita IMS karena ketidakmampuan untuk mengenali gejalanya, sehingga sebagian besar dari mereka tidak berobat. Infeksi menular seksual dan ISR merupakan masalah kesehatan masyarakat serius namun tersembunyi, sehingga sering disebut sebagai the hidden epidemic.
Prevalensi IMS yang paling banyak diteliti pada wanita adalah pada kelompok populasi risiko tinggi, misalnya pada wanita penjaja seks (WPS). Sedangkan pada kelompok populasi risiko rendah, prevalensi IMS pada wanita yang juga pernah diteliti, misalnya ibu hamil atau pengunjung klinik keluarga berencana (KB).
Tiga di antara IMS yang sering tidak menimbulkan gejala atau asimtomatis adalah sifilis, infeksi virus herpes simpleks (VHS), dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Sejauh ini pemeriksaan serologik ke-3 penyakit tersebut hanya dilakukan bila terdapat kecurigaan klinis maupun riwayat perilaku yang berisiko tinggi pada pasien. Setiap negara menerapkan kebijakan yang berbeda-beda terhadap pemeriksaan ke-3 penyakit di atas pada wanita hamil, termasuk di Indonesia sendiri belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut.
Pola distribusi IMS bergantung pada berbagai penyebab, antara lain faktor lingkungan, budaya, biologis, dan perilaku seksual yang salah atau berisiko tinggi. Faktor lingkungan dan budaya, dalam hal ini perubahan nilai, misalnya kebebasan individu dalam masyarakat dan mundurnya usia pernikahan berperan besar dalam peningkatan insidens IMS secara umum. Faktor biologis, misalnya perbaikan gizi secara umum akan menyebabkan makin mudanya usia menarche pada remaja putri.' Hal ini menyebabkan kesenjangan antara kematangan biologis dengan usia menikah, sehingga sering terjadi kehamilan remaja. Sedangkan perilaku seksual berisiko, misalnya berganti-ganti pasangan seksual dan hubungan seks pranikah.1 Faktor risiko yang dihubungkan dengan sifilis, infeksi VHS tipe-2 dan infeksi HIV antara lain: status sosio-ekonomi rendah, lamanya melakukan aktivitas seksual, jumlah pasangan seksual multipel, promiskuitas, penggunaan narkotika, serta riwayat IMS lain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trimanah
"Penelitian ini membahas tentang Strategi Komunikasi linformasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan oleh Yayasan Pelita I1mu dalam upayanya untuk melakukan pencegahan penularan HIV yang disebabkan oleh pemakaian jarum suntik di kalangan penyalahguna obat di wilayah Kampung Bali Jakarta Pusat. Kerangka penelitian ini mengacu pada Stategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS yang dicanangkan oieh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Komisi Penanggulangan AIDS Nasional tahun 2003. Strategi ini merupakan rujukan bagi segala upaya pencegahan dan penanggulangan HIV yang dilakukan oleh pemerintah, LSM-LSM, maupun perorangan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sedangkan satuan analisis yang digunakan adalah single case-multi level analysis dengan tujuan untuk menyediakan pengertian yang mendalam tentang program pencegahan penularan HIV melalui narkoba IDU.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang strategi KIE yang sedang dilakukan oleh YPI. Level analisis yang digunakan adalah multi level analysis dimana obyek analisisnya adalah individu sebagai anggota masyarakat yang mendapatkan sosialisasi program pencegahan penularan HIV melalui narkoba IDU dan organisasi (VPI) sebagai pihak yang melakukan sosialisasi tersebut. Maka metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan memaparkan, menuturkan, menafsirkan dan menganalisis data yang ada.
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikas informasi dan edukasi yang dilakukan oleh YPI dalam upayanya untuk melakukan pencegahan penularan HIV sudah mencakup bebebara aspek, mulai sasaran, peran, saluran yang digunakan dan juga feed back yang didapatkan. Strategi ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, sehingga kemudian dibuat strategi berdasarkan data tersebut. Strategi ini dianggap paling efektif, sebab pertama, sasaran menjadi jelas mulai dari umur, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. Kedua, pesan yang dirancangpun menjadi lebih tajam dan terarah karena sasaran sudah dilakukan pengelompokan sasaran berdasarkan beberapa hal. Ketiga, saluran yang digunakan menjadi lebih terarah. Keempat, feedbacknya juga menjadi jelas sehingga dapat dibuat antisipasi dan stratgei lanjutan berdasarkan feedback tersebut.
Hasil yang didapat dan penelitian ini juga sesuai dengan lead difusi inovasi dan teori pemasaran social yang disampaikan Rogers. Dimana ide social atau produk social yang ditawarkan oleh YPI sudah dapat diadopsi sebagai suatu inovasi baru bagi masyarakat Kampung Bali. Mereka yang tadinya menolak ide ini akhirnya menerima, bahkan mau melaksanakannya bersama-sama dengan YPI."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>