Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Harris Abdi
"ABSTRAK
Fungsi slogan (tagline) yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu upaya dan strategi dari perusahaan untuk mendekatkan suatu produk kepada konsumennya, studi ini menganalisis bagaimana respon consumer terhadap iklan tagline Enduro Matic Sehidup Sematic melalui hierarchy of effects yang terdiri dari cognitive process, afective process dan conative process. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara frekuensi sering atau jarang/kadangkadang melihat dan mendengar iklan Enduro Matic Sehidup Sematic dengan variabel hierarchy of effects kecuali pada attention, depth of processing dan memorable. Melalui metode regresi linier diketahui bahwa jalur yang memberikan hubungan yang signifikan adalah learning ad claim terhadap message acceptance dan brand liking serta ad exposure terhadap brand intention. Hubungan antara involvement dengan variabel hierarchy effect juga diteliti melalui metode regresi linier dan diketahui bahwa involvement di atas 6 (skala1-7) ditemukan hubungan yang signifikan antara ad exposure terhadap message acceptance dan involvement di bawah 6 (skala1-7) ditemukan hubungan yang signifikan antara ad exposure terhadap brand intention.

ABSTRACT
Slogan (tagline) is used by the company as an effort and strategy to bring a product to consumers. This study analyzed consumer response to “Enduro Matic Sehidup Sematic” tagline through hierarchy of effects model that consist of cognitive, affective and conative process. The results showed that the frequency of seeing and hearing “Enduro Matic Sehidup Sematic” tagline has a significant relationship with each stage of hierarchy of effect except attention, depth of processing and memorable. Using linier regression method, it is known that the relationship between learning ad claims and brand liking, learning ad claims and message acceptance and the relationship between ad exposure and brand intention contribute to the significant of the relationship. By using same method, the relationship between involvement and hierarchy effect variable also analyzed by researcher, the result showed that for involvement above 6 (scale 1-7), relationship between ad exposure and message acceptance contribute to the significant of the relationship, for involvement below 6 (scale 1-7), relationship between ad exposure and brand intention contribute to the significant of the relationship."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Permadi S.
Jakarta : PAU-EK-UI, 1992
R 658.403 BAM a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Amri
"Sumber gempabumi di sumatera barat berasal dari laut dan darat. Gempabumi yang terjadi di darat dipengaruhi oleh pergerakan sesar aktif patahan semangko. Kabupaten Tanah Datar berada di dua segmen patahan aktif semangko sehingga memiliki intensites gempabumi yang tinggi. Pada penelitian ini, mengemukakan wilayah risiko pada Kabupaten Tanah Datar dengan variabel percepatan gerakan tanah, distribusi kepadatan penduduk, kekerasan batuan, jarak dari patahan dan lereng. Tingkat risiko diperoleh dari pembobotan yang dilakukan variabel - variabel yang digunakan dengan metode Proses Hierarki Analysis (PHA).Wilayah risiko terbagi menjadi lima klasifikasi yaitu sangat tinggi berada di Kecamatan Limo Kaum, tinggi di Kecamatan Tanjung Emas, sedang di Kecamatan Sungai Tarab, rendah di Kecamatan X Koto, dan sangat rendah di Kecamatan Lintau Buo Utara.

Earthquake source in western Sumatra originated from the sea and the land. The earthquake that occurred on land affected by the movement of active fault semangko. Tanah Datar in the two active semangko fault segments. so have a high earthquake intensity. In this study, suggests the risk areas in Tanah Datar with variable peak ground acceleration, population density, hardness of rock, the distance from fault and slope. Risk level is obtained from the weighted variables - variables used with the methods of Analysis Hierarchy Process (AHP). Risk region is divided into five classifications, that is very high in Limo Kaum Ditricts, high in Tanjung Emas Districts, medium in Sungai Tarab Districts, low in the X Koto Districts, and very low in the Lintau Buo Utara districts."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Imada Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
TA2305
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prihartono
"ABSTRAK
Usaha Modal Ventura di Indonesia masih relatif baru. Perkembangannya
baru terasa sekitar tahun 1995 ketika beberapa perusahaan Modal Ventura
Daerah mulai bermunculan. Bermula dari sebuah gagasan bagaimana
meningkatkan dan menumbuh kembangkan kegiatan usaha dan jiwa
wiraswasta pengusaha nasional kecil dan menengah, akhirnya muncul
sebuah keputusan berupa lembaga keuangan Modal Ventura. Pada tahun
1973 Departemen Keuangan dan Bank Indonesia mendirikan PT. BPUI
(PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia) yang selanjutnya mendirikan
PT.BAV (PT.Bahafla Artha Ventura) yang merupakan cikal bakal usaha
Modal Ventura di Indonesia. Namun mengingat pembinaan yang bersifat
terpusat dirasakan berat dan tidak efektif, maka PT.BAV mendirikan
PMVD (Perusahaan Modal Ventura Daerah) agar dapat tercapai sasaran
yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Beberapa waktu lalu pemerintah Indonesia memperoleh bantuan pinjaman
lunak sebesar 21 milyar Yen (Rp 460 Milyar) dan JEXIM (The Export
Import Bank of Japan) yang ditujukan untuk membantu meningkatkan
industni kecil/menengah termasuk koperasi di Indonesia. Melalui
PT.BAV, dana JEXIM tersebut disalurkan pemenintah untuk disebarkan
kepada PMVD di seluruh Indonesia yang kemudian menyalurkannya
kepada PPU yang dianggap layak untuk dibiayai dan menjadi mitra
usahanya.
Tanpa mengabaikan kontribusi perbankan dengan produk KUK-nya,
kelompok Jimbaran, Badan Koordinasi Pelaksana Kemitraan Usaha
Nasional atau perusahaan-perusahaan publik, maka peran lembaga
pembiayaan Modal Ventura semakin mendapat perhatian. Apalagi yang
tidak cuma menyalurkan bantuan permodalan melainkan mampu pula
melengkapinya dengan aktivitas pembinaan.
tJsaha Modal Ventura merupakan kegiatan pembiayaan daam bentuk
penyertaan modal kedalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) untuk
jangka waktu tertentu. Usaha ini rnemiliki resiko yang tinggi karena tidak
ada jaminan bahwa investasinya akan kembali. Oleh karena itu diperlukan
analisa yang mendalam terhadap calon PPU sebelum mengambil
keputusan dalam pendanaan. Banyak metode yang bisa digunakan dalam
mengambil keputusan. Ada yang sekedar melal?ui akal sehat belaka
(Common Sense), melalui konsensus, atau keputusan yang ditetapkan
oleh pimpinan dalam suatu organisasi.
Thomas Saaty, seorang ahli matematika memperkenalkan suatu metode
dalam mengarnbil keputusan yang dikenal dengan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Metode ini bisa diaplikasikan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam menganalisa permohonan pendanaan calon PPU.
Ditengah keinginan pemerintah untuk memberi peluang lebih kepada
pengusaha kecil/menengah maka diawal perkembangannya, perusahaan
Modal Ventura memperoleh peran sebagai lembaga yang dititipi
pemerintah untuk mengangkat pengusaha kecil/menengah sekaligus
memikul peran sebagai sebuah perusahaan yang harus menjalankan bisnis
dan menclapatkan keuntungan."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Ghoni
"Perseteruan antara agama dan filsafat adalah perseteruan klasik yang tidak ada habisnya. Banyak upaya yang telah dilakukan namun masih saja belum dapat hasil yang maksimal. Di penghujung cakrawala pemikiran untuk memadukan keduanya, muncul seorang tokoh filosof Muslim Spanyol bernama Ibn Tufail. la mencoba menawarkan solusi alternatif untuk mencairkan kebekuan hubungan antara filsafat dan agama.
Ibn Tufail memulai dari pandangannya tentang akal. Manusia dapat menjalani perkembangan hingga mencapai puncaknya dengan potensi akal yang ia miliki. Walaupun ia berangkat dari titik yang paling rendah sekalipun. Berangkat dari ketiadaan pengetahuan, budaya atau tradisi tertentu. Perkembangan itu diniscayakan dari hasil persentuhan dengan alam di sekelilingnya yang terdiri dari; hewan, tumbuhan dan benda-benda. Manusia dapat belajar dari seisi alam semesta, meniru dan melakukan harmonisasi. Manusia cukup mengikuti alur harmoni yang sudah ada pada alam dan mengambil bagian di dalam harmoni itu.
Ibn Tufail juga mengemukakan bahwa akal manusia berkembang secara hierarkis seiring pertambahan usianya. Pada tahap awal adalah tahap akal praktis, ketika manusia bersentuhan dengan alam. dan melihatnya sebagai partikular-partikular yang berbeda satu sama lain. Tahap selanjutnya adalah tahap akal metafisis, ketika manusia mulai melihat alam secara universal. Manusia melihat ada kesamaan di balik perbedaanperbedaan yang nampak. Bahkan manusia sudah berpikir tentang sesuatu di balik materi. Ketika melihat pergerakan dan perubahan pada alam, maka ia berpikir ada zat yang melakukan pergerakan dan perubahan itu. Tidak mungkin gerakan dan perubahan harmonis di alam terjadi dengan sendirinya. Hingga akhirnya akal manusia sampai pada peniscayaan adanya Tuhan sebagai zat yang menggerakkan dan perubahan.
Tahap akal mistis merupakan puncak atau akhir perkembangan akal setelah manusia menjalani penghayatan kesempurnaan Tuhan. Mengingat begitu sempurnanya wujud alam ini, muncul dalam jiwa manusia kecintaan dan kerinduan kepada Yang Maha Sempurna itu. Kemudian manusia terdorong untuk berinteraksi secara intensif dengan-Nya melalui berbagai cara yang ia lakukan. Ibn Tufail mencontohkan pemenuhan hasrat kerinduan itu dengan gerakan berputar-putar, meniru gerakan benda-benda angkasa di langit.
Dengan demikian, akal menurut Ibn Tufail membawa manusia mengenal dan meniru alam, kemudian akal meniscayakan adanya Tuhan sebagai Zat di balik alam. dan akhirnya akal membawa manusia pada kerinduan kepada Tuhan. Dengan tahapan-tahapan ini, sesungguhnya manusia dengan akalnya dapat sampai pada apa yang diajarkan agama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Bahaudin
"Pemasangan building maintenance unit atau biasa disebut gondola pada gedunggedung bertingkat penting penggunaannya untuk mendukung proses maintenance pada unit luar gedung-gedung bertingkat, dikarenakan penggunaanya yang sangat diperlukan, maka pengiriman material yang cepat menjadi salah satu prioritas untuk pengadaan dan pemasangan gondola di proyek.
Melalui penelitian ini penulis berusaha mencari, mengelompokkan dan membobotkan faktor-faktor penyebab keterlambatan installasi gondola dilapangan (proyek) sebagai tujuan dan kriteria dalam pengukuran keterlambatan installasi gondola. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah para pihak manajemen level atas yang berkompeten di bidang gondola. Untuk melakukan pembobotan pada faktor-faktor penyebab keterlambatan yang telah dijadikan kriteria digunakan metode Analytical Hierarchy Process.
Hasil akhir penelitian ini adalah penentuan faktor dominan penyebab keterlambatan pada pengadaan material gondola serta perhitungan komposisi nilai kerugian dari masing-masing proyek yang mengalami keterlambatan yang dihitung dalam jumlah Rupiah.

Building maintenance unit installation or usually called as gondola on the building is very important to support maintenance process of high rise physical plant external unit, due to this intention, quick delivery of material become one of the priority for levying of gondola installation project.
Regarding to this research, i try to find, grouping and weight the cause factors of delay at gondola installation project as a target and criteria in measurement delay of gondola installation. The Responders who concerned in this research are high level managements who have competence in gondola area. To conduct weight of delay cause factors which have been made as criteria, I use Analytical Hierarchy Process method.
The result of this Research is a determination of dominant factor of delay cause at levying of gondola material and also calculation of composition loss assess from each project and calculated in the number of Rupiah.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51925
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Puspitasari
"[Merumuskan Learning Organization Melalui Analisis Budaya Keselamatan Pasien Dan Budaya Organisasi Di RS.Masmitra Langkah awal membangun keselamatan pasien adalah melakukan penilaian terhadap budaya keselamatan pasien yang mana diperlukan pengkajian budaya organisasi sebagai panduan dalam menerapkan keselamatan pasien. Penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif potong lintang dilanjutkan metode kualitatif ini bertujuan mengukur budaya keselamatan pasien, mengidentifikasi profil budaya organisasi dan merumuskan learning organization untuk membangun keselamatan pasien di RS.Masmitra. Budaya Hierarchy didapati sebagai budaya organisasi yang dominan saat ini di RS.Masmitra yang membutuhkan manajemen pengetahuan dalam upaya transformasi budaya keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian budaya keselamatan pasien yang menyatakan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan merupakan budaya terlemah di RS.Masmitra. Oleh karena itu, perumusan learning organization sangatlah tepat untuk membangun keselamatan pasien di RS.Masmitra.
Formulating Learning Organization Through Analysis of Patient Safety Culture and Organizational Culture In Masmitra Hospital The initial step to build patient safety is by conducting assessment to the existing patient safety culture where assessment of organizational culture shall become guidance in patient safety implementation. Descriptive study with cross-sectional quantitative method followed by qualitative method aims to measure patient safety culture, identify organizational culture profile and formulates learning organization to develop patient safety in Masmitra hospital. Hierarchy culture has been found as the dominant organizational culture exists in Masmitra hospital which requires knowledge management in an effort to transform the culture of patient safety. This is in line with the research result which explains dimensions of organizational learning and continuous improvement is the weakest culture in Masmitra hospital. Therefore, formulation of a learning organization is appropriate to develop patient safety in Masmitra hospital.;Formulating Learning Organization Through Analysis of Patient Safety Culture and Organizational Culture In Masmitra Hospital The initial step to build patient safety is by conducting assessment to the existing patient safety culture where assessment of organizational culture shall become guidance in patient safety implementation. Descriptive study with cross-sectional quantitative method followed by qualitative method aims to measure patient safety culture, identify organizational culture profile and formulates learning organization to develop patient safety in Masmitra hospital. Hierarchy culture has been found as the dominant organizational culture exists in Masmitra hospital which requires knowledge management in an effort to transform the culture of patient safety. This is in line with the research result which explains dimensions of organizational learning and continuous improvement is the weakest culture in Masmitra hospital. Therefore, formulation of a learning organization is appropriate to develop patient safety in Masmitra hospital.;Formulating Learning Organization Through Analysis of Patient Safety Culture and Organizational Culture In Masmitra Hospital The initial step to build patient safety is by conducting assessment to the existing patient safety culture where assessment of organizational culture shall become guidance in patient safety implementation. Descriptive study with cross-sectional quantitative method followed by qualitative method aims to measure patient safety culture, identify organizational culture profile and formulates learning organization to develop patient safety in Masmitra hospital. Hierarchy culture has been found as the dominant organizational culture exists in Masmitra hospital which requires knowledge management in an effort to transform the culture of patient safety. This is in line with the research result which explains dimensions of organizational learning and continuous improvement is the weakest culture in Masmitra hospital. Therefore, formulation of a learning organization is appropriate to develop patient safety in Masmitra hospital.;Formulating Learning Organization Through Analysis of Patient Safety Culture and Organizational Culture In Masmitra Hospital The initial step to build patient safety is by conducting assessment to the existing patient safety culture where assessment of organizational culture shall become guidance in patient safety implementation. Descriptive study with cross-sectional quantitative method followed by qualitative method aims to measure patient safety culture, identify organizational culture profile and formulates learning organization to develop patient safety in Masmitra hospital. Hierarchy culture has been found as the dominant organizational culture exists in Masmitra hospital which requires knowledge management in an effort to transform the culture of patient safety. This is in line with the research result which explains dimensions of organizational learning and continuous improvement is the weakest culture in Masmitra hospital. Therefore, formulation of a learning organization is appropriate to develop patient safety in Masmitra hospital., Formulating Learning Organization Through Analysis of Patient Safety
Culture and Organizational Culture In Masmitra Hospital
The initial step to build patient safety is by conducting assessment to the
existing patient safety culture where assessment of organizational culture
shall become guidance in patient safety implementation.
Descriptive study with cross-sectional quantitative method followed by
qualitative method aims to measure patient safety culture, identify
organizational culture profile and formulates learning organization to
develop patient safety in Masmitra hospital.
Hierarchy culture has been found as the dominant organizational culture
exists in Masmitra hospital which requires knowledge management in an
effort to transform the culture of patient safety. This is in line with the
research result which explains dimensions of organizational learning and
continuous improvement is the weakest culture in Masmitra hospital.
Therefore, formulation of a learning organization is appropriate to
develop patient safety in Masmitra hospital.]
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifudin
"ABSTRAK
Dalam penentuan proyek irigasi, Departemen Pekerjaan Umum dihadapkan suatu masalah yaitu kesulitan menentukan proyek yang diusulkan oleh berbagai daerah maupun instansi lain yang disebabkan banyaknya kriteria.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode analisa pengambilan keputusan yang multi-kriteria, selanjutnya dipergunakan untuk menyaring program pembangunan irigasi agar diperoleh hasil yang optimum.
Metode yang dipergunakan adalah dengan pendekatan Proses Hirarkhi Analitik (PHA). Langkah-langkahnya yaitu: pertama membuat hirarkhi untuk pengambilan keputusan. Kedua adalah menentukan faktor dan sub faktor, selanjutnya dicari bobot untuk penilaian dengan menggunakan nilai eigen dan vektor eigen. Ketiga adalah menentukan klasifikasi penilaian untuk setiap sub faktor atau kriteria. Keempat adalah melaksanakan penilaian terhadap proyek-proyek yang diusulkan yaitu nilai yang telah dinormalisasi dikalikan bobot, selanjutnya dijumlahkan. Terakhir menentukan urutan prioritas proyek yaitu sesuai urutan jumlah nilai.

ABSTRACT
In selecting the irrigation project, the Department of Public Work faces the solve the difficulty to select the project proposed by province government or by other institutions because of many criteria.
The purpose of the research is to develop the method to analyze the multi-criteria decision making, the method is then utilized to screen the program of irrigation to yield the optimum result.
The method is approach by the analytical hierarchy process. The steps of the process are : the firs, to make hierarchy to make the decision; the second, to determine the factor and sub factor, then searched to weigh the evaluation using eigen value and eigen vector, the third to determine the classification of evaluation for the proposed project, e.g., the normalized value multiplied by the weight, the summed; the last step, to determine sequence of the project priority based on the order of the value sum.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Kharie
"Tujuan dibentuknya Propinsi Maluku Utara yang tercantum dalam UU No,46 tahun 1999 diantaranya adalah untuk pembangunan, pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat masyarakat daerah. Demikian juga dengan amanat UU No 32 Tabun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai propinsi hasil pemekaran dan propinsi Maluku, dimana pemerintah daerah dituntut harus membangun infrastruktur dan suprastruktur daerah, dalam menunjang aktivitas publik dan investasi daerah. Namun dalam kondisi baru mempersiapkan sarana penunjang pemerintahan, tiba-tiba daerah ini diperparah dengan adanya konflik sosial (kemanusiaan) yang melanda Kabupaten Kota di Wilayah tersebut. Kondisi Maluku Utara yang terpuruk, di tambah belum banyaknya penelitian tentang investasi daerah, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya tulis (tesis), dengan tujuan untuk melakukan analisa terhadap beberapa variabel yang dipandang dapat mempengaruhi daya tarik investasi daerah Maluku Utara. Untuk mengkaji determinan daya tarik investasi, dan menentukan rangking daerah dipakai sarana pendekatan The Analytical Hierarchy Process (AHP).
Maksud dalam penelitian ini, adalah menentukan prioritas variabel yang mempengaruhi daya tarik investasi di Maluku Utara yang secara teoritis dapat mempengaruhi minat investasi. Kemudian membuat rangking atau urutan prioritas daya tarik investasi sesuai variabel-variabel tersebut dan rangking secara umum. Determinan Daya Tarik Investasi di Maluku Utara, diperoleh prioritas, kriteria Keamanan daerah menempati urutan pertama dengan nilai (0,213), kemudian kedua Kelembagaan Daerah sebesar (0,198), ketiga Tenaga Kerja dan Produktivitas sebesar (0,151), kemudian berturut-turut Perekonomian Daerah sebesar (0,140) dan Kepabeanan (0,116). kemudian Infrastruktur Daerah sebesar (0,107), dan yang terakhir Variabel Lain sebesar(0,076). Urutan Daya Tarik Investasi di Daerah secara umum untuk Kabupaten/Kota, maka Kota Ternate menempati urutan pertama dengan niiai tertinggi (0,192), urutan kedua Kabupaten Halut sebesar (0,143), urutan ketiga Kabupaten Halsel sebesar (0,141), urutan keempat Kota Tidore sebesar (0,123), urutan kelima Kabupaten Kep. Sula sebesar (0,122). Urutan keenam Kabupaten Halbar dengan nilai sebesar (0,093), urutan ketujuh Kabupaten Haiteng sebesar (0,092), urutan kedelapan Kabupaten Haltim sebesar (0,091)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>