Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bara Yudhistira
"Penggunaan buah naga menjadi produk velva melalui teknologi pembekuan sebagai upaya diversifikasi olahan buah naga. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kombinasi CMC dan gum arab terhadap karakteristik velva buah naga super merah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi konsentrasi kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab. Rasio puree kulit dan daging buah naga super merah yang digunakan adalah 1:4, dengan konsentrasi gula dan
asam sitrat yang digunakan adalah 25% dan 0,1%. Berdasarkan hasil analisis sensori diperoleh perbandingan 2:1 sebagai kombinasi CMC dan gum arab terpilih. Pengaruh penggunaan kombinasi bahan penstabil terhadap sampel kontrol (tanpa bahan penstabil) terlihat pada tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dan overall, namun tidak
berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap warna, rasa dan aroma veva buah naga super merah. Velva buah naga super merah kombinasi CMC dan gum arab 2:1
mempunyai daya leleh 6,41 menit/3 gram, overrun 24,07% dan viskositas 2333 cP dan karakteristik kimia seperti total padatan terlarut 28,93 brix dan serat pangan 3,64% yang
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Tetapi tidak berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dan kadar air velva."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fariha Ulfah Azzahrah
"Minyak biji anggur Vitis vinifera L. merupakan minyak nabati berwujud cair yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan asam linoleat di dalamnya. Namun, wujud cair yang dimiliki oleh minyak biji anggur ini dapat membatasi proses penyimpanannya. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah minyak biji menjadi serbuk mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang menggunakan gum arab sebagai penyalut. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dengan polimer yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran mikrokapsul, indeks mengembang, kadar air, dan efisiensi penjerapan.
Hasil evaluasi dari keempat formulasi mikrokapsul yang diperoleh berwarna putih kekuningan berbentuk sferis. Mikrokapsul pada F1 memiliki ukuran 69 m, F2 memiliki ukuran 82 m, F3 memiliki ukuran 125 m, dan mikrokapsul pada F4 memiliki ukuran 131 m. Nilai kadar air dari keempat formulasi berkisar 4,37-5,70 . Indeks mengambang dari keempat formulasi berkisar 5,54-5,94. Sedangkan nilai efisiensi penjerapan dari F1 adalah 17,33 , F2 20,73 , F3 34,22 , dan F4 67,15 . Hasil evaluasi menunjukkan bahwa F4 merupakan formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 67,15 . Dapat disimpulkan bahwa minyak biji anggur mampu diubah menjadi mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang.

Grape seed oil Vitis vinifera L. is a liquid vegetable oil used mainly for its linoleic acid. However, there are many efforts to convert the liquid form of the oil into a solid form due to its instability under poor storage condition. Thus, microencapsulation can be used to convert its liquid into a solid form. The aim of this study was to convert grape seed oil into a microcapsule powder by cross linked emulsification method using gum arabic as a coating polymer. The grape seed oil was formulated with gum arabic in the ratios of 1 2, 1 3, 1 4, and 1 5. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, swelling index, water content, and entrapment efficiency.
The evaluation result showed that all the formulation microcapsule had a white yellowish spherical form. The particle size of F1, F2, F3 and F4 size 69 m, 82 m, 125 m, and 131 m, respectively. The water content of the F1 ndash F4 ranged from 4,37 5,70 and swelling indexes 5.54 to 5.94. The value of entrapment efficiency of F1, F2, F3, and F4 were 17.33 , 20.73 , 34.22 , and 67.15 , respectively. The result of the evaluation indicated that microcapsule F4 was the best formula with an entrapment efficiency values of 67.15 . It can be concluded that the grape seed oil could be converted into microcapsules by cross linked emulsification using gum arabic.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Octafiona Darussalam
"Ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe mengandung senyawa fenolik yaitu kurkumin, α-mangostin, dan 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga senyawa bioaktif tersebut dapat dijadikan suplemen antioksidan untuk kesehatan, namun senyawa-senyawa ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan pencernaan sehingga mudah terdegradasi sebelum diserap oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikropartikel kitosan-gum arab-ekstrak agar dapat lepas secara lambat pada daerah usus halus. Enkapsulasi senyawa bioaktif dilakukan dengan pembentukan kompleks polielektrolit kitosan-gum arab. Kitosan digunakan sebagai carrier karena bersifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, dan mukoadhesif. Namun, kitosan mudah larut dalam asam sehingga diperlukan penambahan gum arab sebagai polimer aditif untuk melindungi kitosan dalam suasana asam. Metode pengeringan beku digunakan untuk preparasi mikropartikel kitosan-gum arab yang dimuati ketiga ekstrak karena dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama proses preparasi dan diharapkan memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Seluruh formulasi menghasilkan yield di atas 90% dan memiliki pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 8% (ekstrak kulit manggis), dan 1% (ekstrak jahe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gum arab memiliki dampak yang signifikan dalam menahan pelepasan senyawa bioaktif sehingga didapatkan profil extended release. Berdasarkan hasil uji pelepasan secara in-vitro, formulasi dengan komposisi 0,1 gram gum arab terbukti dapat dijadikan sediaan guna penghantaran bertarget usus halus.

Turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts contain substances such as curcumin, α-mangostin, and 6-gingerol which can be used as an antioxidant supplements, but they are very susceptible to the digestive environment and easily degraded before being absorbed by the body. This research aims to obtain a formulation of chitosan-arabic gum microparticles loaded bioactive compounds so that it could be released in small intestine. Encapsulation of the bioactive compounds was carried out by chitosan-arabic gum polyelectrolyte complex. Chitosan is used as a carrier because it has biodegradable, biocompatible, non-toxic, and mucoadhesive properties. However, chitosan is easily dissolved in acidic conditions so arabic gum is needed to protect chitosan under acidic environment. The preparation used freeze-drying method because it can minimizes the loss of bioactive compounds during preparation and it is also expected to provide high yields and loading. All formulations resulted yields percentage above 90% and loading capacity around 12% (turmeric extract), 8% (mangosteen peel extract), and 1% (ginger extract). The results showed that arabic gum had an important significant in the release of bioactive compounds to obtain extended release profile. Based on the in-vitro release test, formulation with 0.1 gram arabic gum can be regarded as a promising candidate for intestinal targeted drug delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ika Mayasari Atmaputri
"Pare (Momordica charantia Linn.) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya diabetes melitus. Komponen bioaktif dari pare yang mempunyai efek hipoglikemik yaitu karantin (C32H53O6), yang merupakan campuran dari dua komponen steroidal saponin, dan diketahui agak sukar larut dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek antidiabetes fraksi diklormetana buah pare pada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin serta pembuatan mikrosfer fraksi diklormetana buah pare menggunakan metode semprot kering. Fraksi tersebut diperoleh dengan cara partisi ekstrak etanol menggunakan diklormetana dan air secara berturut-turut. Fraksi yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dan diuji aktivitas antidiabetesnya. Mikrosfer fraksi diklormetana buah pare dibuat dengan metode semprot kering menggunakan xanthan gum dan gum arab sebagai polimer penyalut. Mikrosfer yang diperoleh kemudian dievaluasi meliputi bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, dan profil disolusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fraksi diklormetana buah pare dengan dosis 20, 40, dan 60 mg/kgBB secara per oral selama 3 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes. Fraksi dengan dosis 40 mg/kgBB merupakan fraksi yang paling efektif karena dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus sebesar 58,46-88,90%, dengan nilai Area Above Curve 1324,38 mg.hari/dl. Mikrosfer yang dihasilkan berupa serbuk halus berwarna kekuningan, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata. Efisiensi penjerapan diperoleh sebesar 35-46% dan memiliki diameter 26,7-36,6 µm. Jumlah fraksi diklormetana yang terlepas dari mikrosfer dalam medium air selama 6 jam sebesar 98,46-100,37%. Formula mikrosfer F3 dengan perbandingan zat aktif : polimer (1:3), terpilih sebagai formula mikrosfer terbaik.

Bitter melon (Momordica charantia Linn.) is a medicinal plant which can be used to treat various diseases, one of which is diabetes mellitus. Its bioactive compound, which is having hypoglycemic activity is charantin (C32H53O6), a mixture of two streroidal saponin compounds and slightly soluble in water.
This study was aimed to investigate the antidiabetic effect of dichloromethane fraction from bitter melon fruits on streptozotocin-induced diabetic rats, prepare the microspheres of dichloromethane fraction from bitter melon fruits using spray drying method and evaluate the obtained microspheres. The dichloromethane fraction was obtained by partition of the ethanolic extract using dichloromethane and water, respectively. The fraction was then characterized and evaluated for antidiabetic activity. The dichlormethane fraction was microencapsulated by spray drying method using xanthan gum and acacia gum as a coating polymer. The microspheres were then evaluated for their shape and morphology, entrapment efficiency, particle size distribution, and dissolution profile.
The results showed that administration of dichlormethane fraction of bitter melon fruit at oral doses of 20, 40, and 60 mg/kg body weight for 3 weeks could reduce fasting blood glucose levels of diabetic rats. The fraction at a dose of 40 mg/kg body weight was the most effective one that showed 58.46-88.90% reduction of fasting blood glucose levels with Area Above Curve value of 1324.38 mg.day/dl. The obtained microspheres were yellowish powder and have spherical shape with irregular surface morphology. The entrapment efficiency was in the range of 35-46% and diameter of 26.7-36.6 µm. Percentage of dichloromethane fraction released from microspheres in water medium for 6 hours was 98.46-100.37%. Formula F3 of which ratio of fraction : polymer (1:3) was selected as the best microspheres formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rizky Arrumaisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi matriks terapung polimer kitosan-gum arab-Aloe vera dalam mengenkapsulasi kurkumin (KUR) dan Moringa oleifera (MO) serta pengaruhnya terhadap rilis ekstrak di dalam lambung yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan GERD. Matriks terapung kitosan-gum arab-Aloe vera yang mengandung KUR dan ekstrak MO dibuat menggunakan metode freeze-drying. Pada pembuatan matriks dilakukan, kedua ekstrak dilakukan penambahan hydroxypropyl-?-cyclodextrin (HP?CD) menjadi dispersi padat untuk ditingkatkan solubilitas ekstrak sehingga profil rilis zat aktif dalam cairan lambung juga dapat ditingkatkan. Variasi komposisi terbaik yaitu CGA1 dengan komposisi rasio kitosan:gum arab sebesar 2:1, kandungan Aloe vera sebesar 16,6% (per total polimer, w), kandungan dispersi padat 20% (per total polimer, w), yield 64,63%, loading actual 5,73 mg GAE/g matriks, persentase rilis kumulatif fenolik 61% pada jam ke-4, dan mampu mengapung selama 4 jam. Matriks CGA1 dimasukkan ke dalam kapsul HPMC sebagai alternatif bentuk sediaan obat oral dan mampu bertahan lebih dari 4 jam dalam media Simulated Gastric Fluid (SGF), memiliki persentase rilis kumulatif fenolik 40% pada jam ke-4, serta mengikuti kinetika rilis orde 0 yang ideal untuk pelepasan obat terkendali. Karakteristik matriks lainnya seperti scanning electron microscopy(SEM) dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) diukur melalui pengujian.

This study aims to obtain the formulation of the floating matrix of chitosan-gum arabic-Aloe vera polymer in encapsulating curcumin (KUR) and Moringa oleifera (MO) and its effect on extract release in the stomach that can be utilized in the treatment of GERD. Floating matrix containing KUR and MO extract was made using freeze-drying method. In making the matrix, both extracts were added hydroxypropyl-?-cyclodextrin (HP?CD) into solid dispersion to increase the solubility of the extract so that the release profile of the active substance in gastric juices can also be improved. The best composition variation is CGA1 with a chitosan:gum arabic ratio of 2:1, Aloe vera content of 16.6% (per total polymer, w), solid dispersion content of 20% (per total polymer, w), yield of 64.63%, actual loading of 5.73 mg GAE/g matrix, phenolic cumulative release percentage of 61% at 4 hours, and able to float for 4 hours. CGA1 matrix is inserted into HPMC capsules as an alternative to oral drug dosage forms and can last more than 4 hours in Simulated Gastric Fluid (SGF) media, has a cumulative phenolic release percentage of 40% at the 4th hour, and follows order 0 release kinetics which is ideal for controlled drug release. Other matrix characteristics such as scanning electron microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) are measured through testing. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ningsih Rezeki
"Epidermal growth factor (EGF) merupakan senyawa polipeptida aktif yang berperan penting dalam stimulasi, proliferasi, dan migrasi keratinosit serta membantu membentuk jaringan granulasi untuk penyembuhan luka. Saat ini sudah tersedia beberapa produk komersial EGF dalam bentuk sediaan injeksi dan topikal. Pengobatan secara injeksi dalam waktu yang lama menimbulkan rasa tidak nyaman karena bersifat invasif. Sementara itu, pengobatan secara topikal dalam bentuk sediaan krim/gel juga belum begitu memuaskan karena EGF mudah terdegradasi oleh aktivitas protease pada daerah luka. Tujuan dari penelitian ini adalah memuat recombinant human epidermal growth factor (rhEGF) ke dalam serat nano polivinil alkohol-gum arab-madu menggunakan metode pemintalan elektrik dan memperoleh informasi karakteristiknya. Pada penelitian ini dilakukan optimasi pembuatan formula wound dressing, yaitu F1, F2, dan F3 dengan variasi konsentrasi madu berturut-turut adalah 0; 1; dan 3%. Hasil karakterisasi morfologi serat dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM) menunjukkan bahwa serat nano F1, F2 dan F3 yang terbentuk masing-masing memiliki ukuran diameter rata-rata serat 252 ± 44 nm; 268 ± 30 nm; 287 ± 40 nm. Ukuran diameter serat meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi madu. Hasil karakterisasi fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dari ketiga formula menunjukkan bahwa rhEGF berhasil dimuati kedalam serat. Disamping itu penambahan madu menyebabkan intensitas puncak identik dari gula (C-O-C) meningkat. Selain itu berdasarkan hasil uji porositas, luas permukaan spesifik, daya mengembang, dan Modulus Young serat maka formula F1 dipilih sebagai wound dressing yang baik yakni memiliki kadar rhEGF 0,0090% b/b; porositas 63,87 ± 3,21%; luas permukaan spesifik 219,783 m2/g; daya mengembang 394 ± 38%; dan Modulus Young 124.98 ± 23.86 MPa.

Epidermal growth factor (EGF) is an active polypeptide compound that plays an important role in the stimulation, proliferation and migration of keratinocytes and form granulation tissue for wound healing. There are currently several commercial EGF products available in injection and topical dosage forms. However, long-term injection treatment causes discomfortbecause it is invasive. While topical treatment in the form of cream/gel/ointment has not been satisfactory because EGF is easily degraded by protease activity in the wound area. The purpose of this study was to load recombinant human epidermal growth factor (rhEGF) into polyvinyl alcohol-arabic gum-honey nanofibers by electrospinning method and obtaining information on its characteristics. In this study, three nanofibers wound dressing formulas were prepared and optimized named F1, F2 and F3 with varying concentration of honey respectively 0; 1; and 3%. It had been found from obtained scanning electron microscope (SEM) images that the average diameter of the F1, F2 and F3 nanofibers was 252 ± 44 nm; 268 ± 30 nm; 287 ± 40 nm, respectively. The average diameter of fibers increased at a higher of honey content. The obtained fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) spectra of the three formulas indicated that rhEGF was successfully loaded into nanofibers. The addition of honey caused the intensity of identical peaks from sugar (C-O-C) increased. The result of the porosity test, specific surface area, and tensile strength showed that F1 was chosen as a good wound dressing in which has a rhEGF level of 0.0090% (w/w); porosity of 63.87 ± 3.21%; specific surface area of 219.783 m2/g; swelling degree 394 ± 38%; and Modulus Young 124.98 ± 23.86 MPa.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library