Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar Rahardjo Budianto
"Latar Belakang. Penyakit Hirschsprung (PH) adalah suatu penyakit kongenital akibat tidak terbentuknya sel ganglion Meissner dan Auerbach pada lapisan sub mukosa dan lapisan intermuskularis usus. Komplikasi dari PH yang umum terjadi adalah Hirschsprung associated Enterocolitis (HAEC) yang dapat mengancam nyawa, biasa terjadi karena keterlambatan diagnosis PH, namun masih dijumpai pasca operasi definitif PH. Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab HAEC, mulai dari gangguan elektrolit dan air, disbiosis kuman usus maupun gangguan homeostasis mukosa dinding usus, seperti berkurangnya musin yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel neuroendokrin yang berperan pada motilitas dan sekresi usus, namun sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari HAEC. Sel Paneth, salah satu sel epitel pembentuk dinding mukosa usus yang berfungsi sebagai sel pertahanan yang menghasilkan beberapa protein dan peptide antimikroba, salah satunya α-defensin. Dalam keadaan normal sel paneth tidak ditemukan di kolon, namun pada penyakit radang usus seperti Penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, ditemukan metaplasia sel Paneth akibat inflamasi yang terjadi. Peran sel paneth yang berfungsi sebagai sel pertahanan terhadap mikroba blm diteliti dalam terjadinya HAEC. IL-β adalah sitokin proinflamasi yang berperan pada peradangan dan kerusakan jaringan usus dan pada penyakit Crohn, peningkatan derajat keparahan peradangan mukosa terlihat sejalan dengan peningkatan konsentrasi protein IL-1β. Indikator inflamasi lainnya yaitu calprotectin, suatu protein penanda biologis yang ditemukan pada tinja ketika terjadi inflamasi di usus dimana konsentrasinya akan meningkat 4-6 kali dari konsentrasinya di plasma. Penelitian ini berfokus pada peran dan fungsi sel Paneth pada patogenesis HAEC dan diharapkan dapat menjawab permasalahan pada HAEC dan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas PH di masa yang akan datang.
Tujuan. Mengetahui peran sel Paneth, α-defensin, IL-β dan calprotectin pada patogenesis HAEC
Metode Penelitian. Penelitian menggunakan hewan coba tikus jantan Sprague-Dawley. Kelompok sampel dibagi menjadi 11 kelompok yang terdiri dari 10 kelompok perlakuan BAC 0.1% dan 1 kelompok kontrol. Jumlah masing–masing kelompok adalah 5 ekor. Pengambilan sampel dan sacrifice dilakukan pada hari ke-0, 3, 5, 7, 10, 12, 14, 16, 18 dan 21 hari setelah 7 hari diberi perlakuan BAC. Jaringan usus kolon sigmoid dan serum diambil untuk pemeriksaan histologi (derajat enterokolitis dan metaplasia sel Paneth) menggunakan pewarnaan hematoxyllineosin serta pemeriksaan biokimia menggunakan teknik ELISA untuk menentukan konsentrasi α- defensin, IL-β dan calprotectin. Analisis statistik data numerik menggunakan uji Anova, uji Mann–Whitney dan uji korelasi Spearman.
Hasil. Enterokolitis mulai terjadi pada kelompok PH+7 dengan derajat yang makin meningkat sejalan dengan waktu. Terdapat perbedaan bermakna pada metaplasia sel Paneth antara kelompok PH+0 dan PH+7 serta PH+0 dan PH+18, namun tidak didapati perbedaan bermakna pada konsentrasi α-defensin jaringan, α-defensin serum, IL-β dan calprotectin terhadap kelompok PH+0. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara konsentrasi α-defensin dengan jumlah metaplasia sel Paneth, α-defensin serum, IL-β dan calprotectin.
Simpulan. Derajat enterokolitis meningkat sejalan dengan berjalannya waktu pada PH yang tidak dilakukan intervensi dan terjadi metaplasia sel Paneth yang tidak diikuti dengan peningkatan konsentrasi konsentrasi protein α-defensin.

Background. Hirschsprung disease (HD) is a congenital disease, characterized by absence of Meissner and Auerbach ganglion cells in the submucosal and intermuscularis layer of the gut. Hirschsprung Associated Enterocolitis (HAEC) is a common and sometimes life threatening complication of HD, presenting either before operation due to delayed in diagnosis or after definitive surgery for HD. Variety of HAEC causes has been thought, such as electrolyte and water metabolism defect, infection caused by dysbiosis of gut microflora, and various dysfunction of intestinal homeostasis like disordered intestinal motility by neuroendocrine cells, mucosal immunity defect and abnormal mucin production by goblet cells. Despite the advancement of HD management therapy, HAEC etiology and pathophysiology remain poorly understood and unconfirmed. Paneth cell, one of the principle cell type of the epithelium of the intestinal mucosal wall, an innate antimicrobial peptides that contribute to mucosal host defence by producing antimicrobial peptides and protein, including α-defensin. Normally, Paneth cell is not found in the adult colon, but in intestinal bowel disease (IBD) like Crohn disease and ulcerative colitis, paneth cells metaplasia due to inflammation was found. The role of paneth cell as mucosal host defence has not been investigated in the pathophysiology of HAEC. Pro inflammation cytokine IL-β known to be involve in the inflammation and tissue defective in Crohn disease, where increasement of the inflammation degree was followed by IL-β increasement respectively. Other inflammation indicator, calprotectin, a biomarker protein, found in the feces when inflammation occurred in the intestine, would increased 4-6 fold from the plasma concentration. This study is to investigate the role of paneth cell in the pathogenesis of HAEC so that morbidity and mortality of HD could be lowered in the future.
Aim. To investigate the role of Paneth cell, α-defensin, IL-β and calprotectin in HAEC patogenesis.
Method. Male Sprague Dawley rat was used in this study, divided into 11 groups, one control group and 10 Benzalkonium Chloride (BAC) 0.1% intervention groups, each group consisted of r rats. Sacrifice and sample harvesting done on day 0, 3, 5 ,7 10,12, 14, 16, 18 and 21; 7 days after BAC 0.1% intervention was done. Sigmoid colon and blood serum harvested for histological examination (aganglionosis segmen, HAEC degree and Paneth cell metaplasia) with hematoxyllin-eosin staining and biochemical examination with ELISA technique to measure α-defensin, IL-β and calprotectin concentration. Statistic analisys using Anova, Mann-Whitney test and Spearman test.
Result. HAEC occurred on the 7th day after 14 days application of BAC, analog to 7 days after HD, with increasement of enterocolitis degree along with the time of scarifice. In term of paneth cell metapasia, there is a significant differences between HD+0 and HD+7, and between HD+0 and HD+18, but there is no significant differences for tissue and plasma α-defensin concentration, IL-β and calprotectin concentration compare to HD+0. There are no significant correlation between tissue α-defensin concentration compare to paneth cell metaplasia, plasma α-defensin concentration, IL-β and calprotectin respectively. There are also no significant correlation between degree of Enterocolitis compare to paneth cell metaplasia, tissue and plasma α-defensin concentration, IL-β and calprotectin.
Conclusion. HAEC degree increase alongside with time in HD without intervention, Paneth cell metaplasia occurred in HAEC but not followed by increasement of α-defensin concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Nurul Aini
"[ABSTRAK
Hirschsprung merupakan kelainan konginetal yang dapat menimbulkan gangguan eliminasi feses dan membutuhkan tindakan operasi yang disertai dengan nyeri akut pada anak. Manajemen nyeri yang tepat diperlukan untuk mengatasi respon nyeri pada anak, sehingga perlu dilakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap respon nyeri anak dengan studi kasus pada satu pasien dan penilaian skor nyeri anak dilakukan dengan menggunakan skala ukur nyeri FLACC. Terapi musik dilakukan selama empat hari secara stimultan dengan durasi terapi tidak kurang dari 20 menit. Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi penurunan skor respon nyeri anak dari 5 menjadi 3. Hasil studi juga memberikan rekomendasi bahwa perlu dilakukannya studi lebih lanjut tentang hubungan pemberian terapi musik terhadap anak dengan post operasi Duhamel dengan metode yang berbeda.

ABSTRACT
Hirschsprung disease is defined as conginetal absence that causes feces elimination failure which requires sugery that characterized with acute pain among children. The appropriate pain management is required to decrease the pain, so that the study was aimed to identify effect of music therapy on post Duhamel surgery pain is required. This metodology of this study was case study on one patient and used FLACC as a pain assesment scale. Music therapy was conducted for 4 days, simultaneously, and its long duration of music therapy is not less than 20 minutes. Results showed that FLACC score decreased from 5 to 3. This study also give a recommendation that the relationship of music therapy on postoperative pain in patients with Duhamel prosedure in the hospital is required for further research with a different methodology, Hirschsprung disease is defined as conginetal absence that causes feces elimination failure which requires sugery that characterized with acute pain among children. The appropriate pain management is required to decrease the pain, so that the study was aimed to identify effect of music therapy on post Duhamel surgery pain is required. This metodology of this study was case study on one patient and used FLACC as a pain assesment scale. Music therapy was conducted for 4 days, simultaneously, and its long duration of music therapy is not less than 20 minutes. Results showed that FLACC score decreased from 5 to 3. This study also give a recommendation that the relationship of music therapy on postoperative pain in patients with Duhamel prosedure in the hospital is required for further research with a different methodology]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kurnia
"Latar belakang: Pullthrough pada zona transisi (ZT) adalah penyebab utama obstruksi pascatindakan definitif pada Morbus Hirschsprung (MH). Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan karakteristik histologi dan panjang ZT pada MH. Dibuat hipotesis bahwa gambaran histologi dan panjang ZT sangat bervariasi dan berhubungan dengan klasifikasi MH, usia, serta keberadaan stoma. Metode penelitian: Dilakukan kajian ulang terhadap sediaan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin pada pasien MH yang telah dilakukan pullthrough. Sampel terbagi dalam kelompok zona transisi lengkap (ZTL) dan zona transisi tidak lengkap (ZTTL) tergantung batas reseksi. Diameter serabut saraf, jarak antar ganglion dan panjang ZT pada lapisan submukosa dan intermuskular diukur dan dinilai hubungannya dengan klasifikasi MH, usia, serta keberadaan stoma. Hasil penelitian: Panjang ZTL berkisar antara 2-16 cm, sedangkan ZTTL berkisar antara 3-33 cm. Secara keseluruhan, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara diameter serabut saraf, jarak antar ganglion dan panjang ZT dengan klasifikasi MH, usia, serta keberadaan stoma. Didapatkan hubungan bermakna antara diameter serabut saraf pada lapisan intermuskular dengan usia (p=0,004) dan stoma (p=0,001) pada kelompok ZTTL, serta antara panjang ZT pada lapisan submukosa dengan stoma (p=0,016) pada kelompok ZTTL. Kesimpulan: Panjang ZT sangat bervariasi, cenderung lebih panjang pada MH long segment, seiring pertambahan usia, dan pada kelompok pasien dengan stoma. Direkomendasikan untuk reseksi minimal 10 cm proksimal dari area mulai ditemukannya ganglion dan dikonfirmasi dengan VC sirkumferensial pada batas sayatan paling proksimal untuk meminimalisir pullthrough pada ZT.

Background: Transition zone (TZ) pullthrough is a leading cause of obstructive symptoms after pullthrough procedure in Hirschsprung disease (HD). The aim of this study is to describe the histologic characteristics and length of TZ in HD. The hypothesis is TZ histology and length varies according to HD classification, age and the presence of stoma. Method: Review of histopathology slides with hematoxylin eosin stain of HD patients who had undergone pullthrough was performed. Sample was sorted into two groups, complete transition zone (CTZ) and incomplete transition zone (ITZ), depending on the margins of resection. Nerve diameter, interganglionic interval, and TZ length in submucosal and intermuscular layer were measured, and their relationship with HD classification, age and presence of stoma, analyzed. Result: The length of CTZ ranges between 2-16 cm, and ITZ ranges between 3-33 cm. Overall, there were no significant relations between nerve diameter, interganglionic interval, and TZ length with HD classification, age and presence of stoma. There were significant nerve diameter difference in the intermuscular layer of ITZ group, in relations with age (p=0,004) and presence of stoma (p=0,001). There was a significant TZ length difference in the submucosal layer of ITZ group in relations with presence of stoma (p=0,016). Conclusion: The length of TZ varies greatly, tends to be longer in long segment HD, increasing with age, and in patients with stoma. It is recommended to resect minimal 10 cm proximal from the most distal ganglionic area, and confirmed with circumferential frozen section study of the most proximal resection margin to minimize risk of TZ pullthrough."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Aribowo Kristianto
"Penyakit Hirschsprung (PH) merupakan anomali gastrointestinal kongenital yang menyebabkan morbiditas dan risiko mortalitas pada penderita. Risiko peningkatan infeksi pada PH berhubungan dengan beberapa faktor, salah satunya adalah disbiosis mikrobiota usus, yang berperan penting dalam menjaga fungsi usus melalui produksi SCFA (Short Chain Fatty Acids). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan SCFA pada anak dengan PH dan tanpa PH. Desain penelitian ini adalah observational analitik dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien anak dengan PH di RSUPN Ciptomangunkusumo pada bulan Januari 2024 - Juni 2024 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 17 pasien anak, 9 orang dengan PH dan 8 orang tanpa PH. Hasil analisis SCFA pada penelitian ini menunjukkan kadar SCFA pada anak dengan PH (2.4±1.6) lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan anak tanpa PH (7.9±2.4) dengan nilai p<0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,001) hasil analisis SCFA pada kelompok dengan PH (n=9) dan tanpa PH (n=8) pada variabel lainnya, yaitu kadar butirat absolut, kadar butirat, kadar propionat, kadar valerat, dan kadar asetat.

Hirschsprung's Disease (HD) is a congenital gastrointestinal anomaly that causes morbidity and risk of mortality in sufferers. The increased risk of infection in HD is related to several factors, one of which is dysbiosis of the intestinal microbiota, which plays an important role in maintaining intestinal function through the production of SCFA (Short Chain Fatty Acids). The aim of this research is to determine the differences in SCFA in children with HD and children without HD. The design of this research is observational analytic with a cross-sectional design. The subjects of this study were pediatric patients with HD at RSUPN Ciptomangunkusumo in January 2024 - June 2024 who met the inclusion and exclusion criteria, namely 17 pediatric patients, 9 people with HD and 8 people without HD. The results of SCFA analysis in this study showed that SCFA levels in children with HD (2.4 ± 1.6) were significantly lower than in children without HD (7.9 ± 2.4) with a p value <0.05. The research results also showed that there were no significant differences (p>0.001) in the results of SCFA analysis in groups with HD (n=9) and without HD (n=8) in other variables, namely absolute butyrate levels, butyrate levels, propionate levels, valerate, and acetate levels."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyawung Tyas Sesetyo Febriyanti
"Masyarakat perkotaan terutama wanita pekerja yang sedang hamil rentan terhadap paparan bahan kimia dan polusi yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada janinnya, salah satunya adalah penyakit Hirschsprung yang ditandai dengan feses yang menyemprot, berbau busuk, frekuensi Buang Air Besar BAB yang sering dan cair. Frekuensi BAB sering dan cair dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit sekitar perianal.
Keterlibatan perawat sangat diperlukan dalam melindungi daerah perianal dengan menggunakan barrier atau pelembab yaitu Virgin Coconut Oil atau VCO. Penggunaan VCO ini dilakukan pada anak M selama 5 hari. Terdapat hasil yang signifikan dengan menggunakan DDSIS dari skor 4 menjadi 0 terhadap berkurangnya derajat kerusakan integritas kulit setelah dilakukan pemberian VCO. Hasil penerapan penggunaan VCO ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi kesehatan.

Urban communities especially pregnant working women are vulnerable to the chemicals and pollutants exposures that can cause congenital abnormalities, one of them is Hirschsprung 39 s disease which are characterized by liquid stool, stool hose and foul odors. The high intensity of liquid stool can damage the perianal skin integrity.
The involvement of nurses is indispensable to protecting the perianal area by using VCO oil. This is performed in M children treated in 5 days. There is a significant result by using DDSIS in score 4 to 0 in reducing the damage skin integrity after VCO ussage. The result of VCO application can be used as an input for the healthcare institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhoni Siswanto
"Morbus Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital yang menyebabkan gangguan pergerakan usus. Kelainan kongenital tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik dan non genetik diantaranya nutrisi yang tidak adekuat pada saat kehamilan dan polusi udara yang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat perkotaan. Pada penderita penyakit Morbus Hirschsprung pada tahap pre operasi dapat terjadi beberapa masalah keperawatan diantaranya adalah masalah konstipasi, defisit nutrisi, hipertermia, dan risiko infeksi. Pada asuhan keperawatan pasien Hirschsprung dilakukan intervensi manajemen nutrisi untuk mengatasi masalah defisit nutrisi dan konstipasi yang dialami oleh klien. Evaluasi intervensi keperawatan manajemen nutrisi dapat mengatasi masalah keperawatan konstipasi dan defisit nutrisi yang dialami oleh klien.

Morbus Hirschsprung is one of congenital problems that may cause impaired bowel movements. This congenital problem is caused by genetic factor and non genetic factors during pregnancy and also air pollution that may found in many urban communities. Nursing problem that enforced are constipation, imbalanced nutrition less than body requirement, hyperthermia, and risk for infection. Nursing intervention includes nutrition management dan constipation management. The evaluation of nursing interventions for nutrition and constipation managemet was partially resolved. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Khairunnisa
"

Penyakit hirschsprung (Hirschsprung’s Disease) merupakan kelainan kongenital pada sistem gastrointestinal yang umum terjadi pada anak. Salah satu komplikasi yang umum dijumpai pasca pembedahan definitif duhamel pull-through yakni peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi feses sehingga berisiko lebih tinggi mengalami gangguan integritas kulit di area yang tertutupi popok. Masalah gangguan integritas kulit juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku orang tua yang tidak tepat dalam membersihkan kulit sehingga merusak kulit di area sekitar perianal dengan ditandai adanya kemerahan, papula/pustula, bahkan erosi. Perawatan kulit yang tepat diperlukan untuk mencegah perluasan area dan menangani masalah integritas kulit melalui pendekatan ABCDE (air, barrier, cleansing, diapering, dan education). Penerapan konsep ini yang dilakukan pada anak B menunjukkan hasil yang cukup signifikan dengan menggunakan instrumen DDSIS dari skor 6 menjadi 3 terhadap berkurangnya derajat gangguan integritas kulit setelah dilakukan intervensi dengan pendekatan konsep ABCDE. Hasil penerapan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan, maupun institusi rumah sakit.


Hirschsprung's Disease is a common congenital abnormality of the gastrointestinal system that occurs in children. One of the common complications observed after definitive Duhamel pull- through surgery is an increase in the frequency and changes in the consistency of feces, which can lead to a higher risk of skin integrity problems in the diapered area. Skin integrity problems are also influenced by inappropriate parental knowledge and behavior in cleaning the skin, which can cause damage to the skin around the perianal area, resulting in redness, papules/pustules, and even erosion. Proper skin care is essential to prevent the expansion of affected areas and address skin integrity problems. The ABCDE approach, which stands for air, barrier, cleansing, diapering, and education, has been shown to be effective in preventing skin integrity problems in children. This study applied the ABCDE approach to child B and observed significant results with a decrease in the DDSIS instrument score from 6 to 3 after intervention. The findings of this study suggest that the ABCDE approach can be used as a guide for nursing education, research, and hospital institutions to improve skin care practices and prevent skin integrity problems in children.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sondakh, Merry Natalia
"Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit kongenital yang disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion pada usus. Salah satu penatalaksanaan penyakit Hirschsprung adalah dengan prosedur pembedahan yang dapat menimbulkan nyeri pada bayi dan anak. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait nyeri jangka panjang pada bayi, di mana nyeri yang tidak diatasi dapat berdampak pada fisiologis, psikososial, dan perubahan perilaku bayi di masa dewasa menjadi lebih temperamen. Perawat berperan penting dalam mengurangi nyeri pada anak. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada anak meliputi manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis. Penulis menerapkan salah satu teknik non farmakologis pada klien An. Y berusia 5 bulan post operasi tutup kolostomi dengan penerapan teknik Non Nutritive Sucking sebelum, selama dan setelah prosedur perawatan luka dan pemberian medikasi. Evaluasi nyeri dilakukan menggunakan instrumen Face-Leg-Activity-Cry-Consolability Scale. Setelah dilakukan intervensi selama tiga hari, diperoleh penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 1. Penulis merekomendasikan pemberian NNS sebagai salah satu pilihan untuk mengurangi nyeri pasca pembedahan pada bayi dengan kolaborasi pemberian analgesik sebelum prosedur yang dapat menimbulkan nyeri seperti perawatan luka dan pemberian medikasi agar nyeri dapat teratasi dengan optimal.

Hirschsprungs disease is a congenital disease caused by the absence of ganglion cells in the intestine. One of the management of Hirschsprung's disease is a surgical procedure that can cause pain in infants and children. Several studies have been conducted regarding long-term pain in infants, which unresolved pain can have impacts on physiology, psychosocial, and changes in infants behavior in adulthood to become more temperament. Nurses play an important role in reducing pain in children. Nursing care that can be done to deal with pain in children includes pharmacological and non-pharmacological pain management. The author applies one of the non-pharmacological techniques to clients named Y aged 5 months with postoperative colostomy closure by applying Non Nutritive Sucking technique before, during, and after the wound care and administration of medication procedure. Pain evaluation was performed using the Face-Leg-Activity-Cry-Consolability Scale instrument. After three days of intervention, the scale of pain was reduced from 6 to 1. The author recommends NNS as an option to reduce postoperative pain in infants by collaborating with analgesics prior to procedures that can cause pain such as wound care and medication so that pain can optimally resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Cresti Rahmaania
"Penyakit Hirschsprung merupakan suatu kelainan bawaan pada neural crest yang mempunyai karakteristik tidak terdapatnya ganglion pada kolon distal dengan panjang yang bervariasi. Teori mengenai penyakit Hirschsprung telah banyak dipelajari khususnya mengenai komplikasi dini dan lanjut yang sering menyertai pasca operasi yaitu enterocolitis dan incontinence. Kadar secretory Imunoglobulin A (sIgA) yang rendah dipelajari merupakan suatu faktor yang memudahkan terjadinya infeksi pada saluran cerna. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar ekspresi sIgA pada feses pasien Hirschsprung dibandingkan dengan anak normal. Penelitian ini merupakan suatu penelitian pendahuluan yang bersifat deskriptif analitik. Subjek penelitian ini adalah pasien anak dengan Hirschsprung di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Umum Persahabatan dan anak normal di Puskesmas Kecamatan Senen pada periode bulan November 2024 – Desember 2024 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yaitu 16 pasien anak Hirschsprung dan 16 anak normal. Hasil kadar sgIA feses pasien anak Hirschsprung lebih tinggi dengan nilai median 1551,56 µg/ml (27,69-35988,75) µg/ml dan anak normal dengan nilai median 771,87 µg/ml (31,27-11250,52) µg/ml dengan nilai p=0,72. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kadar sIgA pada pasien Hirschsprung dan anak normal seperti penggunaan susu formula beserta komposisinya, pemberian ASI , infeksi Adenovirus dan paparan antigen pada lingkungan (sistem pembuangan, sumber air dan sanitasi lingkungan). Ekspresi kadar sIgA pada feses dapat digunakan pada penelitian selanjutnya pada pasien Hirschsprung dengan enterocolitis dengan memerhatikan variabel perancu tersebut.

Hirschsprung's disease is a congenital disorder of the neural crest which has the characteristic of no ganglion in the distal colon with varying lengths. The theory of Hirschsprung's disease has been widely studied, especially regarding early and late complications that often accompany after surgery, namely enterocolitis and incontinence. Low levels of secretory Immunoglobulin A (sIgA) are studied as a factor that facilitates the occurrence of infections in the digestive tract. The purpose of this study was to determine the difference in sIgA expression levels in the fecal of Hirschsprung patients compared to normal children. This study is a preliminary study that is descriptive analytical. The subjects of this study were pediatric patients with Hirschsprung at Cipto Mangunkusumo National Hospital, Persahabatan General Hospital and normal children at the Senen District Health Center in the period November 2024 - December 2024 who met the inclusion and exclusion criteria, namely 16 pediatric Hirschsprung patients and 16 normal children. The results of fecal sgIA levels in Hirschsprung patients were higher with a median value of 1551.56 μg/ml (27.69-35988.75) μg/ml and normal children with a median value of 771.87 μg/ml (31.27-11250.52) μg/ml with a p value = 0.72. Further research is needed by considering factors that affect sIgA levels in Hirschsprung patients and normal children such as the use of formula milk and its composition, breastfeeding, Adenovirus infection and exposure to antigens in the environment (waste system, water sources and environmental sanitation). The expression of sIgA levels in fecal can be used in further research in Hirschsprung patients with enterocolitis by taking into account these confounding variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan Kartono
"Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus, mulai dari sfingter ani interna ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum.
Meskipun penyakit ini telah lama dikenal, namun masih terdapat beberapa masalah dalam tata laksananya, khususnya dalamprosedur bedah definitifnya. Telah dikenal beberapa jenis prosedur bedah definitif untuk kelainan ini, diantaranya adalah prosedur Swenson dan prosedur Duhamel modifikasi.
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis untuk membandingkan prosedur bedah definitive antara prosedur Swenson dan prosedur Duhamel modifikasi dalam hal kebocoran anastomosis, stenosis, enterokolitis dan gangguan fungsi sfingter ani. Dalam penelitian uji klinis akan diperoleh data karakteristik klinis, radiologist dan patologi-anatomis biopsy rectum pasien yang dapat dimanfaatkan untuk penegakan diagnosis penyakit Hirscsprung.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
D161
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>